“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur.” (QS. 102:1-2) (Bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari ketaatan).
Muhammad Amin al-Jundi dalam bukunya Hiburan Orang-orang Shalih, mengutip cerita seorang ulama Tabi’in, Wahab bin Munabbih (w. 110 H) yang mengisahkan pengembaraan Nabi Isa as dengan seorang Yahudi.
Syahdan, Nabi Isa as mengajak makan seorang Yahudi yang membawa dua potong roti. Mengetahui Nabi Isa as hanya punya sepotong roti, ia buru-buru memakan sepotong miliknya. Nabi Isa as mengetahui kelakuannya itu.
Dia tunjukkan kemukjizatannya (seperti menyembuhkan orang buta, menghidupkan kijang yang disembelihnya dan menyeberangi sungai tanpa sampan), namun si Yahudi tetap saja tidak mengakui perbuatannya.
Sampailah ke sebuah desa yang hancur dan mereka temukan tiga bongkahan batu emas. Lalu Nabi Isa as kembali menguji kejujuran si Yahudi dan berkata, “Yang satu untukku, yang satu untukmu dan yang satu lagi untuk pemilik roti yang ketiga.”
Kontan saja si Yahudi kegirangan dan berkata, “Akulah pemilik roti yang ketiga. Aku telah memakannya sewaktu engkau sedang shalat.” “Baiklah, kalau begitu semuanya untukmu,” ujar Nabi Isa as dan bergegas pergi meninggalkannya.
Si Yahudi itu pun kebingungan dikelilingi bongkahan emas yang besar, karena tidak mampu membawanya sendiri. Tak lama kemudian, muncul tiga orang penyamun yang melihat si Yahudi dan emasnya.
Tanpa berpikir panjang, mereka membunuh dan mengambil emasnya. Setelah itu, muncul pula niat buruk dari dua orang diantara mereka untuk menguasai emas tersebut.
Lalu menyuruh seorang temannya pergi membeli makanan. Seorang berkata : “Kita bunuh saja dia begitu kembali dan emas ini kita bagi dua”.
Rupanya, orang yang membeli makanan itu pun berniat untuk membunuh kedua temannya dengan cara meracuni makanan agar emas bisa dimilikinya sendiri.
Setelah kembali, ia pun dibunuh oleh kedua temannnya, dan keduanya juga mati setelah menyantap makanan beracun. Akhirnya, mereka bertiga mati dan tergelatak di samping bongkahan batu emas dan mayat si Yahudi.
Tak lama berlalu, Nabi Isa as melewati tempat tersebut dan melihat empat mayat bergelimpangan di samping bongkahan emas yang menggiurkan itu. Ia pun berkata kepada murid-muridnya yang setia (al-Hawariyyin), “Begitulah dunia ini memperlakukan manusia. Oleh karena itu, waspadalah.”
Nabi Muhammad SAW mengibaratkan orang serakah (rakus, tamak) seperti orang yang makan tapi tak kunjung kenyang. Tentu hal Itu penyakit berbahaya.
Oleh: Ustaz
Hasan Basri Tanjung, MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar