Jumat, 20 Mei 2011
Perbedaan Sunni dan Syiah
Syiah dan Sunni
Dimanakah letak perbedaan dua mazhab besar Islam, Sunni dan Syiah?.
Ternyata, menurut Ketua Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Jalaluddin Rahmat, terletak dasar hadits yang digunakan kedua aliran besar tersebut.
"Sunni memiliki empat mazhab Hambali, Syafi'i, Maliki dan Hanafi. Apakah ajaran keempat mazhab itu sama? Tidak ada yang berbeda," katanya dalam seminar dan deklarasi Majelis Sunni Syiah Indonesia (MUHSIN) di Masjid Akbar, Kemayoran, Jakarta, Jumat (20/5).
Jalaluddin mengatakan perbedaan keduanya hanya terletak pada hadits. Jika hadits Sunni paling besar berasal dari sahabat nabi seperti Abu Hurairoh, maka hadtis Syiah berasal dari Ahlul Bait (Keluarga Nabi Muhammad SAW). "Jadi bukan berarti ajaran Sunni itu salah, dan Syiah sebaliknya," ujarnya.
Hal senada diutarakan Duta Besar Iran untuk Indonesia Mahmoud Farazandeh, yang menyebut "Perbedaan Sunni dan Syiah di Iran lebih bermuatan politik."
Sementara Pandu Iman Sudibyo, salah satu penganut Syiah dari Bengkulu, lalu mengajukan contoh praktik Syiah di daerahnya yang disebut tidak mendiskriminasi penganut Syiah di Bengkulu. "Kami hidup rukun dan kami lebih mengedepankan rasional," kata ketua IJABI Bengkulu tersebut.
Di Bengkulu, katanya, setiap tahun malah ada perayaan Tabot untuk menghormati kematian Husain bin Ali bin Abi Thalib, cucu nabi, yang bertepatan dengan hari Asyuro (10 Muharram). "Banyak turis asal Iran yang melihat perayaan Tabot di Bengkulu," katanya
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/11/05/20/llhvhk-mau-tahu-perbedaan-sunni-dan-syiah
***********************
Catatan :
Di Luar Negeri Sunni dan Syiah Berseteru, di Indonesia Malah Bersatu
Jika di luar negeri Sunni dan Syiah, kerap bersertu, tidak halnya di Indonesia. Sebab, untuk kali pertama terjadi di dunia, dua aliran besar dalam Islam itu menyatu dalam satu majelis, dan itu terjadi di Indonesia.
Kumpulan bernama majelis Sunni Syiah Indonesia (MUHSIN) itu dideklarasikan sebelum salat Jumat di Masjid Akbar, Kemayoran, Jakarta, oleh Pengurus Pusat Dewan Mesjid Indonesia (DMI) yang mewakili Sunni dan Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) yang mewakili Syi'ah.
"Majelis ini adalah yang pertama di dunia," kata Ketua IJABI Jalaluddin Rahmat dalam seminar bertema 'Kerukunan Ummat Beragama Sebagai Modal Dasar Untuk Kelestarian dan Kebangkitan Bangsa' yang juga ajang deklarasi majelis itu di Jakarta, Jumat (20/5).
Jalaluddin mengatakan, umat Islam harus bangga pada majelis ini karena ini sejarah baru bagi kedua mazhab yang sering diliputi perpecahan, untuk menjalin ikatan persaudaraan antarsesama muslim.
Jalaluddin menegaskan majelis itu tidak mencampurkan dua paham atau ajaran kedua mazhab itu, melainkan hanya sebagai tempat untuk berkumpul, berdialog, dan melakukan kegiatan sosial.
"Masalah ajaran itu masing-masing, Lakum Dinukum Waliyadin (Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku) dan menjalin ukhuwah Islamiyah adalah perintah Allah dalam Alquran," katanya mengutip surat Al-Kafirun dalam Alquran.
Sementara anggota Pengurus Pusat DMI Daud Poliradja menyebut majelis itu didirikan atas latar belakang banyaknya perpecahan yang mengatasnamakan agama di Indonesia, padahal semua agama mengajarkan kebaikan dan bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk hidup rukun.
"Umat beragama saling menjelekkan agamanya, sedangkan kita hidup di Indonesia yang berasaskan Pancasila," sambung Daud.
Selain dihadiri Jalaluddin Rahmat dan Daud Poliradja, deklarasi MUHSIN itu dihadiri pula Duta Besar Iran untuk Indonesia Mahmoud Farazandeh dan Pembantu Deputi Bidang Politik Nasional Sekretariat Jenderal Dewan Ketahanan Nasional, Brigjen (Pol) Manahan Daulay.
Sementara Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto dan beberapa perwakilan lembaga Islam dan organisasi masyarakat seperti MUI, FPI dan FBR, tidak tampak hadir, padahal mereka sudah diundang. "Kami tidak tahu mengapa tidak hadir, tapi kami sudah mengirimkan undangannya,"kata Daud.
Salah satu dari lima poin deklarasi MUHSIN menyebutklan, "memendam dalam-dalam warisan perpecahan dan permusuhan di antara kaum mukmin."
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/11/05/20/llhs6p-beda-dengan-di-luar-negeri-di-indonesia-sunni-dan-syiah-bersatu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Semoga syi'ah laknat di akhr zaman menjadi debu
BalasHapus