Dalam bekerja, kita tentu berharap mendapatkan rezeki untuk kita berikan dan nafkahkan kepada keluarga. Nafkah tersebut akan menjadi darah, mengalir ke seluruh anggota tubuh, serta menggerakkan seluruh pikiran dan sikap dalam keseharian. Jika nafkah tersebut berasal dari hasil kerja yang tidak baik—syubhat, makruh, ataupun haram—tentu darah yang mengalir dalam tubuh keluarga kita menjadi haram.
Bekerja dalam upaya mendapatkan rezeki haruslah dilakukan dengan kemampuan yang terbaik, kedisiplinan penuh, jujur, dan ikhlas, sehingga keberkahan rezeki yang kita harapkan akan kita dapatkan, dan pada akhirnya akan berujung pada kehidupan tenang dan tenteram.
Makanan yang kita makan akan menumbuhkan dan mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak. Sari makanan akan menjadi unsur-unsur darah, otak, daging, tulang-belulang, dan organ tubuh lainnya. Jika sari makanan yang dimakan adalah barang haram, maka darah yang mengalir ke seluruh organ tubuh akan dialiri dengan darah yang haram.
Semua itu tentunya akan mempengaruhi pikiran dan perasaan. Mungkinkah seseorang bisa berfikir jernih dengan otak yang haram? Bisakah seseorang menunaikan ibadah dengan baik dan merasakan keagungan Tuhan jika seluruh organ tubuhnya diliputi unsur-unsur yang haram?
Nafkah haram tidak hanya mempengaruhi tubuh lewat makanan dan minuman, tetapi menjadikan semua hal menjadi haram. Seperti pakaian, perabot rumah tangga, perlengkapan ibadah, dan segala sesuatu yang dibeli dengan nafkah haram tadi. Mungkinkah tubuh yang haram, yang ditutup dengan pakaian yang haram, bisa mempersembahkan nilai yang baik di sisi Allah SWT?
Sebaliknya, dengan nafkah yang halal, makanan yang dibeli pun menjadi halal, pakaian halal, perlengkapan ibadahnya halal, perabot rumah tangganya halal, dan biaya pendidikan anak-anaknya halal. Semua yang diperoleh dengan nafkah halal, menjadikan barang-barang halal pula. Kita akan merasa lega apabila memakan makanan halal dan menggunakan barang-barang halal. Tidak merasa curiga, was-was, takut, dan khawatir. Ibadah pun bisa dilaksanakan dengan baik dan khusyuk. Anak-anak bisa belajar dengan baik, berpikir jernih, dan dapat merasakan betapa besar keagungan dan nikmat Allah SWT. Dengan harapan setiap ibadah kita diterima Allah SWT, doa-doa kita diperkenankan-Nya, kehidupan kita selalu diberkati dan diridhai-Nya, dan anak-anak tumbuh menjadi anak yang saleh.
Hendaklah kita senantiasa bekerja dan berupaya keras agar pekerjaan yang kita laksanakan selalu benar. Selalu berada dalam batas-batas kebaikan dan kebenaran sehingga hasil yang didapatkan, rezeki atau gaji menjadi harta yang halal.
Bekerja dengan hati nurani akan mendatangkan harta dan rezeki yang berkah. Kita dapat melihat seseorang yang mungkin pendapatannya kecil, tetapi memiliki keluarga yang harmonis, anak tidak pernah sakit, suasana keluarga tenang, taat beribadah, selalu merasa cukup, dapat bersyukur dengan apa yang ada, atau bahkan sering mendapatkan rezeki yang tak terduga.
Nafkah yang berkah, harta yang halal, diawali dengan niat yang baik, semangat yang tinggi, penuh tanggung jawab, jujur, dan disiplin, lalu setelah itu bertawakallah kepada Allah SWT. (Hijrah)
http://www.erlangga.co.id/agama/7129-menguak-misteri-rezeki-yang-berkah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar