Sudah nonton film “2012″ yang pernah menghebohan dunia itu?
Dalam satu adegan diperlihatkan beberapa orang Arab yang bersiap-siap masuk ke dalam “Perahu Nuh” yang telah dipersiapkan untuk menyelamatkan segolongan kecil manusia dari kepunahan akibat kiamat yang terjadi pada tahun 2012. Narasi dalam film menyebutkan bahwa orang-orang Arab itu adalah “manusia-manusia bodoh” yang termasuk golongan yang diselamatkan hanya karena kekayaan mereka yang dibutuhkan.
Itulah “cara pandang” para zionis terhadap orang-orang yang mengidentifikasikan diri dengan agama Islam, yaitu selalu dianggap rendah meski tergabung dalam satu koalisi. Lihatlah bagaimana zionis mempermalukan pemimpin Palestina Yasser Arafat bahkan akhirnya membunuhnya dengan racun, meski yang berangkutan telah mencoba kooperatif dengan Israel. Atau lihatlah bagaimana pemimpin-pemimpin negara Islam dicampakkan begitu saja, meski sebelumnya mereka adalah sekutu setia Amerika, termasuk Saddam Hussein atau Husni Mubarak.
Maka ketika PKS memutuskan untuk menjadi bagian dari koalisi pemerintahan SBY-Budiono tahun 2009 lalu, saat itu juga saya sudah memperkirakan bahwa PKS bakal dipermalukan oleh SBY-Budiono.
PKS sebenarnya telah dipermalukan SBY ketika SBY mengurangi jatah menteri asal partai ini dari 4 menjadi 3 karena berbeda sikap dengan SBY dalam kasus Skandal Century dan Skandal Pajak. Di sisi lain SBY sama sekali tidak “menyentuh” anggota koalisi lain yang berbeda sikap dengan SBY dalam kedua kasus tersebut, yaitu Golkar.
Sikap PKS yang tampak sangat “opportunis” tentu saja makin membuat mereka disepelekan SBY. Dan pelajaran besar akhirnya diterima PKS setelah presidennya, Luthfi Hasan Ishak, dibekuk KPK karena diduga terlibat kasus korupsi. Adalah omong kosong besar jika SBY tidak merestui penangkapan Luthfi. Mengapa Luthfi dengan gampangnya dicokok KPK sementara Anas Urbaningrum masih tenang-tenang saja meski semua saksi dan tersangka kasus Hambalang telah menunjuk hidungnya?
Kita akan melihat nanti, apakah PKS akan bisa mengambil pelajaran dari kasus Luthfi. Jika mereka bersikap tegas dengan menyatakan keluar dari koalisi pemerintah dan kembali kepada azaz partai Islam yang hakiki, mereka akan tumbuh menjadi partai besar dan memenangkan pergulatan politik Indonesia. Namun jika tetap menjadi partai “opportunis”, maka mereka akan semakin hancur hingga tersisa sebagai partai kerdil.
http://dinasulaeman.wordpress.com/2013/02/01/pks-akhirnya-mendapat-pelajaran/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar