Selasa, 14 Juli 2009

Pedagang Ikan dan Rajawali


Orang yang bisa menjalankan kewajiban sendiri, baru dapat mencurahkan kemampuannya. Seperti burung yang terbang di angkasa, bunyi kicauan-nya yang nyaring, jelas dan merdu, menambah dinamika kehidupan alam, inilah kewajiban dan kemampuan mereka.

Ada pun manusia, kewajibannya adalah patuh pada hukum dan disiplin diri, berkelakuan baik, sedangkan kemampuan adalah mengembangkan kecakapan intuitif melayani orang lain. Tetapi ada yang hanya ingin memamerkan kemampuan, namun tidak tahu kewajibannya, tidak mau mematuhi kewajibannya, akibatnya keluar dari prosedur dan melanggar aturan, ini sungguh merupakan hal yang sangat mengerikan!

Alkisah pada suatu masa disebuah desa, hiduplah seorang pemuda yang bermata pencaharian dengan berdagang ikan. Suatu hari seperti biasa dia berjualan ikan di ujung jalan desa, “Ikan…ikan….!” sambil berteriak dan memandang ke sekitar, mungkin ada orang yang akan lewat dan membeli dagangannya. Namun tiba-tiba, WUSS… dari angkasa seekor rajawali menukik ke bawah, dan menyambar seekor ikan dari lapaknya lalu terbang lagi ke angkasa. Dengan sangat marah pedagang ikan itu berteriak lantang “Hai kembalikan ikanku!” sambil berteriak ia mengacung-acungkan kepalan tangannya ke angkasa namun teriakannya sia-sia, ia hanya bisa memandangi rajawali itu terbang semakin jauh dan tinggi dengan sedih.

Sambil berguman, ia berkata, “sayang aku tidak punya sayap, jika punya kau tidak akan kulepaskan!” Sambil ia melangkah lemas.

Ketika dia pulang ke rumah, melewati sebuah Kuil Dicang, ia berlutut di depan kuil, berdo’a memohon pada Bodhisatwa agar menjadikannya seekor burung rajawali, agar bisa terbang ke angkasa. “ Ya Bodhisatwa yang Agung, hamba mohon jadikanlah hamba burung agar bisa terbang ke angkasa.” Sejak saat itu, setiap hari ia lewat Kuil Dicang, dan akan berdo’a dengan sepenuh hati.

Kebiasaan itu diamati oleh sekelompok pemuda yang melihat ia setiap hari berdo’a memohon pada Bodhisatwa, dan dengan rasa penasaran mereka saling membicarakannya, salah satu di antaranya berkata: “Ia berdoa setiap hari agar dapat berubah menjadi seekor rajawali agar dapat terbang ke angkasa.”

Yang lainnya lantas berkata : “Aduh! Betapa tololnya dia, mau berdoa’a sampai kapan? Lebih baik dia kita kerjain!”

Keesokan hari, mereka masuk kuil dan menunggu pedagang ikan itu datang seperti biasanya. Salah satu di antara pemuda itu bersembunyi di belakang patung Bodhisatwa. Tidak lama kemudian, pedagang ikan itu datang, seperti biasa ia sembahyang dan memohon dengan tulus, pemuda yang sembunyi di belakang patung Bodhisatwa berkata: “Kau memohon dengan begitu tulus, aku akan memenuhi keinginanmu, pergilah ke desa dan cari sebuah pohon yang paling tinggi, lalu panjatlah pohon itu.”

Pedagang ikan gembira sekali mengira benar-benar telah mendengar petunjuk Bodhisatwa, kemudian bergegas ke desa dan menemukan sebuah pohon yang paling tinggi, lalu naik ke atas pohon itu. Pohon itu benar-benar tinggi sekali. Makin naik ke atas ia semakin cemas.

Ia memanjat sampai ke puncak pohon, dan begitu melongok kebawah dalam hati ia berkata : ”Wah! Tinggi sekali! Apa benar aku bisa terbang?” Sekelompok pemuda itu datang, mereka sengaja ramai-ramai memperbincangkannya dan berteriak : “Hei!, Coba kalian lihat di atas puncak pohon itu, ada seekor rajawali besar, entah dia bisa terbang atau tidak? Kalau memang rajawali, pasti bisa terbang dong!”

Pedagang ikan itu gembira sekali, dia berpikir: “Ternyata aku telah berubah menjadi seekor Rajawali, kalau memang Rajawali, mana mungkin tidak bisa terbang?” Kemudian ia membentangkan kedua tangannya seperti sayap hendak terbang, ia membayangkan bagaimana seekor burung akan terbang, kemudian ……”UPS!” ia meloncat seperti burung hendak terbang tetapi ia ……WOOOOOO terbang ke bawah.

Tapi, kenapa bukan terbang ke atas, malah merosot jatuh ke bawah? O..ngeri sekali! Namun, sudah terlambat. Dan untung saja, ia terjatuh di antara lumpur dan rumput, hanya mengalami luka kecil.

Pemuda-pemuda itu datang menghampiri, dan mengolok-oloknya “Apa yang kalian tertawakan? Ini karena kedua sayap saya patah, bukannya tidak bisa terbang!” Kata pedagang ikan itu tak tahu malu.

Cerita ini dapat memberi kita moral:

Seseorang harus memenuhi kewajiban pribadinya, baru dapat mencurahkan kemampuannya. Jika hanya ingin mendapatkan kemampuan yang besar, namun tidak mematuhi kewajibannya, tidak tahu diri dan secara membabi buta melakukan hal yang melampaui batas kemampuan diri sendiri, itu sangat berbahaya. (erabaru.net)*

ERA BARU NEWS, Senin, 06 Juli 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar