Jumat, 08 Mei 2009
Kaca, Warisan Peradaban Islam
Seni membuat kaca atau gelas merupakan salah satu pencapaian yang pernah ditorehkan peradaban Islam di era keemasan. Namun pencapaian umat Islam yang begitu tinggi itu seakan dinihilkan peradaban Barat. Para ahli kaca atau gelas Barat tak pernah menghitung keberhasilan serta warisan yang telah disumbangkan umat Islam dalam pembuatan kaca serta gelas.
Seakan ingin menutupi keberhasilan yang pernah dicapai umat Islam, para ahli kaca di Barat selalu menonjolkan kemewahan seni pembuatan kaca di Eropa. Padahal, teknologi dan teknik pembuatan kaca atau gelas yang dikuasai Barat, saat ini, merupakan hasil transfer pengetahuan dan teknologi dari dunia Islam.
''Apa yang dilakukan para ahli kaca atau gelas Barat sungguh tak adil, karena menyembunyikan nilai-nilai seni kaca Islami serta menihilkan pencapaian yang sesungguhnya,'' kata Norman A Rubin dalam tulisannya berjudul Islamic Glass Treasure: The Art of Glass Making in the Islamic World.
Berbicara mengenai sejarah seni pembuatan kaca atau, papar Rubin, prestasi gemilang yang telah ditorehkan dunia Islam tak bisa dilupakan. Para seniman Muslim telah memberi sumbangan yang begitu besar dalam pembuatan kaca atau gelas. Menurut Rubin, para seniman Muslim itu telah menciptakan bentuk dan pola baru dalam teknik pembuatan kaca atau gelas..
''Para seniman Muslim telah melahirkan ruh serta semangat artistik baru dan pendekatan seni Islam," ungkap Rubin. Sejatinya, seni pembuatan kaca atau gelas memang telah berkembang sebelum ajaran Islam diturunkan. Ketika umat Islam mulai membentangkan wilayah kekuasaan pada abad ke-7 M, pembuatan gelas atau kaca telah berkembang di Mesir dan kawasan Asia barat..
Namun, sejak kekhalifahan Islam menguasai wilayah sentra-sentra pembuatan gelas atau kaca, teknologi, dan teknik pembuatan produk pecah-belah itu berkembang dengan sangat pesat. Stefano Carboni dan Qamar Adamjee dari The Metropolitan Museum of Art dalam tulisannya berjudul Glass from Islamic Landsmemaparkan, dari abad ke-7 hingga 14 M, produksi kaca atau gelas didominasi oleh negeri-negeri Islam..
Tak cuma itu, inovasi serta teknologi yang digunakan untuk memproduksi gelas atau kaca di era kekhalifahan begitu sangat tinggi. ''Inilah fase yang gemilang dalam seni pembuatan gelas serta kaca,'' papar Stefano dan Qamar Adamjee. Teknik serta teknologi pembuatan kaca atau gelas yang diciptakan peradaban Islam dapat dipelajari dengan lebih baik berdasarkan teknik manipulasinya..
Beragam teknik pembuatan kaca atau gelas di dunia Islam yang mudah dipelajari itu begitu berpengaruh terhadap dunia Barat. Pada abad ke-17 M, peradaban Barat menyerap beragam teknik pembuatan kaca itu dari peradaban Islam. Sayangnya, setelah menguasai teknik dan teknologi pembuatan kaca atau gelas, peradaban Barat lalu berupaya menyembunyikan pencapaian yang ditotehkan umat Islam..
Sejarah mencatat, sejak abad ke-9 M, seni pembuatan kaca di dunia Islam sudah menemukan bentuknya dan mulai berani tampil beda. Laiknya pembuatan keramik, dekorasi arsitektur dan barang-barang dari kayu, seni pembuatan gelas atau kaca era kekuasaan Dinasti Abbasiyah mulai menampakkan rasa serta nilai-nilai seni Islam..
Meski proses imitasi dari gelas Romawi masih berlangsung, namun para seniman Muslim mulai mengembangkan pembuatan kaca serta gelas dengan corak dan gaya artistik yang khas, yakni menonjolkan nilai-nilai keislaman. Elif Gokcidge dalam tulisannya bertajuk Fragile Beauty Islamic Glass, ciri khas teknik utama pembuatan gelas atau kaca pada periode itu adalah kaca dekorasi relief-cutdengan teknik cold-cut. Para seniman Muslim mencoba menampilkan efek cameo(batu berharga yang latar belakangnya berwarna lain). Selain itu, kaca yang dibuat juga sudah memiliki dua lapis warna berbeda. Corning Ewer merupakan salah satu kaca cameo yang sangat Indah yang diciptakan para seniman Muslim..
Memasuki abad ke-11 M, barang pecah belah yang berwarna-warni serta dilapisi hiasan mulai menjadi trend di dunia Islam. Hiasan dalam kaca atau gelas pada era itu tak hanya dicetak namun juga sudah dipahat. Motif bunga-bunga serta gambar hewan dan manusia menjadi ciri khas hiasan pada kaca atau gelas di abad itu..
Salah satu pencapaian yang terpenting dalam sejarah pembuatan kaca atau gelas di dunia Islam terjadi pada abad ke-13 M. Kala itu, secara mengejutkan para seniman pembuat kaca di Mesir dan Suriah sudah mempu membuat kaca atau dengan dilapisi warna-warna polychromeuntuk pertama kalinya..
Teknik membuat gelas atau kaca ini dilakukan dengan mengecat kaca dengan kuas dan kemudian membakarnya selama beberapa kali. Pembakaran secara berulang dilakukan untuk mendapatkan warna yang diinginkan. Jenis warna yang akan muncul pada gelas itu ditentukan struktur pigmen bahan kimia yang digunakan..
Di abad ke-14, terjadi perubahan pada cita rasa artistik kaca atau gelas Islam. Pola serta corak bunga-bunga dan geometrisnya lebih menonjol. Hal itu sangat tampak dari beragam perabotan pecah-belah yang dihasilkan pada era kekuasaan Dinasti Mamluk yang berkuasa di wilayah Mesir dan Suriah. Cita rasa artistik gelas serta kaca yang lebih menonjolkan corak flora dan geometris itu tampak pada lampu gantung, vas bunga, serta botol-botol yang diproduksi saat itu..
Peradaban Barat mulai terpikat dengan produk gelas serta kaca Islam ketika terjadi Perang Salib. Para serdadu dan petinggi Tentara Perang salib dengan bangga membawa gelas porselen dari Yerusalem sebagai buah tangan ke negeri asalnya. Mereka menyimpan produk gelas serta kaca yang dibuat para seniman Islam itu di gereja dan tempat-tempat khusus.
Mulai abad ke-14 M, para seniman Barat, khususnya di Venicia mulai belajar membuat gelas atau kaca sendiri. Beragam produk pecah belah yang dihasilkan seniman Muslim menjadi inspirasi bagi para seniman Barat. Selain itu, seniman di Venicia juga diuntungkan dengan kemudahan mendapatkan bahan baku pembuatan gelas yang berkualitas yang diimpor dari Mesir dan Suriah..
Industri barang pecah belah berkualitas yang dihasilkan dunia Islam hanya mampu bertahan hingga abad ke-17 M. Seiring meredupnya kejayaan pemerintahan Islam, seni pembuatan barang pecah-belah mulai diambil-alih peradaban Barat.
Kaca Email Kekayaan Dunia Islam
Sejarah Islam mencatat kaca email atau enamel glass merupakan jenis kaca yang paling berharga dalam sejarah Islam. Kaca atau gelas jenis ini diproduksi secara khusus di wilayah yang dikuasai Dinasti Ayyubiyah dan Mamluk, yakni Mesir dan Suriah pada abad ke-13 M hingga 14 M. Kaca yang begitu populer itu dihiasi dengan email serta emas.
Teknik pembuatan kaca jenis ini dilakukan dengan memoleskan email atau emas di atas permukaan menggunakan medium berbahan minyak serta sikat atau sebuah pena buluh. Lantaran sepuh dan warna setiap email memiliki kualitas kimiawi berbeda, suhu berbeda dibutuhkan untuk memastikan agar warna menempel secara kuat dan tepat pada kaca atau gelas.
Pada era itu, kaca atau gelas email dibuat sebagai hadiah yang bernilai tinggi. Produk pecah belah dari kaca atau gelas email juga hanya digunakan untuk acara-cara tertentu yang terbilang istimewa. Meski begitu, kaca atau gelas email tak hanya diproduksi untuk memenuhi kebutuhan istana kekhalifahan saja. Namun, kaca atau gelas khas dari dunia Islam itu juga diproduksi untuk tujuan komersial.
Awalnya, kaca atau gelas email dikembangkan para seniman di Suriah. Itu terjadi setelah kekuasaan Dinasti Fatimiah di Mesir mulai tumbang pada tahun 1171 M. Para pembuat kaca atau gelas pun bermigrasi ke Suriah. Di negeri itulah, mereka mulai mengembangkan seni pembuatan gelas atau kaca email serta kaca sepuh.
Namun, begitu kota Kairo dijadikan ibukota pemerintahan Dinasti Ayyubiyah dan Mamluk pada abad ke-14, kaca atau gelas email serta kaca sepuh lebih banyak diproduksi di Mesir, ketimbang Suriah. Pada akhir abad ke-14, produksi kaca email mulai anjlok. Bahkan, seiring dengan berakhirnya kekuasaan dinasti-dinasti, pada akhir abad ke-15 M industri kaca email pun mulai gulung tikar.
Sejak saat itu, produksi gelas atau kaca email mulai beralih ke Eropa, yakni Venisia. Barang pecah-belah hiasan yang terkemuka buatan para seniman Muslim di era kekhalifahan adalah lampu masjid.
Tiga Ilmuwan Penemu Kaca
Abbas Ibnu Firnas (810 M - 887 M)
Nama lengkapnya adalah Abbas Qasim Ibnu Firnas. Orang Barat biasa memanggilnya dengan sebutan Armen Firman. Sejatinya, dia begitu populer sebagai perintis dalam dunia penerbangan. Ilmuwan yang terlahir di Ronda, Spanyol pada tahun 810 M itu dikenal sebagai oahli dalam bidang kimia dan memiliki karakter yang humanis, kreatif, dan kerap menciptakan barang- barang berteknologi baru saat itu.
Salah satu penemuannya yang terbilang amat penting adalah pembuatan kaca silika serta kaca murni tak berwarna. Ibnu Firnas juga dikenal sebagai ilmuwan pertama yang memproduksi kaca dari pasir dan batu-batuan. Kejernihan kaca atau gelas yang diciptakannya itu mengundang decak kagum penyair Arab, Al-Buhturi (820 M - 897 M).
Sarjana Muslim yang hobi bermain musik dan berpuisi itu hidup pada saat pemerintahan Khalifah Umayyah di Andalusia. Pada tahun 852 M, di bawah pemerintahan khalifah baru, Abdul Rahman II, Ibnu Firnas membuat pengumuman yang menghebohkan warga Cordoba saat itu dia melakukan uji coba terbang dari menara Masjid Mezquita dengan menggunakan `sayap' yang dipasangkan di tubuhnya.
Jabir Ibnu Hayyan
Tak kurang dari 200 kitab berhasil dituliskannya. Sebanyak 80 kitab yang ditulisnya itu mengkaji dan mengupas seluk-beluk ilmu kimia. Atas prestasinya itu, ilmuwan kebanggaan umat Islam yang bernama lengkap Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan itu didapuk sebagai pelatak dasar kimia modern.
Ilmuwan yang terlahir di Tus, Khurasan, Iran pada 721 M itu juga turut berkontribusi mengembangkan kaca atau gelas. Pada abad ke-8 M, ahli kimia itu secara mengejutkan telah menjelaskan tak kurang dari 58 resep orisinil untuk memproduksi gelas atau kaca berwarna. Rumus pembuatan kaca berwarna itu dituliskannya dalam dua kitab yang dituliskannya selama hidup.
Dalam Kitab al-Durra al-Maknunaatau The Book of the Hidden Pearl, dia mengupas sebanyak 46 rumus atau formula untuk memproduksi kaca atau gelas dari sudut pandang kimia. Sebanyak 12 resep atau rumus pembuatan kaca atau gelas lainnya dipaparkan Ibnu Hayyan dalam Kitab Al-Marrakishi.
Ibnu Sahl
Nama lengkapnya dalah Abu Sa`d al-`Ala' Ibnu Sahl (940 M - 1000 M). Dia adalah ahli matematika Muslim sekaligus insinyur yang mengkaji studi tentang optik. Dia mendedikasikan dirninya di Istana kehalifahan di Baghdad. Sekitar tahun 984 M, dia menulis risalah berjudul On Burning Instrument. Dialah ilmuwan yang pertama kali menjelaskan tentang cermin parabola. Atas kontribusinya itu, dunia Islam tercatat sebagai yang pertama menciptakan kaca cermin yang jelas.
By Republika Newsroom
Rabu, 18 Maret 2009 pukul 11:19:00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar