Ibadah haji itu membutuhkan persiapan yang matang karena
relatif lebih berat pelaksanaaannya dibanding ibadah lain seperti shalat,
zakat, ataupun shaum ramadhan. Ini berhubungan dengan jauhnya perjalanan,
tingginya dinamika,serta banyaknya jamaah yang berkumpul di tanah
suci.
Hal-hal penting yang kita persiapan adalah:
Pertama, niat yang lurus karena Allah semata. Meyakini ibadah ini panggilan Allah. “Wa atimmul hajja wal ‘umrota lillah” (sempurnakanlah haji dan umrohmu semata-mata karena Allah)—QS Al Baqarah 196.
Kedua, memahami ilmu manasik haji. Jamaah harus belajar manasik mulai dari rukun dan syarat, tatacara ibadah, hingga hikmah-hikmahnya. Pengetahuan yang dalam akan menunjang keberhasilan dan kemantapan. Nabi Ibrahim As saja minta kepada Allah agar diberi ilmu tentang manasik “wa arinaa manaasikanaa” (Ya Allah tunjukkanlah tatacara manasik kami)—QS Al Baqarah 128.
Ketiga, kesiapan untuk mengikuti petunjuk Nabi “khudzuu ‘annii manaasikakum” (Ambilah dariku manasikmu).—HR Muslim. Harus jelas rujukannya, yaitu apa yang dikerjakan oleh Rosulullah SAW. Jangan mengada-ada atau sekedar ikut-ikutan.
Keempat, persiapan fisik dan mental. Karena ibadah ini jauh ke Mekkah di saudi Arabia dan memakan waktu yang cukup lama, maka baik fisik maupun mental mesti disiapkan. Saran-saran berkaitan menjaga kesehatan perlu diperhatikan. Demikian juga dengan kesiapan mental seperti sabar, berani, toleran, siap untuk bantu membantu, rendah hati serta optimistik.
Kelima, bekal materi dan banyak berdoa. Bekal materi tak perlu banyak, yang penting cukup. Hal ini untuk menenangkan jiwa dalam perjalanan ibadah ini. Terlalu banyak bekal dapat menggeserkan orientasi dari ibadah kepada nafsu tinggi berbelanja. Terlalu minim bekal dapat menggelisahkan. Do’a tentu mutlak adanya karena ibadah haji adalah ibadah do’a. Berdoa agar dimudahkan Allah, diberi kesehatan, mendapat perlindungan, serta dijadikan hajinya mabrur. “ud’unii astajib lakum” (berdoalah kepada-Ku, Aku akan kabulkan permohonanmu)—QS Al Mu’min 60.
Keenam, bersihkan diri. Meminta maaf kepada tetangga dan sanak saudara. Memperbanyak istighfar serta meningkatkan kualitas ibadah. Semakin dekat dengan Allah. Ibadah haji adalah perjalanan suci “rihlah muqaddasah” karenanya sucikan diri sejak dini. “qad aflaha man tazakkaa” (Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri)—QS Al A’la 14.
Hal-hal penting yang kita persiapan adalah:
Pertama, niat yang lurus karena Allah semata. Meyakini ibadah ini panggilan Allah. “Wa atimmul hajja wal ‘umrota lillah” (sempurnakanlah haji dan umrohmu semata-mata karena Allah)—QS Al Baqarah 196.
Kedua, memahami ilmu manasik haji. Jamaah harus belajar manasik mulai dari rukun dan syarat, tatacara ibadah, hingga hikmah-hikmahnya. Pengetahuan yang dalam akan menunjang keberhasilan dan kemantapan. Nabi Ibrahim As saja minta kepada Allah agar diberi ilmu tentang manasik “wa arinaa manaasikanaa” (Ya Allah tunjukkanlah tatacara manasik kami)—QS Al Baqarah 128.
Ketiga, kesiapan untuk mengikuti petunjuk Nabi “khudzuu ‘annii manaasikakum” (Ambilah dariku manasikmu).—HR Muslim. Harus jelas rujukannya, yaitu apa yang dikerjakan oleh Rosulullah SAW. Jangan mengada-ada atau sekedar ikut-ikutan.
Keempat, persiapan fisik dan mental. Karena ibadah ini jauh ke Mekkah di saudi Arabia dan memakan waktu yang cukup lama, maka baik fisik maupun mental mesti disiapkan. Saran-saran berkaitan menjaga kesehatan perlu diperhatikan. Demikian juga dengan kesiapan mental seperti sabar, berani, toleran, siap untuk bantu membantu, rendah hati serta optimistik.
Kelima, bekal materi dan banyak berdoa. Bekal materi tak perlu banyak, yang penting cukup. Hal ini untuk menenangkan jiwa dalam perjalanan ibadah ini. Terlalu banyak bekal dapat menggeserkan orientasi dari ibadah kepada nafsu tinggi berbelanja. Terlalu minim bekal dapat menggelisahkan. Do’a tentu mutlak adanya karena ibadah haji adalah ibadah do’a. Berdoa agar dimudahkan Allah, diberi kesehatan, mendapat perlindungan, serta dijadikan hajinya mabrur. “ud’unii astajib lakum” (berdoalah kepada-Ku, Aku akan kabulkan permohonanmu)—QS Al Mu’min 60.
Keenam, bersihkan diri. Meminta maaf kepada tetangga dan sanak saudara. Memperbanyak istighfar serta meningkatkan kualitas ibadah. Semakin dekat dengan Allah. Ibadah haji adalah perjalanan suci “rihlah muqaddasah” karenanya sucikan diri sejak dini. “qad aflaha man tazakkaa” (Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri)—QS Al A’la 14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar