Senin, 28 Juni 2010

Bersujud di Keheningan Malam , Jalan Menumbuhkan Gairah Qiyamul Lail

Kerjakan dengan Ikhlas karena Allah SWT.

Ikhlas kepada Allah SWT merupakan inti dari ketaatan dan pendekatan kepadaNya, kunci diterimanya kesalehan, dan sebab untuk mendapatkan pertolongan dan petunjuk dari-Nya.


"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus"
(Qs Al Bayyinah ayat 5)

Diriwayatkan Abu Hurairah ra., bahwa Nabi Muhammad saw., bersabda:
"Barangsiapa mempelajari ilmu (yang seharusnya) untuk mendapatkan ridha dari Allah, tetapi ia mempelajarinya hanya untuk mendapatkan materi duniawi, maka ia tidak akan mencium aroma surga kelak pada hari Kiamat." (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud, al-Albani menilainya sahih dalam kitab Shahih al-Jami' nomor 2159)

Orang-orang saleh terdahulu memberikan nasihat, agar suatu ketaatan itu ikhlas hanya untuk mendapatkan keridhaan dari Allah, tidak untuk riya' (pamer), atau untuk didengar oleh orang lain. Diantara ketaatan itu adalah Qiyamul Lail, menghidupkan malam dengan aneka peribadatan.

Salah satu faktor pendorong meningkatkan gairah mengerjakan Qiyamul Lail dan bermunajat kepada Nya adalah dengan menumbuhkan perasaan di dalam hati dan pikiran bahwa Allah menyeru dan memanggil untuk berdiri (qiyam) dan bermunajat di kegelapan malam.

"Hai orang yang berselimut (Muhammad). Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya). (Yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan." (Qs. Al-Muzammil ayat 1-4)

Sa'd bin Hisyam bin Amir pernah berkata kepada Aisyah ra.:

"Beritahu aku tentang ibadah malam Rasulullah saw."

Aisyah menjawab: "Apakah engkau belum membaca surat 'Hai orang yang berselimut....(surat Muzammil di atas) ?"

Aku berkata:"Sudah."

Aisyah berkata: "Allah Azza wa Jalla telah memfardhukan (mewajibkan) Qiyamul Lail dengan pembukaan surat ini. Nabi saw. mengerjakannya selama satu tahun. Allah menahan penutup surat ini selama dua belas bulan berada di langit sampai akhirnya Allah menurunkan keringanan pada akhir surat ini, kemudian Qiyamul Lail menjadi sunnat, yang sebelumnya difardhukan." (Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Sahihnya)

"Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji"

(Qs. al Isra' ayat 79)

Berkaitan dengan ayat tersebut Sayyid Qutb mengatakan: ayat "mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji", seseorang mendapatkan tempat yang terpuji tersebut disebabkan karena ia mengerjakan shalat, mebaca Al Qur'an, dan tahajjud, juga karena hubungan yang terus menerus dengan Allah. Ini adalah media yang membawa seseorang mendapatkan tempat terpuji. Rasulullah saw. telah diperintahkan untuk mengerjakan shalat tahajjud dan membaca Al Quran agar beliau mendapatkan tempat yang terpuji, padahal beliau adalah orang yang sudah terpilih. Oleh karena itu, betapa hal ini lebih diperlukan bagi orang lain yang ingin mendapatkan tempat yang terpuji tersebut. Inilah jalan dan bekal perjalanan bagi orang yang ingin mendapatkan tempat terpuji. (Sayyid Qutb, Fi Dzilal Al Qur'an, VI:168)

Rasulullah saw. Menyeru Anda untuk Mengerjakan Qiyamul Lail

Diriwayatkan dari Bilal ra., bahwasanya Nabi saw. bersabda:
"Hendaknya kalian mengerjakan Qiyamul Lail, sesungguhnya itu adalah kebiasaan orang-orang saleh sebelum kamu, pendekatan kepada Allah Ta'ala, dapat mencedgah dari berbuat dosa, menghapus kejahatan dan menjauhkan penyakit dari badan."
(Diriwayatkan oleh at-Turmudzi, al-Baihaqi, dan al Hakim. Al-Hakim mensahihkan hadits ini sesuai dengan kriteria al-Bukhari. Adz-Dzahabi juga menetapkan demikian).

Diriwayatkan dari Mu'az bin Jabal, ia mengatakan:
"Aku bertanya kepada Rasulullah saw:
"Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka!"


Nabi menjawab: "Engkau telah menanyakan suatu yang agung, sesungguhnya hal itu mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah. Yaitu engkau menyembah Allah dan tidak mempersekutukan Dia dengan sesuatu, mendirikan shalat yang diwajibkan, membayar zakat diberikan kepada orang yang ditentukan, puasa di bulan Ramadhan, berhaji ke Baitullah." Bukankah telah aku tunjukkan kepadamu tentang pintu-pintu kebaikan?
Puasa adalah perisai (dari api neraka), sedekah dapat memadamkan kesalahan seperti api dapat memadamkan api, dan shalatnya seseorang di tengah malam."
Kemudian Nabi membaca ayat : "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya." [as-Sajdah ayat 16])
(Diriwayatkan oleh at-Turmudzi, ia katakan hadis ini hasan sahih. Diriwayatkan juga oleh al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak, ia katakan, hadis ini sahih menurut kriteria Bukhari dan Muslim. Adz-Dzahabi sependapat dengannya).

Puncak Kesenangan Generasi Terdahulu dalam Mengerjakan Qiyamul Lail Seseorang tidak dapat merasakan manisnya shalat, lezatnya bermunajat, dan nikmatnya berkhalwat dengan Allah serta selalu ingin melakukannya sebelum shalat tersebut diposisikan sebagai obat dalam hatinya. Tahap selanjutnya shalat menjadi penyejuk bagi penglihatannya, penyenang bagi ruhaninya, pembuka hatinya, penangkal segala penyakit, penghilang keragu-raguan, penyingkap kesedihan hati, dan membuat senang pada jiwanya. Siapa saja yang bisa merasakan semua itu ia akan mengetahui manisnya shalat. Orang-orang saleh jaman dahulu juga merasakan hal-hal demikian dalam shalatnya.

Abdullah bin Wahab rahimahullah mengatakan :
"Setiap kelezatan dunia itu hanya memiliki satu kelezatan, berbeda dengan ibadah. Sesungguhnya ibadah itu memiliki tiga kelezatan Yaitu
ketika aku melaksanakannya,
ketika aku mengingat-ingatnya,
dan ketika aku mendapatkan pahalanya
(Ibnu al-Kharrath, ash-Shalat wa at-Tahajjud).

Tsabit al-Banani rahimahullah berkata:
"Aku tidak dapat menemukan sesuatu yang paling lezat dalam hatiku selain Qiyamul Lail." (Asy-Sya'rani, Tanbih al-Mughtarin).

Abu Sulaiman ad-Darani rahimahullah berkata:
"Sungguh waktu malamnya orang yang ahli taat itu lebih nikmat daripada main-mainnya orang yang suka bermain-main (Abu Nu'aim, Hilyah al-Auliya', X:15).

Tidur Miring ke Kanan


Tidur miring ke kanan juga dapat membantu dalam meningkatkan gairah Qiyamul Lail. Hal ini mengikuti tindakan Rasulullah saw. Dengan tidur miring ke kanan kita akan lebih cepat bangun dan tidak akan terlelap dalam tidur.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa beliau telah bersabda :
"Jika diantara kalian beranjak ke tempat tidur hendaklah meneliti selimutnya, karena ia tidak tahu apa yang akan menimpanya nanti (mungkin ada hewan melata atau lainnya yang ada di dalamnya). Kemudian berbaringlah miring ke arah kanan, lalu membaca: 'Dengan
menyebut nama-Mu Tuhan, aku meletakkan lambungku, dan dengan (menyebut nama)-Mu aku mengangkatnya. Jika Engkau menahan jiwaku maka kasihanilah dia dan jika Engkau membebaskannya maka jagalah dia sebagaimana Engkau menjaga jiwa hamba-hamba Mu yang saleh." (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud).

Dengarkan juga pada penjelasan al-Allamah Ibn al-Qayyim : Ia mengatakan, tidurnya Nabi saw. dengan berbaring ke arah kanan mengandung suatu rahasia, yaitu, bahwa hati itu bergantung di sisi kiri. Jika seseorang tidur ke sisi kiri maka tidurnya akan lelap, karena hatinya dalam keadaan istirahat sehingga tidurnya menjadi kuat. Jika seseorang tidur ke arah kanan maka pikirannya masih aktif sehingga ia tidak bisa tidur lelap dan akan berusaha untuk miring ke arah kiri. Karena alasan inilah para dokter menyarankan untuk tidur miring ke arah kiri agar istirahatnya sempurna dan dapat tidur dengan baik. Syar'i menganjurkan tidur miring ke arah kanan agar tidurnya tidak terlelap, sehingga ia tidak melupakan shalat malam. Tidur miring ke arah kanan lebih bermanfaat bagi hati, sedang tidur miring ke arah kiri lebih bermanfaat bagi tubuh (Ibn al-Qayyim, Zad al-Ma'ad,I:32)

Qiyamul Lail dapat Menjauhkan Diri dari Kelalaian Hati


Kelalaian merupakan penyakit yang berbahaya. Hati seseorang dapat terjerumus ke dalamnya bila ia terlalu sering melakukan hal-hal yang mubah sehingga malas melakukan ketaatan, tenggelam dalam kenikmatan dan jarang sekali bermunajat kepada Tuhan Yang Menguasai langit dan bumi ini. Obat yang paling manjur untuk mengobati penyakit tersebut adalah mengerjakan Qiyamul Lail, dengan memohon izin kepada Allah.

Diriwayatkan dari Abudullah bin Amr bin al-Ash ra., bahwasanya Nabi saw. pernah bersabda: "Barangsiapa yang ber-qiyam dengan membaca sepuluh ayat, ia tidak akan dicatat sebagai orang lalai. Barangsiapa yang ber-qiyam dengan membaca seratus ayat ia dicatat sebagai orang yang selalu taat. Barangsiapa yang ber-qiyam dengan membaca seribu ayat ia dicatat sebagai orang yang memiliki harta banyak."
(Diriwayatkan oleh Abu Dawud, dan Ibnu Huzaimah dalam kitab Sahihnya. Al-Albani menganggap hadis ini hasan dalam kitabnya Shahih at-Targhib wa at-Tarhib nomor
635).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Nabi saw. pernah bersabda :
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat pada malam hari dengan membaca seratus ayat maka ia tidak akan dicatat sebagai orang lalai, dan barangsiapa yang mengerjakan shalat pada malam hari dengan membaca dua ratus ayat maka sungguh ia akan dicatat sebagai orang yang selalu taat dan ikhlas."
(Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak, ia katakan hadis ini sahih menurut kriteria Muslim. Adz-Dzahabi juga menetapkan demikian).

Yahya bin Mu'adz ar-Razi rahimahullah mengatakan:Obat hati ada lima macam, yaitu membaca Al-Qur'an dengan merenungkan isinya, mengosongkan perut atau tidak memperbanyak makan, Qiyamul Lail, memohon dan merendahkan diri ketika waktu menjelang subuh, dan berkumpul dengan orang saleh. (Ibn al-Jauzi, Shifah ash-Shafwah, IV:92).

Tumbuhkan Perasaan bahwa Allah SWT. Melihat dan Mendengar Shalat Anda di Malam Hari

"Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam, atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu." (Qs. Al-Muzammil ayat 20).

Ustadz Sayyid Qutb rahimahullah memberikan penjelasan tentang ayat tersebut:
"..maksudnya adalah bahwa Dia melihat Anda, melihat berdiri anda, dan shalat anda. Anda dan golongan orang-orang yang bersama anda menuju ke timbangan Allah. Tuhan anda mengetahui bahwa lambung anda jauh dari tempat tidur, Dia mengetahui anda meninggalkan hangatnya tempat tidur pada malam hari yang dingin, anda tidak mendengarkan panggilan tempat tidur anda yang indah, dan anda mendengarkan panggilan Allah. (Sayid Qutb, Fi Dzilal Al-Qur'an, VI:177).

Bersujud di Keheningan Malam, Jalan Menumbuhkan Gairah Qiyamul Lail
Penerbit : Mitra Pustaka
Pengarang : Muhammad Shalih Ali Abdillah Ishaq

http://shaphira.multiply.com/reviews/item/10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar