Dalam
sebuah hadis Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjelaskan bahwa doa
merupakan ibadah. Lalu beliau mengutip sebuah ayat dari Al-Qur’an yang
menggambarkan bahwa doa merupakan perintah Allah. Allah juga berfirman bahwa
orang yang menyombongkan diri dengan tidak menyembah Allah alias tidak
beribadah kepada Allah, maka tempatnya di neraka. (QS Al-Mu’min ayat 60)
Nabi shollallahu
’alaih wa sallam bersabda: “Do’a itu adalah ibadah.” Kemudian beliau membaca:
Rabbmu berfirman:"Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (HR Tirmidzi 3294)
Betapapun
banyaknya kebaikan seseorang bila tidak diiringi dengan kerendahan hati untuk
memohon dan merasa butuh kepada Allah melalui doa, maka orang itu tidak akan
memperoleh ganjaran atas segenap kebaikannya tersebut. Demikian diriwayatkan
oleh istri Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam, Aisyah radhiyallahu
’anha.
Berkata
Aisyah: “Ya Rasulullah, di masa jahiliyyah Ibnu Jud’an menyambung tali
silaturrahim dan memberi makan kepada orang miskin. Apakah hal itu dapat
memberikan manfaat bagi dirinya?” Nabi menjawab: “Semua itu tidak akan
memberikan manfaat baginya karena sesungguhnya dia tidak pernah seharipun
berdoa: ”Ya Rabbku, ampunilah kesalahanku pada hari Kamat.” (HR Muslim 315)
Berdoa kepada Allah, saudaraku,
merupakan perkara yang sangat penting dan sekaligus mulia. Orang yang rajin
berdoa kepada Allah bukan berarti ia menjadi orang yang hina dan lemah. Benar,
ia hina di hadapan yang Maha Mulia, Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Benar,
ia lemah di hadapan Yang Maha Perkasa, Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Tetapi
ia bukan orang yang hina dan lemah di hadapan manusia. Kenapa? Karena
orang ini berarti sangat faham kedudukan dirinya yang sebenarnya di dunia ini.
Ia sangat mengerti bahwa segala upaya manusia untuk tampil mulia dan kuat di
hadapan manusia lainnya tidak akan pernah tercapai bila ia justru menghadapkan
wajahnya kepada segenap kemuliaan dan kekuatan palsu dunia ini. Hanya dengan
menghadapkan wajah kepada Allah sematalah seseorang bakal meraih kemuliaan
sejati.
Tidak
mungkin seseorang menjadi mulia dan kuat dengan bersibuk-sibuk mengejar harta
dan kekayaan dengan asumsi bahwa bila ia sudah kaya dan banyak harta maka
ia akan menjadi manusia mulia dan kuat. Tidak mungkin seseorang menjadi mulia
dan kuat dengan pontang-panting mengejar jabatan dan kekuasaan dengan
asumsi bahwa bila ia sudah menjadi pejabat dan berkuasa maka ia akan menjadi
manusia mulia dan kuat. Tidak mungkin seseorang menjadi mulia dan kuat dengan
jungkir-balik mengejar popularitas dan ketenaran dengan asumsi
bahwa bila dirinya telah menjadi populer atau menjadi seorang selebritis
maka ia akan menjadi manusia mulia dan kuat.
Saudaraku,
sumber kemuliaan seseorang terletak pada kerajinan dan kesungguhannya berdoa
dan bermunajat kepada ilahi Rabbi. Bahkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam
menggambarkan kegiatan berdoa sebagai perkara yang paling mulia di sisi Allah.
Nabi
shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:”Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di
sisi Allah daripada do’a.” (HR Ibnu Majah 3819)
Saudaraku,
perlu diketahui pula bahwa bagi Allah adalah sangat mudah untuk mengabulkan doa
seseorang . Tetapi ada syaratnya. Hendaklah si Muslim berdoa dalam keadaan hati
yang hadir, hati yang bersungguh-sungguh mengharapkan ijabah (pengabulan) dari
Allah dan tentunya hati yang tidak lalai. Semoga Allah senantiasa
mendengarkan dan mengabulkan segenap doa kita yang isinya mendatangkan
keridhaanNya. Amin.
Rasulullah
shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan
yakin akan di-ijabah dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan menerima doa dari
hati yang lalai dan main-main.” (HR Tirmidzi 3401)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar