Senin, 20 Juni 2011
Bekerjalah Seperti Kura-kura
”Bekerjalah seperti kura-kura dan tidak seperti kelinci”, demikian satu dari 14 prinsip-prinsip inti ”The Toyota Way”.
Mula-mula agak sulit memahami, apa hubungannya kura-kura dan kelinci dengan Toyota Production System (TPS) yang telah berhasil menghantar Toyota menjadi sebuah perusahaan manufaktur otomotif papan atas, baik dari sisi bisnis maupun kualitas.
Saat mencoba mencerna penjelasannya, ingatan saya kembali pada sebuah buku cerita kanak-kanak bergambar. Isinya sangat sederhana, kisah adu lari antara kelinci dan kura-kura. Yang membuat buku itu menarik, sekaligus ’bernilai’ adalah karena sang pemenang adalah kura-kura, bukan kelinci sebagaimana wajarnya.
Di dalam bukunya, Taichi Ohno, salah seorang kontributor cetak biru atau ”DNA” dari the Toyota Way menjelaskan: ”Kura-kura yang lamban tetapi konsisten mengakibatkan lebih sedikit pemborosan dan jauh lebih diinginkan daripada kelinci yang cepat dan mengungguli perlombaan dan kemudian berhenti setelah selang beberapa waktu untuk beristirahat. Toyota Production System hanya dapat direalisasikan jika semua karyawan menjadi kura-kura”.
Pemimpin-pemimpin Toyota lainnya sering pula mengungkapkan hal yang sama, yang isinya kira-kira adalah ”Kami lebih suka lambat dan mantap seperti kura-kura daripada cepat dan tersentak-sentak seperti kelinci”. Demikianlah salah satu filosofi di balik TPS yang kebanyakan berjangkauan jauh ke depan. Meratakan beban kerja (heijunka) adalah salah satu cara untuk menghindari pemborosan (muda), ketidakseimbangan (mura), dan beban berlebih (muri).
Bagi umat Islam, filosofi di atas bukanlah hal yang terlalu baru.
Di dalam pandangan Islam, setiap peristiwa atau kejadian bukanlah suatu momentum diskrit tanpa konteks, tetapi adalah bagian dari sebuah kesinambungan hidup dan kehidupan, penghubung masa lalu dan masa depan. Oleh karena itu, hanya orang-orang cerdas (ulil albab) -lah yang dapat memaknai setiap peristiwa dan mengambil pelajaran darinya untuk terus menerus melakukan perbaikan atau peningkatan (continuous improvement = kaizen).
Di dalam beramal (bekerja atau beribadah dalam arti luas), Rasulullah SAW berabad-abad lalu pernah mengajarkan, ”Amal yang paling disukai oleh Allah adalah amal yang dikerjakan terus menerus walaupun sedikit (HR Muttafaqun Alaih)”. Karena lebih sering mendengarnya dari para kiai, ustadz atau guru agama, maka pikiran kita cenderung membatasinya. Padahal ada hikmah lain dari sabda Rasul SAW (yang pasti berasal dari wahyu, bukan hawa nafsunya). Satu di antaranya ditemukan oleh para pendiri dan pemimpin Toyota, yang mungkin belum pernah mengenal Rasulullah SAW apalagi berjumpa dengannya. Wallahu’a’lam
Oleh: Abi Muhammad Ismail Halim
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/06/17/lmxdxk-bekerjalah-seperti-kurakura
******************
Catatan :
14 Prinsip dari The Toyota Way adalah sebuah filosofi manajemen yang digunakan oleh korporasi Toyota, yang meliputi Toyota Production System. Ide-ide utamanya adalah agar mendasarkan keputusan manajemen pada "pemahaman filosofis atas tujuan (perusahaan)", berpikir jangka panjang, memiliki proses untuk memecahkan masalah, penambahan nilai bagi organisasi dengan cara mengembangkan orang-orangnya, dan menyadari bahwa memecahan masalah secara terus-menurus mendorong proses belajar organisasi.
Sejak tahun 1980-an, Toyota dan Lexus telah mendapatkan pengakuan atas kualitas kendaraan-kendaraan mereka dan secara konsisten memperoleh peringkat yang lebih tinggi dari para produsen mobil lain di dalam survei kepuasan pemilik kendaraan. Hal ini menurut Jeffrey Liker, seorang profesor teknik industri University of Michigan, sebagian besar adalah karena filosofi bisnis yang mendasari sistem produksi mereka.
14 Prinsip
* Prinsip 1: Dasarkan keputusan manajemen anda pada filosofi jangka panjang, bahkan bila harus mengorbankan tujuan keuangan jangka pendek
* Prinsip 2: Buat alur proses yang kontinyu untuk mengangkat permasalahan ke permukaan.
* Prinsip 3: Gunakan sistem "tarik" (pull) untuk menghindari produksi yang berlebihan.
* Prinsip 4: Ratakan beban kerja (heijunka). (Bekerjalah seperti kura-kura, bukan seperti kelinci).
* Prinsip 5: Bangun budaya agar berhenti untuk memperbaiki masalah, sehingga kualitas yang tepat diperoleh sejak pertama kali.
* Prinsip 6: Tugas dan proses yang terstandar merupakan dasar untuk perbaikan secara terus-menerus dan pemberdayaan karyawan.
* Prinsip 7: Gunakan pengendalian visual agar tidak ada masalah yang tersembunyi.
* Prinsip 8: Gunakan hanya teknologi yang dapat dipercaya dan benar-benar teruji untuk melayani orang-orang dan proses.
* Prinsip 9: Kembangkan pemimpin yang benar-benar memahami pekerjaannya, menjiwai filosofinya, dan mengajarkannya kepada orang lain.
* Prinsip 10: Kembangkan orang-orang dan tim yang luar biasa, yang bersedia mengikuti filosofi perusahaan Anda.
* Prinsip 11: Hormati jaringan mitra dan pemasok dengan cara terus menantang mereka dan membantu mereka memperbaiki diri.
* Prinsip 12: Pergi dan melihat sendiri untuk dapat benar-benar memahami situasi (genchi genbutsu).
* Prinsip 13: Ambil keputusan secara perlahan-lahan dengan konsensus, seksama dalam mempertimbangkan semua pilihan; mengimplementasikan keputusan dengan cepat (nemawashi).
* Prinsip 14: Menjadi organisasi pembelajar melalui refleksi yang terus-menerus (hansei) dan perbaikan yang berkesinambungan (kaizen).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar