Awalnya, seperti tidak mungkin memisahkan Claire Birkill (37
tahun) dari gemerlapnya dunia malam. Berpakaian serba terbuka dan sensual,
Claire biasa menghabiskan waktu setiap malam, menari hura-hura di diskotek
hingga pagi tiba. Tambah pula, minuman keras, rokok 40 batang sehari, dan
makanan berkadar lemak babi. Itu semua menjadi bagian dari keseharian Claire
mengejar kesenangan hidup. Tapi tetap saja, ibu tiga anak ini mengaku, tidak
merasakan bahagia.
“Pada 2013, saya dan suami akhirnya bercerai. Meski saat itu, usia pernikahan kami sudah delapan tahun. Hati saya hancur,” ujar Claire Birkill seperti dilansir Mirror, Jumat (19/12).
Untuk menyingkirkan kesepian, Claire lantas memutuskan masuk ke sebuah kursus kepariwisataan di Nottingham, Inggris. Setahun kemudian, dia berkesempatan mengunjungi Gambia, sebuah negara di Benua Afrika, untuk mempelajari turisme luar negeri.
“Di sanalah saya bertemu Sarif. Waktu itu, dia mengajar di sebuah sekolah. Saya terkesan sekali dengannya,” kata Claire Birkill, Jumat (19/12).
Claire mengisahkan, pada pertemuan pertama, dirinya dan Sarif Jallow (28 tahun) sudah saling menyukai satu sama lain. Pada hari terakhir kunjungan Claire di Gambia, Sarif lantas menyatakan perasaannya. Dia jatuh cinta kepada Claire. Di bandara, Claire menangis tiga jam lamanya karena harus berpisah dengan Sarif.
“Saya benar-benar sedih saat itu. Dia pria yang baik,” kata Claire Birkill, Jumat (19/12).
Sesampainya di Inggris, Claire setiap malam selalu menelepon Sarif. Perasaan cinta di antara keduanya pun kian menguat. Beberapa minggu kemudian, Sarif memberanikan diri melamar Claire. Saat itu, Claire sendiri sudah mengetahui, Sarif merupakan seorang Muslim. Karenanya, Claire mulai giat mempelajari agama Islam, yakni pertama-tama melalui internet.
“Saya tersentuh. Islam itu mengajarkan perdamaian, empati, dan cinta kasih. Segala hal yang saya yakini sebagai kebaikan,” tutur Claire Birkill.
“Pada 2013, saya dan suami akhirnya bercerai. Meski saat itu, usia pernikahan kami sudah delapan tahun. Hati saya hancur,” ujar Claire Birkill seperti dilansir Mirror, Jumat (19/12).
Untuk menyingkirkan kesepian, Claire lantas memutuskan masuk ke sebuah kursus kepariwisataan di Nottingham, Inggris. Setahun kemudian, dia berkesempatan mengunjungi Gambia, sebuah negara di Benua Afrika, untuk mempelajari turisme luar negeri.
“Di sanalah saya bertemu Sarif. Waktu itu, dia mengajar di sebuah sekolah. Saya terkesan sekali dengannya,” kata Claire Birkill, Jumat (19/12).
Claire mengisahkan, pada pertemuan pertama, dirinya dan Sarif Jallow (28 tahun) sudah saling menyukai satu sama lain. Pada hari terakhir kunjungan Claire di Gambia, Sarif lantas menyatakan perasaannya. Dia jatuh cinta kepada Claire. Di bandara, Claire menangis tiga jam lamanya karena harus berpisah dengan Sarif.
“Saya benar-benar sedih saat itu. Dia pria yang baik,” kata Claire Birkill, Jumat (19/12).
Sesampainya di Inggris, Claire setiap malam selalu menelepon Sarif. Perasaan cinta di antara keduanya pun kian menguat. Beberapa minggu kemudian, Sarif memberanikan diri melamar Claire. Saat itu, Claire sendiri sudah mengetahui, Sarif merupakan seorang Muslim. Karenanya, Claire mulai giat mempelajari agama Islam, yakni pertama-tama melalui internet.
“Saya tersentuh. Islam itu mengajarkan perdamaian, empati, dan cinta kasih. Segala hal yang saya yakini sebagai kebaikan,” tutur Claire Birkill.
Pada Juni 2013, hidayah Allah datang kepadanya. Claire Birkill
akhirnya mengucapkan dua kalimat syahadat, disaksikan beberapa warga Muslim di
sebuah masjid di Inggris. Sejak saat itu, dia teguh memegang keyakinannya demi
mengungkapkan rasa syukur kepada Allah. Sebelum menikah dengan Sarif Jallow,
Claire memutuskan mengganti namanya menjadi Jameela.
Kini segalanya berubah. Jika dulu terbiasa gaya hidup hedonistis, kini Jameela menghabiskan banyak waktu mempelajari agama Islam. Terutama, belajar membaca Alquran dalam bahasa Arab. Jameela menjelaskan, secara fisik tubuhnya pun kini terasa lebih sehat. Pasalnya, dahulu Jameela mengaku, rutin merokok 40 batang sehari, menenggak minuman beralkohol tiap malam, dan mengonsumsi makanan berkadar lemak secara berlebihan. Sekarang, semua itu masa lalu baginya.
“Saya mempelajari aturan Islam tentang makanan dan minuman halal. Bagi saya, aturan itu mengkondisikan tubuh kita lebih sehat. Selain itu, puasa pada bulan Ramadhan ternyata kenikmatan. Meksipun pada awal-awalnya, saya sendiri merasa sulit menjalaninya,” kata Jameela.
Jameela melanjutkan, rutinitas malamnya di diskotek kini sudah berganti dengan khusyuknya shalat malam. Jameela mengaku, begitu antusias menjaga waktu shalat wajib lima kali sehari. Baginya, shalat merupakan cara seorang Muslim mensyukuri kebahagiaan.
Namun, Jameela mengakui, keputusannya memeluk agama Islam tidak selalu direspons baik. Jameela sering diejek sejumlah tetangganya. Bahkan pernah ada seseorang yang tidak dikenalnya, ketika lewat di depan jalan, mencemooh cara berpakaian Jameela, yakni kain jilbab yang menutupi kepala hingga bagian perutnya serta baju berkain longgar dan menutupi lekuk tubuh.
Tidak cukup itu, Jameela menceritakan, pada suatu hari dirinya pernah diteriaki “teroris” oleh seorang pejalan kaki. Beberapa kawan lama, sahabat, dan bahkan sanak keluarga Jameela sendiri, ikut-ikutan menjauhinya sejak dirinya menjadi seorang Muslimah.
Bagaimanapun, Jameela mengaku, itu semua bukanlah persoalan. Dirinya tetap tidak berpaling dari Islam. Sebab, menurutnya, selama orang-orang Muslim memperlakukan siapapun secara santun, tidak ada alasan untuk berperilaku buruk. Lagipula, ungkap Jameela, komunitas Muslim Inggris menyambut terbuka Jameela sebagai bagian dari umat. Persahabatan yang sesunggunya lantas ditemukannya, terjalin atas dasar iman kepada Allah.
“Saya sangat bahagia sekarang. Dan terima kasih untuk Sarif, yang telah memperkenalkan saya kepada Islam,” kata Jameela, seperti dikutip dari Mirror.
Kini segalanya berubah. Jika dulu terbiasa gaya hidup hedonistis, kini Jameela menghabiskan banyak waktu mempelajari agama Islam. Terutama, belajar membaca Alquran dalam bahasa Arab. Jameela menjelaskan, secara fisik tubuhnya pun kini terasa lebih sehat. Pasalnya, dahulu Jameela mengaku, rutin merokok 40 batang sehari, menenggak minuman beralkohol tiap malam, dan mengonsumsi makanan berkadar lemak secara berlebihan. Sekarang, semua itu masa lalu baginya.
“Saya mempelajari aturan Islam tentang makanan dan minuman halal. Bagi saya, aturan itu mengkondisikan tubuh kita lebih sehat. Selain itu, puasa pada bulan Ramadhan ternyata kenikmatan. Meksipun pada awal-awalnya, saya sendiri merasa sulit menjalaninya,” kata Jameela.
Jameela melanjutkan, rutinitas malamnya di diskotek kini sudah berganti dengan khusyuknya shalat malam. Jameela mengaku, begitu antusias menjaga waktu shalat wajib lima kali sehari. Baginya, shalat merupakan cara seorang Muslim mensyukuri kebahagiaan.
Namun, Jameela mengakui, keputusannya memeluk agama Islam tidak selalu direspons baik. Jameela sering diejek sejumlah tetangganya. Bahkan pernah ada seseorang yang tidak dikenalnya, ketika lewat di depan jalan, mencemooh cara berpakaian Jameela, yakni kain jilbab yang menutupi kepala hingga bagian perutnya serta baju berkain longgar dan menutupi lekuk tubuh.
Tidak cukup itu, Jameela menceritakan, pada suatu hari dirinya pernah diteriaki “teroris” oleh seorang pejalan kaki. Beberapa kawan lama, sahabat, dan bahkan sanak keluarga Jameela sendiri, ikut-ikutan menjauhinya sejak dirinya menjadi seorang Muslimah.
Bagaimanapun, Jameela mengaku, itu semua bukanlah persoalan. Dirinya tetap tidak berpaling dari Islam. Sebab, menurutnya, selama orang-orang Muslim memperlakukan siapapun secara santun, tidak ada alasan untuk berperilaku buruk. Lagipula, ungkap Jameela, komunitas Muslim Inggris menyambut terbuka Jameela sebagai bagian dari umat. Persahabatan yang sesunggunya lantas ditemukannya, terjalin atas dasar iman kepada Allah.
“Saya sangat bahagia sekarang. Dan terima kasih untuk Sarif, yang telah memperkenalkan saya kepada Islam,” kata Jameela, seperti dikutip dari Mirror.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar