Sepekan terakhir, dunia penegakan hukum Indonesia digemparkan kabar tak sedap. Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar tertangkap tangan menerima suap dari dua perkara Pemilukada, yakni Kabupaten Gunung Mas (Kalimantan Tengah) dan Lebak (Banten).
Dalam penelusuran KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) bahwa mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu memiliki banyak mobil mewah serta kekayaan yang mencapai miliaran rupiah.
Pada dasarnya mengoleksi mobil mewah serta kekayaan bernilai miliaran rupiah merupakan hak asasi manusia. Namun dari beberapa referensi yang saya baca, hidup bermewah-mewahan sangat berpotensi kepada kekufuran. Karena itu banyak ayat dalam Quran dan hadis Nabi Muhammad SAW yang melarang umat Islam untuk menjalankan hidup bermewah-mewahan.
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (QS. Al-Isro’: 16)
Kata Al-Mutrif dalam surah ini bermakna orang yang menikmati secara mewah dan berlebihan dalam kelezatan dan dunia dan syahwatnya. Maksudnya adalah Allah memerintahkan kepada orang-orang hidup mewah ini untuk melakukan ketaatan kepada Allah namun mereka enggan melaksanakan perintah tersebut bahkan mereka berbuat kefasikan dan kerusakan maka mereka berhak mendapat siksa dan kehancuran.
Dan Allah SWT telah memberitahukan tentang kehidupan orang-orang yang mewah ini bahwa datang kepada mereka ayat-ayat Allah dan mereka diperingatkan dengannya namun mereka sombong dan berpaling darinya maka Allah-pun mengazab mereka.
Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang panas yang mendidih, dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. (QS. Al-Waqi’ah: 41-45).
Maksudnya mereka hidup mewah dan terjerumus pada syahwat dan kelezatan duniawi. Dan Allah SWT memberitahukan bahwa kehidupan yang mewah akan berdampak buruk bagi kehidupan duniawi dan akhirat.
Kerakusan terhadap harta dan kedudukan akan mendorong orang untuk terus mengejar dunia dan menjerumuskannya kepada hal-hal yang merusak agamanya. Sebab, umumnya sifat inilah yang membangkitkan dalam diri seseorang sifat sombong dan keinginan berbuat kerusakan di muka bumi, yang sangat tercela dalam agama.
Kerusakan lain yang ditimbulkan dari kecintaan yang berlebihan terhadap harta adalah kerakusan dan ambisi untuk mengejar dunia, karena secara tabiat nafsu manusia tidak akan pernah merasa puas/cukup dengan harta dan kemewahan dunia yang dimilikinya, bagaimanapun berlimpahnya, kecuali orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allâh Azza wa Jalla.
Rasûlullâh SAW dalam hadisnya mengingatkan: “Seandainya seorang manusia memiliki dua lembah (yang penuh berisi) harta/emas maka dia pasti akan menginginkan lembah (harta) yang ketiga”.
Sifat rakus inilah yang akan terus menyeretnya untuk terus mengejar harta dan mengumpulkannya siang dan malam, dengan mengorbankan apapun untuk tujuan tersebut. Sehingga tenaga dan pikirannya akan terus terkuras untuk mengejar ambisi tersebut, dan ini merupakan kerusakan sekaligus siksaan besar bagi dirinya di dunia.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Orang yang mencintai dunia/harta (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (kerusakan dan penderitaan): Kekalutan (pikiran) yang tidak pernah hilang, keletihan yang berkepanjangan dan penyesalan yang tiada akhirnya.”
Semoga saja kita selalu mendapatkan karunia yang bisa terhindar dari hidup bermewah-mewahan. Hidup yang penuh dengan sifat rakus dan tamak terhadap harta kekayaan.
Oleh Dr HM
Harry Mulya Zein
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/10/11/muhio3-pamer-kekayaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar