Tanggal
9 April 2014, sudah siapkah bangsa ini menghadapi perayaan demokrasi lima tahunan
ini?
Jujur
saja, aku masih bingung siapa atau mana
yang harus dipilih.
Minimal
aku masih mending lah, kenyataannya sempat menandai bahwa tanggal 9 April 2014
itu jatuh pada hari Rabu, Jadi tandanya aku masih peduli. Aku inginnya bukan
termasuk golongan putih (walau rambutku relatif gak ada hitamnya lagi). Tapi
siapa yang hendak aku pilih?
Kondisi
para caleg hampir 90% adalah pemain
lama. Sementara aku tahu bagaimana “kinerja” DPR selama lima tahun terakhir
ini. Jangankan dilihat dari sisi produktivitas mengeluarkan undang-undang (yang
pro rakyat banyak), dari sisi perilakunya juga sudah sangat-sangat memuakkan.
Dulu aku berharap bahwa PARTAI TERTENTU menjadi tumpuan, komitmennya terhadap
korupsi dan itikad kebersihannya. Eh malah sampai ketua-ketuanya bersikap korup
dan bermain kotor. Jadi untuk apa ikut memilih, tokh nanti malah ikut
“meligitimasi” perilaku kotor mereka?
Sementara
untuk “memilih” golongan putih (golput), berat juga rasanya.
Pilihan
itu justru memojokkan negara dan bangsa
ini ke jalan yang tidak keruan arahnya. Kenapa? Karena nanti yang jadi malah
tidak terkontrol, sementara aku masih ada hidup di negeri ini. Untuk itu aku
berharap TIDAK memilih golput. Aku beraharap dari stok caleg yang tersedia
masih ada yang punya nurani untuk konsisten menerima tugas nanti sebagai amanah dari TUHAN.
Sementara
itu, terdapat persoalan lain yang dihadapi bangsa ini. Apa itu? Masalah energi!
Dulu,
ya dulu, negeri ini mempunyai cadangan minyak 5 milyar barel, dengan lifting
1,5 juta barel per hari. Sementara konsumsi domestik hanya 0,8 juta barel per
hari. Jadi patut sebagai peyandang negara pengEKSPOR minyak. Tapi apa yang
terjadi sekarang? Cadangan minyak yang dimiliki tinggal 3,7 milyar barel saja,
dengan lifting kurang dari 0,9 juta barel per hari. Sementara tingkat konsumsi
domestik sebanyak 1,5 juta barel per hari. Jadi patut juga sih, sebagai
penyandang negara pengIMPOR minyak!
Kalau
bicara neraca perdagangan minyak, menarik juga. Tahun 2009 defisit kita HANYA
senilai USD 4,01 milyar. Ahaa pada tahun 2013 melompat sampai angka USD 22,47
milyar, wow.......!
Masih
ada yang lain? Masih, GAS!
Cadangan
gas kita adalah 187 TSCF Sementara produksinya mencapai angka
9,5
MMSCFD dibanding dengan tingkat
contracted demand domestik HANYA sekitar 6,4 MMSCFD saja (sumber: ESDM
2007). Lho... ada kelebihan produksi
dong? Mengapa tidak dipakai untuk mengganti BBM? Nah di sini permasalahannya,
KETIADAAN infrastruktur (pipa transmisi) gas!
Ada
anggapan pembangunan infrastruktur terhambat karena harga ekspor gas lebih
“menguntungkan” dibanding dengan menjualnya untuk kebutuhan domestik (harga
ekspor USD 15 per MMBTU, sementara kalau dijual domestik hanya USD 10,5 saja
per MMBTU). Tapi mestinya diingat, sebagai akibat kita kehilangan energi dari
gas, kita menggantinya dengan mengimpor BBM dengan harga kl USD 28 per MMBTU
eqkvalen. Apakah dengan kondisi ini, tetap menyatakan ekspor gas LEBIH menguntungkan?
Semoga
harapan besok masih cerah bagi kita semua........
Oleh YADI supriadi wendy
Mobile: +62 899 711 8089
Tidak ada komentar:
Posting Komentar