Islam memberikan perhatian yang serius dalam hal nasihat-menasihati, termasuk nasihat untuk pemimpin. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Agama adalah nasihat.” Lantas, para sahabat bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslimin, dan untuk seluruh umat Islam.” (HR Muslim dan Nasai).
Wa li-aimmatil Muslimin. Hal ini menunjukkan pentingnya memberi nasihat kepada para pemimpin demi kemaslahatan umat (rakyat) dan termasuk amalan yang mulia, bahkan termasuk jihad fi sabilillah. (HR Ahmad).
Memberi nasihat kepada pemimpin sebagaimana dijelaskan Imam Nawawi, berarti menolong pemimpin dalam menjalankan kebenaran, menaatinya dalam kebaikan, mengingatkannya dengan lemah lembut atas kesalahan yang diperbuatnya, mengingatkan kelalaiannya atas hak-hak kaum Muslimin, tidak memberontaknya, dan membantunya dalam menciptakan stabilitas negara.
Dalam perjalanan sejarah, para ulama dan pemimpin Islam telah memberikan teladan yang baik dalam memberi nasihat kepada pemimpin. Seperti nasihat yang pernah dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib kepada Gubernur Mesir Malik bin Harits Al-Asytar.
Berikut nasihatnya, “Ketahuilah wahai Malik, aku telah mengangkatmu menjadi seorang gubernur dari sebuah negeri yang dalam sejarahnya berpengalaman dengan pemerintahan yang baik dan buruk. Sesungguhnya, orang-orang akan melihat segala urusanmu, sebagaimana engkau dahulu melihat urusan para pemimpin sebelummu. Rakyat akan mengawasimu, sebagaimana engkau mengawasi pemerintahan sebelumnya.”
“Mereka akan berbicara tentangmu, sebagaimana engkau berbicara tentang mereka. Sesungguhnya, rakyat akan berkata yang baik-baik tentang urusan mereka yang berbuat baik kepadanya. Mereka akan "menyembunyikan" semua bukti dari tindakanmu. Karena itu, harta terbesar akan engkau peroleh jika engkau dapat menghimpun harta dari perbuatan baikmu. Jagalah keinginanmu agar selalu di bawah kendali dan jauhkan dirimu dari hal-hal yang terlarang. Dengan sikap waspada, engkau akan mampu membuat keputusan di antara sesuatu yang baik atau tidak baik untuk rakyatmu.”
“Kembangkan sifat kasih sayang dan cintailah rakyatmu dengan lemah lembut. Jadikanlah itu sebagai sumber kebijakan dan berkah bagi mereka. Jangan bersikap kasar dan jangan memiliki sesuatu yang menjadi milik dan hak mereka.”
“Mereka adalah makhluk yang lemah, bahkan kadang melakukan kesalahan. Maka, berikanlah ampunan dan maafmu sebagaimana engkau memohon ampunan dan maaf dari-Nya. Sesungguhnya, engkau berada di atas mereka dan urusan mereka ada di pundakmu. Sedangkan, Allah berada di atas orang yang mengangkatmu. Allah telah menyerahkan urusan mereka kepadamu dan menguji dirimu dengan urusan mereka.”
Semoga, Allah menanamkan sifat keberanian (as-syaja’ah) kepada masyarakat di negeri ini untuk menyampaikan nasihat secara hikmah kepada siapa saja, termasuk kepada para pemimpin tatkala melakukan kekhilafan dan penyimpangan. Aamiin
Oleh: Imam Nur Suharno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar