”kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)”.(QS. Al-A’raaf [7] :17).
Ternyata setan juga ”berjihad” bukan? Berjihad dalam arti mengerahkan segenap kemampuannya untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah. Lihatlah ayat di atas, hampir tidak ada ruang yang di situ tidak ada jerat setan. Ibarat kata, setan all out menghadapi mega proyeknya menyesatkan manusia sampai detik kematiannya. Imam As-Sa’di mengomentari ayat ini dalam tafsirnya dengan” dari semua arah depan dan belakang, dari semua jalan yang memungkinkan ditempuh untuk mencapai tujuan yang dimaksudkannya”.
Imam al-Qurtuby menegaskan, setan selalu memalingkan manusia dari kebenaran, menjadikan manusia sangat mencintai dunia dan menjadikannya ragu pada kehidupan akhirat. Maka tersesatlah ia.
Di sinilah cerdiknya setan. Urusan akhirat, urusan dunia, bahkan kebaikan dan keburukan bisa menjadi senjata untuk memalingkan manusia dari jalan yang lurus. Setan mampu mengemas urusan akhirat sehingga manusia ragu atas keberadaan siksa kubur, mizan, shirath, syafa’at, hari pembalasan, surga dan neraka serta kehidupan sesudah mati.
Setan mampu menjadikan dunia sebagai alat untuk menyibukkan manusia dengan berbagai kesenangan yang melenakan. Anak-anak, harta kekayaan, sawah ladang, kebun, hewan ternak, kendaraan, emas dan perak, rekening, saham, devosito, perusahaan, pangkat dan jabatan adalah sekian banyak instrumen dunia yang tidak jarang membuat manusia mabuk kepayang. Sampai manusia bekesimpulan bahwa kenikmatan dunia adalah abadi.
Soal kebaikan dan keburukan, setan juga amat lihat membolak-balik mata dan hati manusia. Tipuan setan berhasil mengelabui mata hati dengan rasa enggan atas kebajikan. Menihilkan pahala, enggan solat dan berat bangun malam, enggan zakat, enggan puasa, enggan haji, enggan sedekah dan semua enggan taat pada agama. Sementara tidak merasa berdosa dengan kedurhakaan. Meremehkan dosa, senang mabuk, gemar berjudi, biasa zina, ringan menipu, gampang mengumpat, durhaka pada orang tua, bermesraan dengan segala instrumen musyrik dan puncaknya; menganggap baik setiap keburukan dan kedurhakaan.
Terang benar penjelasan Imam At-Thobary mengomentari ayat ini, kata beliau,”setan mendatangi manusia dari semua arah kebaikan dan keburukan. Setan memalingkan manusia dari yang haq dan menganggap baik setiap yang bathil. Setan berusaha memalingkan manusia dari semua perintah Allah dan menghiasi serta memandang indah larangan Allah dan mengarahkan manusia untuk mengerjakannya.
Jika manusia sudah tidak berdaya berkelit dari tipu daya setan, Setan berujar ”Tuhan, Engkau tidak akan menemukan kebanyakan dari anak-anak Adam bersyukur atas semua nikmat yang telah dianugerahkan kepada mereka. Nikmat-Mu bahwa Engkau telah memuliakan mereka sebagaimana telah Engkau muliakan Adam dengan sujudnya malaikat untuk-Mu, Engkau telah melebihkan kemuliaannya dariku. Syukur mereka dengan melaksananakan taat kepada-Mu, tetap kepada tauhid-Mu serta mengikuti perintah dan menjauhi larangan-Mu”.
Ya, Rabb, tunjukkan kami agar bisa lepas dari jeratnya.
Alhamdulillah, masih ada dua celah kita bisa lolos dari jerat setan. Pertama dari arah atas dan kedua dari arah bawah. Ayat di atas tidak menyebut dua arah itu. Semoga ini adalah pengecualian, bahwa setan tidak bisa sepenuhnya menyelimuti manusia dengan segala tipu dayanya.
Mengapa setan tidak sanggup menyesatkan manusia dari arah atas? Ibnu Jarir At Thobary mengutip Ibnu Abbas bahwa dalam ayat tersebut tidak menyebut dari arah atas "من فوقهم " sebab rahmat Allah diturunkan kepada setiap hamba dari arah atasnya.
Arah atas adalah lambang rahmat dan kasih sayang Allah. Rahmat merupakan hak dan wewenang mutlak Allah. Tidak ada satu makhluk pun yang sanggup menolak rahmat Allah bagi siapa yang dikehendakinya. Ini berarti, hanya rahmat Allah lah yang bisa membentengi seseorang dari segala tipu daya setan.
Bagaimana dengan arah bawah? Bawah adalah cermin kerendahan dan kelemahan. Lambang kesadaran bahwa manusia hakikatnya adalah rendah dan lemah di hadapan Allah. Satu-satunya yang dapat membuat amanusia menjadi kuat untuk melawan setan adalah mengharap rahmat Allah turun membimbing hidupnya. Kombinasi kesadaran bahwa manusia adalah lemah menghantarkan dirinya tidak putus-putusnya mengharap rahmat Allah. Maka rahmat Allah selalu mendampinginya dengan wasilah ketaatan dan taqarrub sepanjang waktu.
Tahukah kita, setan menjadi tidak berdaya menghadapi manusia yang taat dan dekat kepada Allah sepanjang ketaatan dan kedekatannya tidak dipisah oleh keikhlasan menjalankannya.
”Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.”(QS. An-Nisa [4] : 76).
Dengarlah pengakuan Iblis dalam QS. Al-Hijr [15] : 39 dan 40)
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka".
Menumbuhkan kesadaran bahwa kita adalah dhaif di hadapan Allah adalah mutlak. Laa hawla wa laa quwwata illaa billaah. Memancing rahmat Allah dengan ”umpan” ketaatan kepada-Nya dengan ketaatan tanpa tendensi apa-apa kecuali mengaharap rida-Nya yang murni;ikhlas, juga adalah mutlak. Kombinasi atas dan bawah dalam kesadaran dan ketaatan kepada Allah membuat setan tidak berdaya dan menyerah kalah dengan manusia. Semoga.
Allahu a’lam.
Ciputat, Mei 2010.
Oleh Abdul Mutaqin
abdul_mutaqin@yahoo.com.
http://www.eramuslim.com/oase-iman/abdul-mutaqin-awas-setan-mengepungmu.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar