Ikhlas artinya murni. Dalam bahasa Arab air murni disebut dengan almaa’ul khalish. Bila air itu dicampur teh maka disebut al-syaai. Bila dicampur kopi disebut al-qahwah. Amal yang ikhlas artinya amal yang murni untuk Allah. Bila sedikit ada acampuran kepentingan maka amal itu menjadi tidak murni lagi. Dengan kata lain, keikhlasannya berkurang atau dianggap tidak ikhlas.
Ada beberapa kaidah penting untuk mengukur ikhlas tidaknya sebuah amal: Pertama, bahwa amal dikatakan ikhlas bila memenuhi dua syarat: shihhatun niyyah (niatnya benar karena Allah) dan shihhatul amal (amalnya benar sesuai dengan tuntunan). Bila hilang salah satunya maka amal menjadi tidak ikhlas.
Contoh, seorang shalat Subuh dengan niat ikhlas, namun dia dengan sengaja menambah rakaatnya menjadi empat rakaat. Maka, shalat tersebut ditolak karena tidak sesuai dengan tuntunan. Karenanya, dalam beramal tidak cukup sekadar niat, melainkan juga harus benar sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Kedua, niat baik tidak bisa mengubah perbuatan maksiat menajdi baik. Contoh seorang mencuri dengan niat baik untuk membiayai anaknya sekolah. Maka, perbuatan tersebut tetap dosa. Contoh lain lagi seorang berzina dengan niat ingin membahagiakan pacarnya. Ini tetap dosa besar. Seorang merampok dengan niat membantu fakir miskin, ini juga haram. Seorang membuka aurat di depan umum dengan niat menghibur orang lain, ini dosa.
Ketiga, niat buruk bisa membuat amal baik menjadi buruk. Dalam sebuah hadis diceritakan bahwa kelak di hari kiamat akan ada tiga orang yang dibangkitkan lalu masing-masing ditanya mengenai nikmat yang telah Allah berikan kepada mereka.
Seorang yang diberi harta banyak, lalu Allah tanya kapadanya mengenai harta tersebut. Dia menjawab bahwa harta tersebut telah diinfakkan dalam kebaikan dengan niat karena Allah. Lalu Allah menjawab, “Kamu bohong, kamu lakukan itu dengan niat ingin dibilang dermawan.” Lalu Allah perintahkan malaikat agar menyeretnya ke neraka.
Lalu seorang yang diberi keahlian belajar dan mengajarkan Alquran. Allah bertanya kepadanya menganai nikmat Alquran. Dia menjawab bahwa telah mengajarkannya karena Allah. Allah menolak, “Kamu bohong, kamu lakukan itu dengan niat agar dibilang seorang qari atau alim.” Lalu Allah perintahkan malaikat agar menyeretnya ke neraka.
Dan, seorang yang diberi kekuatan fisik dan keberanian untuk berperang. Ketika ditanya oleh Allah mengenai nikmat tersebut, dia menjawab, “Aku telah berperang di jalan-Mu ya Allah sehingga aku mati syahid.” Allah menjawab, “Kamu bohong, kamu lakukan itu agar dibilang pemberani. Lalu Allah perintahkan malaikat agar menyeretnya ke neraka.”
Kita paham bahwa ikhlas bukan sekadar ucapan penghias bibir, melainkan amal yang lahir dari kejujuran iman. Karenanya, para ulama mengatakan siapa yang mengatakan “aku ikhlas” maka itu perlu diikhlaskan lagi. Dan siapa yang pernah ikhlas walaupun sejenak maka itu sudah cukup sebagai bukti kejujuran iman. Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar