Selasa, 23 Juli 2013

Kiat Mempertahankan Semangat Ramadhan


Suatu fenomena yang kerap terjadi setelah/pasca Ramadhan berlalu, maka berlalu pula seluruh vaktifitas ibadah kita. Ibadah taraweh yang setiap hari dilaksanakan ketika bulan Ramadhan, maka diluar bulan Ramadhan sudah tidak dilaksanakan lagi, karena tidak ada taraweh diluar bulan Ramadhan. Sehingga sholat malam-nya pun tidak lagi dikerjakan. Termasuk amal-amal ibadah yang lain, semisal tilawah quran, sodaqoh dan lain-lain juga demikian keadaannya. Dimana ketika bulan Ramadhan kita gemar membangun-nya namun ketika Ramadhan berlalu kita meninggalkannya. Masjid sudah mulai terlihat sepi lagi sehingga fenomenanya seperti sebelum Ramadhan datang. Ibarat seorang wanita yang memintal benang dan kemudian merusaknya dengan tangannya sendiri.

Dan perlu kiranya kita menjaga ibadah yang sudah kita bangun di bulan Ramadhan karena hal tersebut sudah menjadi kewajiban kita. Kenapa kita perlu memelihara ibadah kita seperti halnya ketika di bulan Ramadhan? karena kalau tidak maka resikonya seperti halnya pada kebanyakan kaum muslimin.
Kalaupun kita telah dan/atau akan memelihara ibadah kita tersebut, paling tidak didasarkan pada 3 alasan berikut ini :

1.  Kita dilahirkan dalam keadaan fitrah.

Dimana fiitrah yang ada pada masing-masing kita-lah yang membawa kita untuk memelihara ibadah di bulan Ramadhan. Karena pada dasarnya fitrah kita sebagai manusia ada 2, sebagaimana pada firman Allah dalam surat Ash-Shams (91) ayat 8-10 yang artinya:

“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” 

Dimana di dalam jiwa kita secara karakter terdapat 2 potensi, yaitu potensi berbuat dosa dan disaat bersamaan memiliki juga potensi berbuat takwa, dan kedua potensi tersebut aktif dalam diri masing-masing. Yang artinya bahwa orang-orang yang sudah terbiasa melakukan perbuatan takwa semisal akrab dengan masjid, senantiasa tilawah al quran dll tetap saja orang tersebut masih memiliki potensi untuk berbuat dosa, maka berhati-hatilah. Demikian halnya sebaliknya, orang-orang yang terbiasa berbuat dosa, maka jangan putus asa karena potensi berbuat takwa masih ada di dalam dirinya. Semisal halnya sebuah ungkapan “Ada ustad bekas preman” karena memang potensi takwa itu masih ada diantara orang-orang yang berbuat dosa.

Sehingga ketika kita berbuat dosa/kesalahan sekali saja dan kemudian tidak mendisiplinkan diri kita, maka bisa jadi dikemudian hari kesalahan/dosa itu terulang lagi. Jika secara terus menerus kesalahan/dosa itu kita lakukan, pada dasarnya juga merupakan karakter dari fitrah kita. Jadi janganlah heran dengan orang yang gemar maksiat. Dimana ketika awal berbuat maksiat, dia tidak mendisiplinkan dirinya untuk kembali ke jalan yang benar.

Ada sebuah ungkapan dimana ketika seseorang ketika kali pertama melakukan perbuatan mencuri maka dia akan “gelisah dan tidak bisa tidur”, dia merasakan pertentangan dengan karakter fitah-nya. Ketika mencuri yang kali kedua, orang tersebut “gelisah tapi bisa tidur”. Pada ssat mencuri yang ketiga kalinya dia “tidak gelisah dan bisa tidur”. Sehingga pada tingakatan tertentu jika dia tidak mencuri maka akan merasa “gelisah dan tidak bisa tidur”

Demikianlah pada firman Allah swt dalam suart Al Baqorah ayat 10 yang artinya “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” 

Sampai Allah katakan dalam ayat Al Baqarah ayat 7 yang artinya 
“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup . Dan bagi mereka siksa yang amat berat”

Berawal dari yang demikian inilah maka seyogya-nya kita mengarahkan/mendisiplinkan diri kita kepada ketakwaan

2.  Setiap kita tidak terlepas dari perbuatan dosa tanpa terkecuali.

Bahkan sekecil apapun perbuatan dosa itu, bisa dari mata, telinga, lisan, tangan, kaki maupun hati kita. Oleh karena-nya konsep orang muttaqin adalah bukan-nya orang yang tidak mempunyai dosa/kesalahan. Namun dimana di dalam Al Quran dikatakan bahwa orang muttaqin manakala berbuat salah/dosa maka yang dilakukan kemudian adalah ingat Allah, lalu kemudian tanpa menunda lagi minta ampun kepada Alaah swt dan kemudian dia tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut.

3.  Kekuatan setan.

Dimana terdapat permusuhan setan secara terus menerus kepada kita. Karena setan mengajak kita ke hal hal yang jelek dan keji. Maka untuk menanggulangi tipu daya setan hendaklan senantiasa berlindung kepada Allah swt. Sebagaimana dicantumkan dalam Al Qur’an surat Az Zkhruf 36:

“Barang siapa yang berpaling dari dzikir kepada yang maha pemurah, kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya”. Maka pilihan kita cuma 2, yaitu disibukkan dengan Allah swt atau sibuk dengan setan. Sedangkan dalam surat Al Mujadalah ayat 19 Alah berfirman, artinya: “Telah dikerasi mereka oleh setan, maka setan itu telah menjadikan mereka lupa kepada menyebut Allah”

Ada beberapa hal penting untuk menjaga nilai-nilai kebajikan yang kita bangun di bulan ramadhan, yaitu :

1.     Membangun semangat untuk terus menuntut ilmu/belajar. 

Hal ini penting agar yang kita lakukan memiliki dasar. Oleh karena itu untuk mengokohkan dan mengistiqomahkan apa yang kita bangun layaknya di bulan Ramadhan memang tidak ada jalan lain kecuali memperbaharui terus ilmu yang kita punya. Tradisi belajar mengajar harus terus dibangun.

2.    Meningkatkan/menjaga nilai-nilai keimanan.

Yakni memelihara pesan-pesan keimanan di bulan Ramadhan, paling tidak adalah perasaan senantiasa diawasi oleh Allah swt. Hal ini yang seharusnya selalu ada dan tidak boleh hilang. Dengan demikian paling tidak hal tersebut dapat mencegah kita melakukan perbuatan-perbuatan dosa/keji.

3.    Harus bisa berani meninggalkan lingkungan yang jelek/buruk. 

Karena pada dasarnya tidak akan tumbuh keimanan pada lingkungan yang buruk. Sehingga kita harus pintar-pintar mencari teman. Demikian sebaliknya kita harus berani bergaul dengan orang-orang yang saleh dan meninggalkna lingkungan yang buruk. Kalaupun kita bergaul dengan lingkungan yang buruk hendaknya kita niatkan untuk memperbaikinya. Namun jika tidak sanggup hendaknya meninggalkan lingkungan tersebut.

4.    Biasakan untuk melakukan amal/sadaqoh 

walaupun nilainya kecil dan jangan ditunda-tunda kalau kita bisa lakukan sekarang juga. Bersegeralah dan berlomba-lomba dalam beramal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar