Hampir setiap kita kalau ditanya ” apakah ingin sukses? ”
jawabnya pasti " YA ".
Pencarian sukses pun dilakukan sejak
usia dini, sebelum anak manusia bisa memilih jalan untuk meraih sukses, orang
tua sudah membuatkan jalan awal dengan cara dikasih pendidikan dilingkungan
keluarga, saat usia sekolah tiba, dipilihkan sekolah yang terbaik untuk
menjamin pendidikan kita. Tidak cukup dengan sekolah saja, kadang diluar jam
sekolah, pelajaran pun ditambah dengan kursus-kursus, bahkan ada yang
mendatangkan guru les private yang bayarannya tentu tidak murah, tapi demi
memberikan bekal anak-anaknya untuk meraih sukses kelak dikemudian hari, orang
tua rela peras keringat banting tulang mengeluarkan uang untuk pendidikan
anak-anaknya.
Jika pertanyaan selanjutnya diajukan
”apakah anda ingin bahagia?” jawabannya hampir kompak ”ya”. Kebahagiaan adalah
impian dan tujuan semua orang, seorang mahasiswa yang siang hari giat bekerja,
saat malam tiba, dimana orang-orang pulang ke rumah masing-masing, bertemu
dengan keluarga menikmati secangkir teh manis bersanding dengan kue buatan
istri terkasihnya, sang mahasiswa dengan tekun menyimak pak dosen yang sedang
menguraikan materi mata pelajaran kuliahnya, ketika dia ditanya ”apa yang dikejarnya?” jawabannya cukup simple "aku ingin bahagia"
Sukses VS Bahagia
Ada banyak definisi dan persepsi orang
untuk dua kalimat diatas, kita mulai saja dengan sukses, apakah definisi
sukses?
Menurut Jonru, ” sukses adalah ketika keinginan
atau tujuan kita sudah tercapai”. Seorang
mahasiswa yang ingin lulus dengan nilai terbaik, lalu keinginan itu tercapai,
maka dia boleh dikatakan sudah sukses.
Sedangkan defiinisi bahagia adalah ”
ketika hati dan pikiran menerima apa yang ada dengan tanpa
membanding-bandingkannya dengan yang tidak dimilikinya”. atau dalam kata lain,
menurut Arvan Pradiansyah ” kebahagiaan tergantung dari cara kita dalam
mengelola pikiran “. Singkatnya, orang sukses belum tentu bahagia, juga
sebaliknya orang bahagia belum tentu sukses.
Kisah Bahagia
Ada seorang pemuda yang dengan setia
menunggu kekasihnya menyelesaikan masa kontrak kerjanya diluar negeri, dengan
sepenuh hati dia menantikan saat kepulangannya, hari-hari ia lalui dengan
tumpukan mimpi-mimpi indah hidup bersama kekasihnya, saat yang dinanti pun
tiba, ketika kekasihnya pulang ketanah air, ternyata dia sudah mempunyai
kekasih lain, dia pun menikah dengan kekasih barunya itu. Sang pemuda pun
lunglai terkapar diantara puing mimpi-mimpinya yang berserakan. Hari-harinya
dilalui dengan kecewa dan sakit hati, wajar, dan cukup manusiawi, namun bersama
sang waktu, kepedihan itu mulai sirna, hatinya mulai bisa menerima kenyataan
pahit ini, dalam hati kecilnya ia berkata ”bukan
cuma aku yang pernah merasakan sakit hati, masih banyak orang-orang yang lebih
kecewa dibandingkan nasib yang kualami”. dia pun menerima betul-betul
menerima keadaannya yang sekarang.
Dari kisah diatas, timbul dua
pertanyaan, apakah dia sukses? apakah dia bahagia? jawabnnya, dia tidak sukses karena keinginan hidup bersama
kekasihnya kandas ditengah jalan, namun
dia menemukan kebahagiaan setelah
mampu mengolah pikirannya, sehingga hatinya menerima keadaannya.
Untuk sukses orang harus melalui jeda
waktu dalam rangka meraihnya, kadang butuh bertahun-tahun untuk kita bisa
mewujudkan keinginan kita, tapi untuk bahagia kita tidak memerlukan banyak
waktu, karena bahagia itu ada didalam diri kita sendiri, tinggal bagaimana kita
bisa mengolah hati kita untuk bisa menerima kenyataan.
http://tanbihun.com/tasawwuf/hikmah/pilih-sukses-atau-bahagia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar