Foto: petani
strawberry di Gaza (alarabiya.net)
Kemarin,
saya ngobrol dengan seorang ibu di bis menuju Jakarta. Saya sedang membaca buku
Gilad Atzmon, dan dia bertanya ini-itu. Secara halus, dia seperti menyanggah
pendapat saya, antara lain soal kesuburan tanah di Palestina Menurutnya, dia
pernah ke luar negeri dan ditemuinya banyak buah dan bunga yang produk Israel.
Saya jadi teringat pada sebagian isi buku saya, Ahmadinejad on Palestine:
Palestina,
Negeri yang Subur
Sejak awal
berkembangnya Zionisme hingga sekarang, Zionis telah mempropagandakan mitos
bahwa orang-orang Palestina tidak tinggal di Palestina sampai setelah wilayah
itu dibangun oleh kaum Zionis. Slogan yang sering didengungkan oleh kalangan
Zionis adalah a land with no people is for a people with no land, (Palestina
adalah) tanah tanpa penduduk yang diperuntukkan bagi bangsa yang tidak memiliki
tanah. Roger Garaudy dalam bukunya mengutip perkataan salah satu tokoh Zionis,
Golda Meir, “Tidak ada yang disebut orang Palestina… Kami bukan mendatangi
negeri mereka lalu mengusir mereka dan merebut negeri mereka. Mereka tidak
pernah ada.”Di antara contoh propaganda orang-orang Zionis terkait hal ini bisa
dilihat di salah satu situs yang dikelola kaum Zionis , yang menulis, “Kaum
Yahudi telah memulai imigrasi ke Palestina pada tahun 1880-an untuk membebaskan
tanah itu dari rawa-rawa dan malaria, dan mempersiapkan kelahiran Israel. Usaha
kaum Yahudi untuk menghidupkan tanah itu menarik imigran Arab dari kawasan
sekitar dalam jumlah yang sama banyak (dengan jumlah imigran Yahudi). Mereka
datang ke Palestina karena kesempatan kerja dan kondisi hidup yang lebih
sehat.”
Untuk
menjawab kebohongan klaim-klaim seperti ini, kita bisa melihat laporan hasil
produksi pertanian di Palestina tahun 1944-1945 yang ditulis dalam dua buku
resmi Mandat Inggris berjudul Survey of Palestine. Buku ini disusun oleh Mandat
Inggris sebagai laporan kepada Komite Khusus PBB untuk Palestina (United Nation
Special Committee on Palestine-UNSCOP) . Salah satu item dalam laporan itu
adalah:
- Produksi pertanian orang Palestina (gandum, sayuran, buah-buahan, zaitun,dll) 1944-1945: 690.548 ton atau 71.25% dari total produksi pertanian, dengan luas tanah 92.8% dari total luas tanah pertanian.
- Produksi pertanian orang imigran Yahudi (gandum, sayuran, buah-buahan, zaitun, dll) 1944-1945: 278,607 atau 21.60% dari total produksi pertanian, dengan luas tanah 7,20 % dari total luas tanah pertanian.
Dari
data singkat di atas, sudah bisa dibayangkan situasinya: penduduk asli menanam
lebih banyak daripada orang-orang Yahudi yang datang berimigrasi dari Eropa.
Hal ini juga bisa dipahami, karena para imigran dari Eropa itu tidak terbiasa
bertani, masa lalu mereka adalah di negara-negara industri. Padahal, pada saat
yang sama, para imigran Yahudi menerima banyak subsidi dan bantuan teknik
pertanian dari Jewish National Fund, sementara penduduk asli Palestina bertani
dan berkebun tanpa bantuan apapun dari pemerintahan lokal. Perlu diketahui pula
bahwa jeruk hasil perkebunan Palestina saat itu juga diekspor ke Eropa oleh
orang-orang Palestina sendiri.
Pada
tahun 1891, Ahad Ha’Am (penulis terkemuka Yahudi dari Eropa Timur) menuliskan
laporannya setelah mengunjungi Palestina selama tiga bulan, “Kita di luar
negeri selalu mengira bahwa Israel Raya saat ini adalah tanah yang tandus dan
gersang; padang pasir yang tak berpohon… Tapi, kenyataannya ternyata tidak
demikian. Di seluruh penjuru negeri, sulit ditemukan tanah yang tidak ditanami.
Hanya bukit pasir dan gunung batu yang tak menghijau.”
Segera
setelah Al Nakba, kebun dan ladang-ladang pertanian, terutama zaitun dan jeruk,
dihancurkan oleh tentara Zionis. Sebagian alasannya adalah karena ladang zaitun
dan jeruk memerlukan tenaga kerja yang banyak untuk memeliharanya,; alasan lain
adalah untuk menghilangkan jejak keberhasilan orang-orang Palestina dalam menghijaukan
tanah itu, demi membuktikan mitos-mitos bahwa, “Palestina adalah gurun pasir
belaka dan orang-orang Yahudilah yang membangunnya.”
(Ahmadinejad on Palestine, hlm 94-97)
(Ahmadinejad on Palestine, hlm 94-97)
http://dinasulaeman.wordpress.com/2012/12/02/palestina-tanah-yang-subur/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar