Selasa, 08 Februari 2011
SEORANG PEMUDA DAN BIDADARI
Abdul Wahid bin Zaid berkata, "Ketika kami sedang duduk-duduk di majlis kami, aku pun sudah siap dengan pakaian perangku, karena ada komando untuk bersiap-siap sejak Senin pagi. Kemudian saja ada seorang laki-laki membaca ayat, (artinya) "Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin jiwa dan harta mereka dengan memberi Surga." (At-Taubah: 111). Aku menyambut, "Ya, kekasihku."
Laki-laki itu berkata, "Aku bersaksi kepadamu wahai Abdul Wahid, sesungguhnya aku telah menjual jiwa dan hartaku dengan harapan aku memperoleh Surga."
Aku menjawab, "Sesungguhnya ketajaman pedang itu melebihi segala-galanya. Dan engkau sajalah orang yang aku sukai, aku khawatir manakala engkau tidak mampu bersabar dan tidak mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini."
Laki-laki itu berkata, "Wahai Abdul Wahid, aku telah berjual beli kepada Allah dengan harapan mendapat Surga, mana mungkin jual beli yang aku persaksikan kepadamu itu akan melemah."
Dia berkata, "Nampaknya aku memprihatinkan kemampuan kami semua, …kalau orang kesayanganku saja mampu berbuat, apakah kami tidak?"
Kemudian lelaki itu menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah kecuali seekor kuda, senjata dan sekedar bekal untuk perang. Ketika kami telah berada di medan perang dialah laki-laki pertama kali yang tiba di tempat tersebut.
Dia berkata, "Assalamu ’alaika wahai Abdul Wahid,"
Aku menjawab, "Wa'alaikumussalam warahmatullah wa barakatuh, alangkah beruntungnya perniagaan ini."
Kemudian kami berangkat menuju medan perang, lelaki tersebut senantiasa berpuasa di siang hari dan qiyamullail pada malam harinya melayani kami dan menggembalakan hewan ternak kami serta menjaga kami ketika kami tidur, sampai kami tiba di wilayah Romawi.
Ketika kami sedang duduk-duduk pada suatu hari, tiba-tiba dia datang sambil berkata, "Betapa rindunya aku kepada bidadari bermata jeli."
Kawan-kawanku berkata, "Sepertinya laki-laki itu sudah mulai linglung."
Dia mendekati kami lalu berkata, "Wahai Abdul Wahid, aku sudah tidak sabar lagi, aku sangat rindu pada bidadari bermata jeli."
Aku bertanya, "Wahai saudaraku, siapa yang kamu maksud dengan bidadari bermata jeli itu."
Laki-laki itu menjawab, "Ketika itu aku sedang tidur, tiba-tiba aku bermimpi ada seseorang datang menemuiku, dia berkata, 'Pergilah kamu menemui bidadari bermata jeli.' Seseorang dalam mimpiku itu mendorongku untuk menuju sebuah taman di pinggir sebuah sungai yang berair jernih. Di taman itu ada beberapa pelayan cantik memakai perhiasan sangat indah sampai-sampai aku tidak mampu mengungkapkan keindahannya.
Ketika para pelayan cantik itu melihatku, mereka memberi kabar gembira sambil berkata, 'Demi Allah, suami bidadari ber-mata jeli itu telah tiba.' Kemudian aku berkata, 'Assalamu Alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?' Pelayan cantik itu menjawab, 'Tidak, kami sekedar pelayan dan pembantu bidadari bermata jeli. Silahkan terus!'
Aku pun meneruskan maju mengikuti perintahnya, aku tiba di sebuah sungai yang mengalir air susu, tidak berubah warna dan rasanya, berada di sebuah taman dengan berbagai perhiasan. Di dalamnya juga terdapat pelayan bidadari cantik dengan mengenakan berbagai perhiasan. Begitu aku melihat mereka aku terpesona. Ketika mereka melihatku mereka memberi kabar gembira dan berkata kepadaku, 'Demi Allah telah datang suami bidadari bermata jeli.' Aku bertanya, 'Assalamualaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?' Mereka menjawab, Waalaikassalam wahai waliyullah, kami ini sekedar budak dan pelayan bidadari bermata jeli, silahkan terus.'
Aku pun meneruskan maju, ternyata aku berada di sebuah sungai khamr berada di pinggir lembah, di sana terdapat bidadari-bidadari sangat cantik yang membuat aku lupa dengan kecantikan bidadari-bidadari yang telah aku lewati sebelumnya. Aku berkata, 'Assalamu alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?' Mereka menjawab, 'Tidak, kami sekedar pembantu dan pelayan bidadari bermata jeli, silahkan maju ke depan.'
Aku berjalan maju, aku tiba di sebuah sungai yang mengalirkan madu asli di sebuah taman dengan bidadari-bidadari sangat cantik berkilauan wajahnya dan sangat jelita, membuat aku lupa dengan kecantikan para bidadari sebelumnya. Aku bertanya, 'Assalamu alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?' Mereka menjawab, 'Wahai waliyurrahman, kami ini pembantu dan pelayan bidadari jelita, silahkan maju lagi.'
Aku berjalan maju mengikuti perintahnya, aku tiba di se-buah tenda terbuat dari mutiara yang dilubangi, di depan tenda terdapat seorang bidadari cantik dengan memakai pakaian dan perhiasan yang aku sendiri tidak mampu mengungkapkan keindahannya. Begitu bidadari itu melihatku dia memberi kabar gembira kepadaku dan memanggil dari arah tenda, 'Wahai bidadari bermata jeli, suamimu datang!'
Kemudian aku mendekati kemah tersebut lalu masuk. Aku mendapati bidadari itu duduk di atas ranjang yang terbuat dari emas, bertahta intan dan berlian. Begitu aku melihatnya aku terpesona sementara itu dia menyambutku dengan berkata, 'Selamat datang waliyurrahman, telah hampir tiba waktu kita bertemu.' Aku pun maju untuk memeluknya, tiba-tiba ia berkata, 'Sebentar, belum saatnya engkau memelukku karena dalam tubuhmu masih ada ruh kehidupan. Tenanglah, engkau akan berbuka puasa bersamaku di kediamanku, insya Allah. '
Seketika itu aku bangun dari tidurku wahai Abdul Wahid. Kini aku sudah tidak bersabar lagi, ingin bertemu dengan bidadari bermata jeli itu."
Abdul Wahid menuturkan, "Belum lagi pembicaraan kami (cerita tentang mimpi) selesai, kami mendengar pasukan musuh telah mulai menyerang kami, maka kami pun bergegas meng-angkat senjata begitu juga lelaki itu.
Setelah peperangan berakhir, kami menghitung jumlah para korban, kami menemukan 9 orang musuh tewas dibunuh oleh lelaki itu, dan ia adalah orang ke sepuluh yang terbunuh. Ketika aku melintas di dekat jenazahnya aku lihat, tubuhnya berlumuran darah sementara bibirnya tersenyum yang mengantarkan pada akhir hidupnya."
(SUMBER: 99 KISAH ORANG SHALIH, PENERBIT DARUL HAQ, 021-4701616, seperti dinukil dari kitab, Tanbihul Ghafilin, 395)
***********************************
Didalam Al-Qur’an dan Hadits banyak sekali dijelaskan ataupun digambarkan tentang sosok bidadari yang bertempat di surga dan siap melayani para ahlul jannah.
Allah subhanahu wa ta’ala akan menikahkan orang-orang mu’min di surga dengan wanita-wanita cantik yang bukan istri-istri mereka di dunia sebagai mana firman-Nya: “Demikianlah, dan kami nikahkan mereka dengan bidadari” (Q.S. Ad-Dukhan:54).
Al-Qur’an melukiskan bidadari sebagai perumpamaan berbadan indah:
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah-buah angur, dan gadis-gadis berbadan indah sebaya” (Q.S. An-Naba’: 31 – 33).
“katakanlah, inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan.”(al-Imran:15)
“didalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.” (ar-Rahman:70)
“jika salah seorang bidadari menampakan wajahnya, niscaya akan menerangi antara langit dan bumi.” (HR Bukhari)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Azza wa Jalla berfirman, “Aku siapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh pikiran.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi saw bersabda; “Jibril mengatakan kepadaku bahwa ketika orang mukmin masuk surga, akan disambut oleh bidadari dengan pelukan hangat dan erat. dengan jari dan telapak tangan manakah akan dibandingkan kelembutan dan keindahannya, kalau lambaiannya kan memadamkan sinar matahari dan bulan? “(HR Thabrani dari Anas)
Harumnya Bidadari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sekiranya salah seorang bidadari surga datang ke dunia, pasti ia akan menyinari langit dan bumi dan memenuhi antara langit dan bumi dengan aroma yang harum semerbak. Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah bersabda; “jika sehelai saja dari rambut bidadari jatuh, niscaya wanginya akan meliputi seluruh timur dan barat.”(HR ath-Thabrani dari Anas bin Malik)
Ibnul Qayyim memeberikan penjelasannya mengenai hal ini. “mengenai rambut bidadari ada dua sifat kontradiktif yang membuat kecantikannya semakin nyata dan memikat. Pekatnya hitam rambut terpadu dengan putihnya wajah dan mata yang bersinar cemerlang. Sungguh kontras sekali, namun disitulah letak kecantikannya…..” (buku: Hadzil Arwah:316)
Kecantikan Fisik
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rombongan yang pertama masuk surga adalah dengan wajah bercahaya bak rembulan di malam purnama. Rombongan berikutnya adalah dengan wajah bercahaya seperti bintang-bintang yang berkilau di langit. Masing-masing orang di antara mereka mempunyai dua istri, dimana sumsum tulang betisnya kelihatan dari balik dagingnya. Di dalam surga nanti tidak ada bujangan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari.” (Qs. Ad-Dukhan: 54)
“dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.”(al-Waqi’ah:36)
“dan, pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya.”(Shaad:52)
Mengomentari ayat ini, al-Amsi dalam tafsir Ruhul Ma’ani mengatakan, “para wanita dunia yang masuk surga, juga bidadari-bidadari mereka menjadi perawan sepanjang zaman…..”(Riwayat Thabrani)
“Huruun ‘iin”, demikian Allah menyebut bidadarinya dalam surah al-Waqi’ah ayat 22. ‘Iin” artinya wanita yang mempunyai bola mata indah, cemerlang, dan mempesona, yang sanggup menggetarkan hati yang memandangnya.
Hidung bidadari ialah hidung yang paling indah di seluruh jagad raya, serta bersih dari segala kotoran dan penyakit. karenanya, Allah menggambarkan bidadari sebagai istri yang ‘muthahharah” atau yang disucikan. menurut Ibnu Abbas ra, disucikan dari segala kotoran dan penyakit (tafsir Ibnu Katsir 1/66)
Abu Hayyam dalam tafsirnya, al-Bahrul Muhith menyatakan, “mereka sebaya umurnya, bentuk tubuh, serta kecantikan. karena mereka diciptakan oleh Allah dalam keadaaan seperti itu (tanpa ada proses kelahiran).”
pipinya yang merona sangat didamba oleh setiap wanita dunia karena akan menambah kecantikan dan kemanisannya.
“penghuni surga bisa bercermin melihat wajahnya di pipi bidadari yang mulus itu.”(HR al-Baihaqi & al-Hakim).
Anas bin Malik menceritakan bahwasanya Rasulullah saw pernah bersabda, “seandainya bidadari meludah pada tujuh samudra, niscaya air laut akan tawar karena keindahan dan kemanisan mulutnya, karena bidadari terbuat dari za’faran.”Kidung-kidung yang dinyanyikan bidadari sudah tentu keluar dari mulut yang indah nan suci, terdengar sangat merdu.
Sopan dan Pemalu
“Di dalam surga, terdapat bidadari-bidadari-bidadari yang sopan, yang menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan? Seakan-akan biadadari itu permata yakut dan marjan.” (Qs. Ar-Rahman: 56-58)
Mata biadadari bukanlah mata dengan pandangan yang kesana-sini (liar), namun pandangannya yang sopan, teduh dan damai, hanya tertuju pada suaminya di surga.
“dan, pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya.”(Shaad:52)
“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya.” (Qs. Ash-Shaffat: 48)
Seluruh ahli tafsir sepakat bahwa pandangan para bidadari surgawi hanya tertuju untuk suami mereka, sehingga mereka tidak pernah melirik lelaki lain.
Putihnya Bidadari
Allah Ta’ala berfirman, “Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (Qs. ar-Rahman: 58)
al-Hasan dan mayoritas ahli tafsir lainnya mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah bidadari-bidadari surga itu sebening yaqut dan seputih marjan.
Allah juga menyatakan,“(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah.” (Qs. Ar-Rahman: 72)
Maksudnya mereka itu dipingit hanya diperuntukkan bagi para suami mereka, sedangkan orang lain tidak ada yang melihat dan tidak ada yang tahu. Mereka berada di dalam rumah.
Dalam sebuah riwayat oleh Hafidz Abu Bakar Al-Ajri, dari Imran bin Hasyim dan Abu Hurairah, Rasulullah saw. Bersabda : “Mahligai-mahligai (istana) di syurga itu tercipta dari Lu’lu, dan pada tiap-tiap mahligai itu ada tujuh puluh kampung dari Yaqut yang merah dan pada tiap-tiap kampung ada tujuh puluh rumah daripada Zamrud yang hijau; dan tiap-tiap rumah ada tujuh puluh tempat tidur; dan tiap-tiap tempat tidur ada tujuh orang perempuan dari bidadari”
Ini adalah sedikit gambaran yang Allah berikan tentang bidadari di surga. Karena bagaimanapun gambaran itu, maka manusia tidak akan bisa membayangkan sesuai rupa aslinya, karena sesuatu yang berada di surga adalah sesuatu yang tidak/belum pernah kita lihat di dunia ini.
Setelah mengetahui sifat fisik dan akhlak bidadari, maka bukan berarti bidadari lebih baik daripada wanita dunia penghuni surga. Sesungguhnya wanita-wanita dunia penghuni surga memiliki keutamaan yang sedemikian besar, sebagaimana disebutkan dalam hadits,
“Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”
Beliau shallallahu’‘alaihi wa sallam menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”
Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”
Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutra, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’.” (HR. Ath Thabrani)
Mudah-mudahan dari gambaran sosok bidadari yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits tersebut, kita lebih meningkatkan iman dan taqwa kepada Alloh swt.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar