Seorang Muslim diajarkan, setiap dosa tidak ada yang dianggap
kecil. Setiap Muslim haruslah berpandangan bahwa seluruh dosa-dosanya sekecil
apa pun, diibaratkan seperti sebuah gunung yang suatu saat bisa saja runtuh dan
menimpanya.
Secara fikih, orang yang lalai dalam mematuhi perintah Allah SWT atau orang yang tidak peduli terhadap amal-amal utama, tidak berbeda dengan cara meminta ampun bagi pelaku dosa besar.
Hanya saja, pelaku dosa kecil tidak sampai mendapatkan hukuman berat seperti pelaku zina, perampok, pencuri, dan lain-lain. Selain itu, mereka harus menyadari dosa-dosanya dan mengganti perbuatan dosa dan kesalahan yang diperbuatnya dengan kebaikan.
Permohonan maghfirah yang dilakukan sebagai sarana untuk mencapai ridha Allah SWT atau sebagai bukti ketaatan kepada-Nya adalah dengan cara senantiasa beristighfar sekalipun merasa tidak melakukan dosa.
Istighfar dijadikan sebagai zikir dan wirid sepanjang hari, seperti yang dilakukan Rasulullah SAW yang senantiasa beristighfar setiap hari sebanyak lebih dari tujuh puluh kali (HR Bukhari). Atau dalam versi lain, Rasulullah SAW beristighfar seratus kali dalam sehari (HR Muslim).
Alquran banyak mengajarkan tentang doa-doa untuk mendapatkan maghfirah dari Allah SWT, seperti doa yang dibaca oleh Nabi Adam AS, yang berbunyi, “Rabbana zalamna anfusana wa in lam taghfir lana wa tarhamna lanakunanna minal khasirin (Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang- orang yang merugi)” (QS al-A’raf: 23).
Dalam ayat lain terdapat pula doa untuk mendapatkan ampunan Allah SWT, yang berbunyi, “Rabbana faghfirlana zunubana wa kaffir anna sayyiatina wa tawaffana maal abrar” (Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti)” (QS Ali Imran: 193).
Secara fikih, orang yang lalai dalam mematuhi perintah Allah SWT atau orang yang tidak peduli terhadap amal-amal utama, tidak berbeda dengan cara meminta ampun bagi pelaku dosa besar.
Hanya saja, pelaku dosa kecil tidak sampai mendapatkan hukuman berat seperti pelaku zina, perampok, pencuri, dan lain-lain. Selain itu, mereka harus menyadari dosa-dosanya dan mengganti perbuatan dosa dan kesalahan yang diperbuatnya dengan kebaikan.
Permohonan maghfirah yang dilakukan sebagai sarana untuk mencapai ridha Allah SWT atau sebagai bukti ketaatan kepada-Nya adalah dengan cara senantiasa beristighfar sekalipun merasa tidak melakukan dosa.
Istighfar dijadikan sebagai zikir dan wirid sepanjang hari, seperti yang dilakukan Rasulullah SAW yang senantiasa beristighfar setiap hari sebanyak lebih dari tujuh puluh kali (HR Bukhari). Atau dalam versi lain, Rasulullah SAW beristighfar seratus kali dalam sehari (HR Muslim).
Alquran banyak mengajarkan tentang doa-doa untuk mendapatkan maghfirah dari Allah SWT, seperti doa yang dibaca oleh Nabi Adam AS, yang berbunyi, “Rabbana zalamna anfusana wa in lam taghfir lana wa tarhamna lanakunanna minal khasirin (Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang- orang yang merugi)” (QS al-A’raf: 23).
Dalam ayat lain terdapat pula doa untuk mendapatkan ampunan Allah SWT, yang berbunyi, “Rabbana faghfirlana zunubana wa kaffir anna sayyiatina wa tawaffana maal abrar” (Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti)” (QS Ali Imran: 193).
Nabi Ibrahim AS juga pernah memohon ampun, seperti yang
diabadikan Alquran, “Rabbanaghfirli wa liwalidayya
wa lil mu’minina yauma yaqumul hisab (Ya Tuhan kami, beri ampunlah
aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya
hisab [hari kiamat])” (QS Ibrahim: 41).
Rasulullah SAW juga telah mengajarkan beberapa macam istighfar dan doa-doa untuk meminta ampun kepada Allah SWT, antara lain, “Barang siapa mengucapkan astaghfirullah al- azim, la ilaha illa huwal hayyul qayyumu wa atubu ilaih (aku memohon ampun kepada Allah yang tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahahidup lagi berdiri sendiri dan saya bertobat kepada-Nya), akan diampuni dosanya sekalipun dia lari dari peperangan.” (HR Abu Dawud, Tirmizi, dan Hakim).
Sehubungan dengan itu, Rasulullah SAW pernah pula ditanyai oleh salah seorang sahabat, "Bagaimana beristighfar?” Beliau menjawab, ”Ucapkan astaghfirullah, astaghfirullah.” (HR Muslim).
Rasulullah SAW juga mengajarkan sebuah doa yang disebutnya sebagai sayyid al-istighfar (penghulu istigfar). Yaitu, “Allahumma Anta rabbi la Ilaha illa Anta, khalaqtani wa ana abduka wa ana ala ahdika wa wa’dika mastata’tu, a’uzubika min syarri ma sana’tu, abu’u laka bini'matika ‘alayya wa abu’u bizanbi faghfirli. Fainnahu la yaghfiruz zunuba illa Anta.”
(Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tidak ada Tuhan melainkan Engkau, Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu, aku [hanya] berada di atas jaminan dan janji-Mu, aku hanya sanggup memohon perlindungan-Mu dari kejahatan apa yang telah kuperbuat, aku mengakui [betapa banyak] nikmat-Mu atasku, aku mengakui [betapa besar] dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa melainkan Engkau.”
Selanjutnya, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa membaca doa ini pada waktu siang dengan penuh keyakinan, lalu ia meninggal sebelum sore, maka ia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa membacanya pada waktu malam dengan penuh keyakinan, lalu ia meninggal sebelum pagi, maka ia termasuk penghuni surga.” (HR Bukhari).
Rasulullah SAW juga telah mengajarkan beberapa macam istighfar dan doa-doa untuk meminta ampun kepada Allah SWT, antara lain, “Barang siapa mengucapkan astaghfirullah al- azim, la ilaha illa huwal hayyul qayyumu wa atubu ilaih (aku memohon ampun kepada Allah yang tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Mahahidup lagi berdiri sendiri dan saya bertobat kepada-Nya), akan diampuni dosanya sekalipun dia lari dari peperangan.” (HR Abu Dawud, Tirmizi, dan Hakim).
Sehubungan dengan itu, Rasulullah SAW pernah pula ditanyai oleh salah seorang sahabat, "Bagaimana beristighfar?” Beliau menjawab, ”Ucapkan astaghfirullah, astaghfirullah.” (HR Muslim).
Rasulullah SAW juga mengajarkan sebuah doa yang disebutnya sebagai sayyid al-istighfar (penghulu istigfar). Yaitu, “Allahumma Anta rabbi la Ilaha illa Anta, khalaqtani wa ana abduka wa ana ala ahdika wa wa’dika mastata’tu, a’uzubika min syarri ma sana’tu, abu’u laka bini'matika ‘alayya wa abu’u bizanbi faghfirli. Fainnahu la yaghfiruz zunuba illa Anta.”
(Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tidak ada Tuhan melainkan Engkau, Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu, aku [hanya] berada di atas jaminan dan janji-Mu, aku hanya sanggup memohon perlindungan-Mu dari kejahatan apa yang telah kuperbuat, aku mengakui [betapa banyak] nikmat-Mu atasku, aku mengakui [betapa besar] dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa melainkan Engkau.”
Selanjutnya, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa membaca doa ini pada waktu siang dengan penuh keyakinan, lalu ia meninggal sebelum sore, maka ia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa membacanya pada waktu malam dengan penuh keyakinan, lalu ia meninggal sebelum pagi, maka ia termasuk penghuni surga.” (HR Bukhari).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar