Pemasaran berjenjang multilevel marketing (MLM) adalah strategi
pemasaran di mana tenaga penjual (sales) tidak hanya mendapatkan kompensasi
atas penjualan yang mereka hasilkan, tetapi juga atas hasil penjualan sales
lain yang mereka rekrut. Tenaga penjual yang direkrut tersebut dengan anggota
downline. Dalam praktiknya, sistem MLM menuai pro dan kontra karena dianggap
melanggar prinsip-prinsip keadilan dan transparansi serta metode perekrutan
yang kebanyakan bersifat "memperdaya", hanya menjelaskan keuntungan
tanpa menjelaskan kerugian bergabung dengan MLM kepada anggota baru.
Dalam Islam, aktivitas ekonomi, transaksi bisnis, dan pengembangan usaha diatur tersendiri dalam Fiqih Muamalat. Sedangkan, sistem MLM berlaku dalam aktivitas yang bernuansa akhirat karena keuntungan yang diperoleh juga bukan dalam bentuk materi, melainkan dalam bentuk pahala. Karena itu, MLM yang berlaku dalam Islam adalah MLM pahala, bukan MLM dalam bentuk berbagi keuntungan (fee) yang bersifat duniawi. Dalam MLM pahala yang membagi keuntungan bukan manusia yang punya sisi subjektivitas dan vested interest, melainkan Allah SWT yang Maha Kaya dan Maha Adil.
Sistem MLM pahala dijelaskan Rasulullah SAW melalui sabdanya, “Siapa yang mengajak (seseorang) kepada petunjuk (hidayah), maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR Muslim).
Hadis di atas menjelaskan bahwa seseorang yang mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan, pahala kebaikan tersebut bukan hanya diterima oleh orang yang melakukan, melainkan juga oleh orang yang mengajak kepada kebaikan tanpa mengurangi pahala dari orang yang melakukan kebaikan. Dengan prinsip seperti ini, wajar jika Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, orang pertama yang menerima dakwah Islam dari Rasulullah SAW, memiliki timbangan pahala yang sangat besar. Sampai-sampai, Rasulullah SAW mengatakan, “Jika ditimbang keimanan Abu Bakar dengan keimanan seluruh umat ini maka akan lebih berat keimanan Abu Bakar.” (Syu’abul Iman, Bab Al-Qaul fii Ziyadatil Iman wa Naqshanih).
Rasulullah SAW sendiri pernah memuji keislaman Abu Bakar, sebagaimana dikutip Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa Al-Nihayah, “Tiada aku mengajak seorang masuk Islam tanpa ada hambatan, keraguan, tanpa mengemukakan pandangan dan alasan. Hanya Abu Bakar. Ketika aku menyampaikan ajakan tersebut, dia langsung menerimanya tanpa ragu sedikit pun.”
Sistem MLM pahala seharusnya memotivasi kita berlomba-lomba mengajak orang lain melakukan kebaikan. Dengan cara inilah kita akan terus memproduksi kebaikan demi kebaikan yang pada akhirnya kebaikan itu akan menyingkirkan keburukan, sebagaimana aliran air sungai yang jernih meminggirkan sampah atau mendorongnya ke hilir sungai. Wallahu a’lam bish shawab.
Dalam Islam, aktivitas ekonomi, transaksi bisnis, dan pengembangan usaha diatur tersendiri dalam Fiqih Muamalat. Sedangkan, sistem MLM berlaku dalam aktivitas yang bernuansa akhirat karena keuntungan yang diperoleh juga bukan dalam bentuk materi, melainkan dalam bentuk pahala. Karena itu, MLM yang berlaku dalam Islam adalah MLM pahala, bukan MLM dalam bentuk berbagi keuntungan (fee) yang bersifat duniawi. Dalam MLM pahala yang membagi keuntungan bukan manusia yang punya sisi subjektivitas dan vested interest, melainkan Allah SWT yang Maha Kaya dan Maha Adil.
Sistem MLM pahala dijelaskan Rasulullah SAW melalui sabdanya, “Siapa yang mengajak (seseorang) kepada petunjuk (hidayah), maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR Muslim).
Hadis di atas menjelaskan bahwa seseorang yang mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan, pahala kebaikan tersebut bukan hanya diterima oleh orang yang melakukan, melainkan juga oleh orang yang mengajak kepada kebaikan tanpa mengurangi pahala dari orang yang melakukan kebaikan. Dengan prinsip seperti ini, wajar jika Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, orang pertama yang menerima dakwah Islam dari Rasulullah SAW, memiliki timbangan pahala yang sangat besar. Sampai-sampai, Rasulullah SAW mengatakan, “Jika ditimbang keimanan Abu Bakar dengan keimanan seluruh umat ini maka akan lebih berat keimanan Abu Bakar.” (Syu’abul Iman, Bab Al-Qaul fii Ziyadatil Iman wa Naqshanih).
Rasulullah SAW sendiri pernah memuji keislaman Abu Bakar, sebagaimana dikutip Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa Al-Nihayah, “Tiada aku mengajak seorang masuk Islam tanpa ada hambatan, keraguan, tanpa mengemukakan pandangan dan alasan. Hanya Abu Bakar. Ketika aku menyampaikan ajakan tersebut, dia langsung menerimanya tanpa ragu sedikit pun.”
Sistem MLM pahala seharusnya memotivasi kita berlomba-lomba mengajak orang lain melakukan kebaikan. Dengan cara inilah kita akan terus memproduksi kebaikan demi kebaikan yang pada akhirnya kebaikan itu akan menyingkirkan keburukan, sebagaimana aliran air sungai yang jernih meminggirkan sampah atau mendorongnya ke hilir sungai. Wallahu a’lam bish shawab.
Oleh: Syamsu Hilal
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/15/04/15/nmue21-cara-berbisnis-mlm-dengan-allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar