Al-wara' menurut bahasa jika dikatakan, "wara'a
yara'u war'an wa wara'an wa wari'atan." artinya menjaga dan
menghindari dari hal-hal yang diharamkan kemudian digunakan juga untuk
perbuatan menahan diri dari hal hal yang mubah. pelakunya disebut wari'un
wa mutawarri'un.
lafazh wari'a yaura'u wa yauri'u artinya menjadi orang yang wara'. tawarra'a minal-amri artinya menjauhinya. al-wara' dapat menggerakkan ketakwaan.
Menurut pengertian terminologis, al-wara' artinya menahan diri dari hal-hal yang dapat menimbulka mudharat lalu menyeretnya kepada hal-hal yang haram dan syubhat, karena subhat ini dapat menimbulkan mudharat. sesungguhnya, siapa yang takut kepada syubhat maka dia telah membebaskan kehormatan dan agamanya, dan siapa yang berada dalam syubhat berarti dia berada dalam hal yang haram, seperti penggembala di sekitar tanaman yang dijaga, yang begitu cepat dia masuk ke dalamnya.
lafazh wari'a yaura'u wa yauri'u artinya menjadi orang yang wara'. tawarra'a minal-amri artinya menjauhinya. al-wara' dapat menggerakkan ketakwaan.
Menurut pengertian terminologis, al-wara' artinya menahan diri dari hal-hal yang dapat menimbulka mudharat lalu menyeretnya kepada hal-hal yang haram dan syubhat, karena subhat ini dapat menimbulkan mudharat. sesungguhnya, siapa yang takut kepada syubhat maka dia telah membebaskan kehormatan dan agamanya, dan siapa yang berada dalam syubhat berarti dia berada dalam hal yang haram, seperti penggembala di sekitar tanaman yang dijaga, yang begitu cepat dia masuk ke dalamnya.
Menurut
Al-Faqih, bukti adanya wira'i (wara') dalam diri seseorang adalah jika dalam
diri orang tersebut telah ada sepuluh kewajiban, yaitu:
1. Memelihara
lisan, tidak sampai ghibah atau menggunjing. Firman Allah swt. dalam surah
al-Hujurat ayat 12 yang artinya, "Janganlah setengah di antara kamu
menggunjing terhadap setengah lainnya."
2. Tidak
buruk sangka. Firman Allah swt. dalam surah al-Hujurat ayat 12 yang artinya,
"Hindarkanlah prasangka buruk, karena setengahnya adalah dosa."
Dalam
hadits Nabi saw. dijelaskan yang artinya, "Hati-hatilah kamu dari
prasangka buruk, karena hal itu adalah perkataan paling bohong."
3. Tidak
menghina (merendahkan) orang lain. Firman Allah swt. dalam surah al-Hujurat
ayat 11 yang artinya, "Janganlah suatu kaum menghina kaum lainnya, boleh
jadi kaum yang dihina itu adalah lebih baik dari pada kaum yang menghina."
4. Memelihara
pandangan mata dari yang haram. Firman Allah swt. dalam surah Nur ayat 30 yang
artinya, "Katakanlah, ada orang-orang mukmin agar memejamkan pandangan
matanya dari yang haram."
5. Berbicara
benar. Firman Allah swt. dalam surah al-An'am ayat 152 yang artinya, "Dan
apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil."
6. Mengingat
nikmat Allah swt. yang telah diberikan kepadanya agar tidak sombong. Firman
Allah swt. dalam surah al-Hujurat ayat 17 yang artinya, "Bahkan
Allah-lah yang memberi karunia kepadamu ketika kau diberi petunjuk, sehingga
kau beriman. Jika kau benar-benar beriman."
7. Menggunakan
hartanya dalam jalan kebenaran, bukan pada kebatilan. Firman Allah swt. dalam
surah al-Furqan ayat 67 yang artinya, "Orang-orang yang membelanjakan
hartanya tiada berlebihan dan tiada kikir, mereka tengah-tengah (berlaku
sedang) dalam hal itu."
8. Tidak ambisi
kedudukan dan tidak pula berlaku sombong. Firman Allah swt. dalam surah al-Qashash
ayat 83 yang artinya, "Negeri akhirat sengaja Kami sediakan bagi mereka
yang tidak ambisi kedudukan dunia dan tidak pula suka merusak."
9. Memelihara
(waktu) sholat dan menyempurnakan ruku dan sujudnya. Firman Allah swt. dalam
surah al-Baqarah ayat 238 yang artinya, "Peliharalah (waktu-waktu)
sholat, terutama sholat pertengahan, tegakkanlah dengan khusyu', diam
bermunajat."
10. Istiqomah
mengikuti sunnah Rasul dan jamaah umat Islam. Firman Allah swt. dalam surah
al-An'am ayat 153 yang artinya, "Inilah ajaran yang menuju kepada
keridhoan-Ku (jalan lurus-benar), lalu ikutilah, jangan mengikuti jalan-jalan
lain, (jika demikian), pasti menyimpang jauh dari jalan Allah. Demikianlah
pesan Dia kepadamu agar kamu bertakwa."
Ketahuilah
bahwa wara' itu baik, tetapi jika berlebih-lebihan sampai di luar batas,
akhirnya menjadi tidak baik. Rasulullah saw. bersabda, "Celakalah
orang-orang yang melampaui batas."
Oleh
karena itu, hendaknya kita senantiasa berhati-hati terhadap segala sesuatu yang
serupa dengan wara' yang berlebih-lebihan. Karena meskipun tidak membahayakan,
namun dapat menjadikan seseorang lupa dengan sesuatu yang lebih penting karena
sibuk dengan wara' yang berlebih-lebihan. Seperti halnya orang yang sedang
bersuci, karena berlebih-lebihan mencari air dan menganggap ini terkena najis,
ini makruh dan lain sebagainya. Akhirnya ia tidak jadi bersuci. Hal seperti
inilah yang seharusnya tidak perlu terjadi. Tidak seyogyanya manusia itu
mengerjakan wara' yang rumit-rumit kecuali orang yang alim dan kokoh hatinya.
Sebab orang yang alim dan kuat pendiriannya, jika melampaui batas dari garis
ketentuan maka dengan sendirinya ia akan membalikkan diri sehingga tidak
melampaui batas syara' yang ditentukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar