Pengertian
Secara harfiah syukur berarti
berterimakasih. Bersyukur adalah mengakui kebajikan. Juga berterima kasih
kepada pihak yang telah berbuat baik atas kebajikan yang telah diberikannya.
Sedangkan secara terminologi
bersyukur adalah memperlihatkan pengaruh nikmat Illahi pada diri seseorang
hamba pada kalbunya dengan beriman pada lisannya dengan pujian dan sanjungan,
dan pada anggota tubuhnya dengan mengerjakan amal ibadah ketaatan.
Hakikat syukur menurut Imam
al-Qushairi yang dinukilkannya dari Syekh Ali Dahaq adalah “pengakuan terhadap
nikmat yang telah diberikan kepadanya yang dibuktikan dengan
ketundukannya”.
Berdasarkan batasan ini kita
dapat menarik kesimpulan bahwa syukur ialah mempergunakan nikmat Allah
Subhannahu Wa Taala menurut yang dikehendakiNya.
Bersyukur merupakan sebaik-baik
jalan kehidupan bagi orang-orang yang bahagia. Tidaklah mereka menaiki tangga
kedudukan yang lebih tinggi, melainkan berkat syukur mereka.
Sebab, iman itu terdiri dari dua
bagian, yaitu bersyukur dan bersabar, maka bersyukur merupakan suatu keharusan
bagi orang yang harap kebaikan bagi dirinya. Syukur dan sabar ibarat dua sisi
mata uang yang tak terpisahkan.
Indikator
Indikator merupakan sebuah tanda
atau ciri-ciri dari syukur. Orang yang telah menapaki tangga syukur akan bisa
dilacak melalui ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pandai
berterimakasih dan selalu berbuat kebajikan kepada sesama
manusia dan alam.
2. Gembira
hati dengan apa yang diberikan walau secara kuantitas
pemberian itu belum sebanding dengan ikhtiar.
3. Mampu
mempergunakan nikmat itu untuk memperlancar jalan menuju
keridhaan Allah.
4. Selalu
mengucapkan tahmid atau Hamdalah setiap kali mendapatkan
nikmat atau pujian dari Allah maupun sanjungan dari orang lain.
5. Memandang
besar Nikmat Allah sekecil apapun yang diterima dan
memandang ke bawah tentang urusan dunia.
Mengenai indikasi dari bersyukur
atau tidaknya seseorang juga dijelaskan dalam beberapa hadits Rasulullah
Salallahu Alaihi Wassalam seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud sebagai
berikut:
لا يشكرالله من لا يشكر الناس
Tidaklah bersyukur kepada Allah
orang yang tidak berterima kasih kepada orang lain.(HR. Abu Daud).
انظروا الى من هو اسفل منكم ولا تنظروا الى من هو فوقكم فانه اجدر ان لا تزدروا نعمة الله
“Pandanglah orang yang ada di
bawahmu dan janganlah memandang orang yang di atasmu, karena sesungguhnya hal
tersebut lebih mendorong kamu untuk tidak meremehkan nikmat Allah.” (HR.
Muslim).
Keutamaan
Syukur
Syukur memiliki keutamaan yang
banyak seperti yang dingkapkan oleh Allah dalam beberapa surat dan ayat
Al-Quran sebagai berikut:
“... karena itu, ingatlah kamu
kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan
janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Al-Baqarah: 152)
Mengapa Allah akan menyiksamu,
jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha
mengetahui. (An-Nisa: 147)
Sesuatu yang bernyawa tidak akan
mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan
waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya
pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan
(pula) kepadanya pahala akhirat itu dan Kami akan memberi Balasan kepada
orang-orang yang bersyukur. (Ali Imran: 145)
Dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu memaklum-kan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Ibrahim: 7)
“Hai orang-orang yang beriman,
Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, Maka janganlah mereka
mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu kuaatir menjadi
miskin, Maka Allah nanti akan memberi kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika
Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
(At-Taubah: 28)
Jika kamu meminjamkan kepada
Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu
dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.
(At-Taghabun: 17)
Dan demikianlah telah Kami uji
sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang
miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: "Orang-orang semacam
inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?" (Allah
berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur
(kepadaNya)?"(Al-Anam: 53)
Jika kamu kafir, maka
sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran
bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu
kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.
Kemudian kepada Tuhanmu-lah kembalimu, lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui apa yang tersimpan dalam
(dada)mu. (Az-Zumar: 7)
Dan mereka mengucapkan:
"Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan
telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati
tempat dalam syurga di mana saja yang kami kehendaki.” Maka syurga itulah
sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal. (Az-Zumar: 74)
“Doa mereka di dalamnya ialah:
"Subhanakallahumma" dan salam penghormatan mereka ialah:
"Salam" dan penutup doa mereka ialah: "Alhamdulillaahi Rabbil
aalamin". (Yunus: 10).
Proses
Terapi Syukur
Penerapan terapi syukur ini dapat
dilakukan melalui beberapa kegiatan antara lain:
-
Mengenal nikmat: menghadirkan dalam hati, mengistimewakan dan
meyakini-Nya. Apabila seseorang hamba telah mengenal nikmat, maka dari
pengenalan ini dia akan beranjak untuk mengenal Tuhan yang memberi nikmat.
Apabila telah mengenal tentulah ia akan mencintaiNya. Apabila ia telah
mencintaiNya, tentulah ia akan sungguh-sungguh untuk mencariNya dan bersyukur
kepadaNya. Pencariannya akan teraplikasi dalam bentuk ibadah. (sadar nikmat dan
memandang besar arti dan makna pemberian nikmat dari Allah).
-
Menerima nikmat: menyambutnya dengan memperlihatkan kefakiran kepada yang
memberi nikmat dan hajat kita kepadaNya, bahwa berlangsungnya semua nikmat yang
diterima itu merupakan keberkahanNya untuk kita mendapatkannya, karena
sesungguhnya Allah memberi kita banyak nikmat hanyalah sebagai karunia dan
kemurahanNya semata.
-
Memuji Allah atas nikmat yang telah diberikan olehNya. Pujian yang
berkaitan dengan nikmat ini ada dua macam yaitu bersifat umum dan khusus. Yang
bersifat umum yaitu dengan memujiNya bersifat dermawan, pemurah, baik, mahaluas
pemberianNya dan sebagainya. Yang bersifat khusus yaitu membicarakan
nikmat-nikmat Allah yang telah dianugerahkanNya kepada anda dan anda ungkapkan
bahwa semuanya itu telah anda terima. Sesuai dengan firman Allah dalam
surat Adh-Dhuhaa ayat 11: Dan terhadap nikmat Tuhan-mu maka hendaklah kamu
menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur – selalu membaca Alhamdulillahirabbil
alamin dalam berbagai kondisi menyangkut dengan nikmat Allah dimaksud).
-
Mempergunakan nikmat dengan memanfaatkan bahagian rizki yang diperoleh
untuk berbagai rahmat dengan sesama atau mempergunakannya untuk hal-hal yang
mendekatkan diri kepada-Nya.
-
Memelihara kualitas ibadah dan ketaatan sebagai aplikasi syukur.
Oleh: Nazirman, Pjs.
Direktur Eksekutif LPPD-FD dan Pengasuh Mata Kuliah BK Keperawatan dan
Psikoterapi Islam di Fakultas Dakwah IAIN IB Padang – editor Zakirman Tanjung
"Dan hendaklah bertakbir atas anugerah yang telah Allah berikan. Semoga kalian menjadi hamba-Nya yang bersyukur." (QS al-Baqarah [2]: 185). Ayat ini merupakan satu rangkaian dengan perintah puasa (QS [2]: 183).
Ramadhan mencetak kita menjadi hamba-Nya yang bertakwa. Dan orang yang bertakwa, akan senantiasa mengingat kebesaran Allah, termasuk semua nikmat yang telah diberikan kepadanya.
Di lidah ia mengucapkan kalimat takbir, dalam amal perbuatan ia menerjemahkannya dengan rasa syukur. Karena itu, menjadi pribadi yang bertakwa belum cukup bila tidak dibarengi dengan pribadi yang bersyukur. Kenapa? Karena maqam syukur lebih tinggi dari maqam takwa. Sebab, syukur menjadi maqam-nya para nabi dan rasul. Karenanya, Allah menegaskan, hanya sedikit dari hamba-Nya yang pandai bersukur (QS Saba [34]: 13).
Syukur merupakan satu stasiun hati yang akan menarik seseorang pada zona damai, tenteram, dan bahagia. Ia juga akan mendapatkan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat, sekaligus mendapatkan insentif pahala dan kenikmatan yang terus bertambah dari Allah SWT (QS Ibrahim [14:] 7).
Rasul SAW adalah manusia yang pandai bersyukur.
Suatu ketika, beliau pernah ditanya Bilal, "Apakah yang menyebabkan baginda menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosa baginda, baik yang dahulu maupun yang akan datang?"
Beliau menjawab, "Tidakkah engkau suka aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?"
Dzunnun al-Mishri memberi tiga gambaran tentang manifestasi syukur dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama, kepada yang lebih tinggi urutan dan kedudukannya, maka ia senantiasa menaatinya (bit-tha'ah). "Hai orang-orang beriman, taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan kepada ulil amri di antara kalian …" (QS an-Nisa [4]: 59).
Kedua, kepada yang setara, kita mengejawantahnya dengan bil-hadiyyah. Saling tukar pemberian. Kita harus sering-sering memberi hadiah kepada istri atau suami, saudara, teman seperjuangan, sejawat dan relasi. Dengan cara itu, maka akan ada saling cinta dan kasih.
Ketiga, kepada yang lebih bawah dan rendah dari kita, rasa syukur dimanifestasikan dengan bil-ihsan. Selalu memberi dan berbuat yang terbaik. Kepada anak, adik-adik, anak didik, para pegawai, buruh, pembantu di rumah dan semua yang stratanya di bawah kita, haruslah kita beri sesuatu yang lebih baik. Jalinlah komunikasi dan berinteraksilah dengan baik, dan kalau hendak men-tasharuf-kan rezeki, berikan dengan sesuatu yang baik (QS as-Syu'ara [26]: 215 dan al-Baqarah [2]:195).
Wallahu a'lam.
Oleh Ustaz Muhammad Arifin Ilham
Sumber : Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar