Setidaknya ada tiga pilar utama yang harus dipancangkan seorang Muslim guna meraih kehidupan yang khasanah, baik di dunia maupun di akhirat.
Pilar tauhid merupakan tonggak pokok yang harus ditamankan. Aktualisasinya berupa keimanan atas rangkaian rukun iman yang terdiri atas enam perkara:
iman kepada Allah, malaikat, rasul, kitab suci, hari akhir, serta qadha dan qadar.
Pilar ibadah juga merupakan tonggak yang tidak dapat diabaikan. Kewajiban yang dibebankan kepada orang yang beriman tersirat di balik itu adalah pelaksanaan rukun Islam yang lima: syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji ke baitullah. Mustahil rasanya, orang bisa sampai pada derajat takwa jika ia hanya melaksanakan salah satu atau sebagian kecil saja dari rukun Islam, terkecuali zakat dan haji yang dikhususkan bagi orang yang mampu.
Pilar sosial adalah pilar yang tidak kalah penting dibandingkan kedua tonggak di atas. Karena, pilar sosial dapat dijadikan indikasi amal saleh seseorang terhadap masyarakat yang berada di sekitarnya, seperti yang dijelaskan Allah SWT dalam firmanNya di surat Ali Imran [3]:133-135, tentang karakteristik orang yang bertakwa, yaitu,
pertama, gemar berinfak, baik di kala lapang maupun susah.
Kedua, menahan amarah. Kita mengetahui pekerjaan yang paling melelahkan adalah ketika kita meluapkan amarah kepada orang yang pantas dimarahi. Namun, Rasulullah SAW berulang kali menyeru umatnya agar tidak mudah marah, melalui hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, “Janganlah engkau mudah marah. Sesungguhnya orang yang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan nafsunya ketika marah.”
Ketiga, memaafkan kesalahan orang lain. Mampu menahan amarah tanpa memaafkan kesalahan orang lain bukanlah tindakan terpuji. Malah berpeluang menimbulkan penyakit fisik dan mental, karena menahan dendam yang membara.
Hal itu senada dengan firman Allah SWT. “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS Al-A’raf[7]:199).
Keempat, sadar dan bertobat atas kesalahan. Sebagai makhluk sosial tentu kita tidak bisa menghindarkan diri dari berbagai interaksi, yang kemungkinan dapat berujung pada sebuah kesalahan. Baik kesalahan dengan mendezalimi diri sendiri maupun menganiaya orang lain. Manakala tersadar akan kesalahan tersebut, sebagai orang yang beriman hendaknya segera mengingat Allah dan memohon ampun kepadaNya
Oleh: Rahmaji Asmuri
http://hikmah08.multiply.com/journal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar