Rabu, 08 Juli 2009

Hari Bersejarah, Tetap Optimis, Ikhlas, dan Tidak Ada Yang Sia-Sia......


Optimisme adalah memandang hidup ini sebagai persembahan terbaik. Tidak ada sesuatu yang terjadi begitu saja dan mengalir sia-sia. Pasti ada tujuan. Pasti ada maksud.

Mungkin saja Capres mengalami kekalahan yang tak mengenakkan pada PEMILU 2009, maka kekalahan itu hanya karena mereka melihat dari salah satu sisi mata uang saja. Bila mereka berani menengok ke sisi yang lain, mereka akan menemukan pemandangan yang jauh berbeda.

Mereka tidak harus menjadi orang tersenyum terus atau menampakkan wajah yang ceria. Optimisme terletak di dalam hati, bukan hanya terpampang di muka. Jadilah optimis, karena hidup ini terlalu rumit untuk dipandang dengan mengerutkan alis.

Tidak ada di alam ini, yang berdiri sendiri selain Yang Maha Berdiri Sendiri.
Sesuatu merupakan hasil sesuatu dan akan menyebabkan sesuatu. Sebutir biji padi, adalah hasil dari ribuan rangkai proses faktor dan upaya. Untuk itu, upaya-upaya yang penuh ketulusan akan memastikan penerimaan hati yang damai.

Semoga Capres yang kalah tidak menjadi pribadi-pribadi yang penuh prasangka dan rencana buruk dalam berupaya, yang tidak yakin dengan hasil yang diperoleh. Bukankah seorang pencuri senantiasa was-was akan keselamatan diri serta curiannya? Sementara pribadi yang senantiasa jujur daan ikhlas dalam upaya, tidak lagi merisaukan apa yang akan diperolehnya.

Lihatlah tetesan air yang keluar dari mata air, mereka tahu akan mengalir menuju ke laut. Meski harus melalui anak sungai, selokan, kali keruh, danau dan muara, mereka yakin perjalanan mereka bukan tanpa tujuan. Bahkan, ketika menunggu di samudra, setiap tetes air tahu, suatu saat panas dan angin akan membawa mereka ke pucuk-pucuk gunung. Menjadi awan dan menurunkan hujan. Sebagian menyuburkan rerumputan, sebagian tertampung dalam sumur-sumur. Sebagian kembali ke laut.

" Belajarlah ikhlas seperti tetesan air dan jadikan pertisipasi Capres sebagai bekal untuk membersihkan amal dari segala campuran." Dengan kata lain, amal itu tidak dicampuri sesuatu yang mengotorinya karena kehendak-kehendak nafsu, entah karena ingin berkuasa , mencari pujian, tidak ingin dicela, mencari pengagungan dan sanjungan, karena alasan-alasan lain yang berupa cela dan cacat, yang secara keseluruhan dapat disatukan sebagai kehendak untuk selain Allah, apa pun dan siapa pun. "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar