Selasa, 14 Juli 2009

Pembersih Jiwa


Pembersihan jiwa (Tazkiyatun nufus) bermakna pada upaya menyucikan dan memperbaiki sikap (tindakan) hidup manusia. Manusia adalah materi (madah) yang oleh Allah diberi ruh sebagai rahasia kehidupannya. Allah juga melengkapi manusia dengan kekuatan (energi) yang sangat penting bagi kehidupan, seperti kebutuhan-kebutuhan organik dan naluri-naluri. Kesemuanya itu mendorong manusia untuk bertindak demi terpuaskannya kebutuhan yang dituntut energi itu. Namun, baik buruknya sikap (tindakan) manusia tergantung kepada baik buruknya hati manusia itu sendiri.

Ahmad bin Rajab Al Hambali dalam Jami'ul 'Ulum wal Hikam (Hlm 71) berkata, ''Sesungguhnya baik buruknya tindakan seseorang dapat dilihat dari gerakan anggota badannya. Jauhnya dia dari hal-hal yang haram dan kehati-hatiannya dari perkara-perkara yang syubhat, sesuai dengan kebaikan hatinya. Jika hatinya baik maka tidak ada di dalamnya, kecuali kecintaan kepada Allah dan kecintaan kepada apa yang dicintai Allah. Perasaan takut kepada Allah dan perasaan takut akan terjerumus kepada apa yang dibenci Allah, akan menjadikan seluruh gerakan anggota tubuhnya baik. Apabila hatinya rusak, maka dia akan dikuasai oleh hawa nafsu dan senantiasa mengejar apa yang diingini, meskipun hal itu dibenci Allah. Akibatnya, seluruh gerakan anggota badannya menjadi rusak dan menimbulkan berbagai bentuk kemaksiatan, karena seluruh gerakannya mengikuti keinginan hatinya yang telah rusak.''

Kalau kita perhatikan kerusuhan, kerusakan, dan kekacauan yang terjadi, maka semuanya disebabkan oleh rusaknya hati manusia, sehingga menimbulkan dominasi pola pikir yang tunduk pada materi dan adanya pengaruh egoisme individu dan kelompok. Maka, selama sikap dan tindakan 'menyembah' pada materi itu belum berubah, kondisi yang rusak dan kacau ini tidak akan mungkin dapat diubah.

Dengan demikian, kalau ingin mengubah sikap hidup manusia, maka yang utama harus digarap adalah hatinya. Kenapa hati? Sebab hati laksana raja, sedangkan anggota tubuh yang lain merupakan bala tentaranya. Apabila rajanya baik, maka baik pula bala tentaranya, dan jika rajanya buruk, maka buruk pulalah bala tentaranya.

Nabi saw bersabda: Ingat dan ketahuilah bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal darah, apabila dia baik, maka tubuh (sikap dan tindakan) manusia baik semuanya. Dan apabila dia rusak, maka rusaklah semuanya. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu adalah hati, (HR Bukhori-Muslim).

Mengingat pentingnya tazkiyatun nufus, yakni perbaikan pola sikap dan tindakan manusia dengan cara memperbaiki hati, maka tidaklah berlebihan jika kita berharap hal ini diupayakan oleh segenap lapisan masyarakat terutama lapisan atas (para pemimpin). Dengan demikian dari mereka lahir sikap dan tindakan yang memberi keuntungan (kebaikan) yang diharapkan oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama lapisan rakyat kecil.

Dan, dengan tazkiyatun nufus mereka akan terhindar dari sikap dan tindakan merugikan, yaitu tindakan yang didorong oleh hati yang rusak. Allah SWT berfirman: Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS Asy Syams: 9-10). ahi

By Muhammad Bajuri
Selasa, 14 Juli 2009 pukul 14:03:00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar