SIKAP
WAHHABI yang keras permusuhannya kepada kaum muslimin yang berbeda paham.
Itulah sebabnya kenapa ajaran Wahhabi penuh kontradiksi di berbagai lini
keilmuan, dan kontradiksi itu akan semakin jelas manakala dihadapkan dengan
paham Ahlussunnah Waljama’ah. Walaupun begitu, ironisnya mereka tanpa risih
mengaku-ngaku sebagai kaum ASWAJA. Atas klaim sebagai ASWAJA itu, lalu ada
pertanyaan yang muncul, sejak kapan WAHHABI berubah jadi Ahlussunnah
Waljama’ah?
Tokoh
para pengikut Zionis Wahabis yg berkedok Muslim
FAKTA KELAHIRAN DAN SEJARAH PAHAM
WAHHABI
Pencetus
pertamakali sebutan nama WAHHABI adalah seorang bernama MR. Hempher, dialah
mata-mata kolonial Inggris yang ikut secara aktif menyemai dan membidani
kelahiran sekte WAHHABI.Tujuannya adalah untuk menghancurkan kekuatan ajaran
Islam dari dalam, dengan cara menyebarkan isu-isu kafir-musyrik dan bid’ah.
Dengan
fakta ini maka terbongkarlah misteri SIKAP WAHHABI yang keras permusuhannya
kepada kaum muslimin yang berbeda paham. Itulah sebabnya kenapa ajaran Wahhabi
penuh kontradiksi di berbagai lini keilmuan, dan kontradiksi itu akan semakin
jelas manakala dihadapkan dengan paham Ahlussunnah Waljama’ah. Walaupun begitu,
ironisnya mereka tanpa risih mengaku-ngaku sebagai kaum ASWAJA. Atas klaim
sebagai ASWAJA itu, lalu ada pertanyaan yang muncul, sejak kapan WAHHABI
berubah jadi Ahlussunnah Waljama’ah? Wajar jika pertanyaan itu muncul, sebab
bagaimanapun mereka memakai baju Ahlussunnah Waljama’ah, ciri khas
ke-wahabiannya tidak menjadi samar. Untuk lebih jelas dalam mengenali apa,
siapa, kenapa, darimana WAHABISME, sebaiknya kita terlebih dulu mengetahui
latar belakang sejarahnya:
LATAR
BELAKANG BERDIRINYA KERAJAAN SAUDI ARABIA DAN PAHAM WAHABI
Dr.
Abdullah Mohammad Sindi *], di dalam sebuah artikelnya yang berjudul : Britain
and the Rise of Wahhabism and the House of Saud menyajikan tinjauan ulang
tentang sejarahWahabisme, peran Pemerintah Inggeris di dalam perkembangannya,
dan hubungannya dengan peran keluarga kerajaan Saudi. “Salah satu sekte Islam
yang paling kaku dan paling reaksioner saat ini adalah Wahabi,” demikian tulis
Dr. Abdullah Mohammad Sindi dalam pembukaan artikelnya tersebut. Dan kita tahu
bahwa Wahabi adalah ajaran resmi Kerajaaan Saudi Arabia, tambahnya.
Wahabisme
dan keluarga Kerajaan Saudi telah menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan
sejak kelahiran keduanya. Wahabisme-lah yang telah menciptakan kerajaan Saudi,
dan sebaliknya keluarga Saud membalas jasa itu dengan menyebarkan paham Wahabi
ke seluruh penjuru dunia. One could not have existed without the other –
Sesuatu tidak dapat terwujud tanpa bantuan sesuatu yang lainnya.
Wahhabisme
memberi legitimasi bagi Istana Saud, dan Istana Saud memberi perlindungan dan
mempromosikan Wahabisme ke seluruh penjuru dunia. Keduanya tak terpisahkan,
karena keduanya saling mendukung satu dengan yang lain dan kelangsungan hidup
keduanya bergantung padanya.
Tidak
seperti negeri-negeri Muslim lainnya, Wahabisme memperlakukan perempuan sebagai
warga kelas tiga, membatasi hak-hak mereka seperti : menyetir mobil, bahkan
pada dekade lalu membatasi pendidikan mereka.
Juga
tidak seperti di negeri-negeri Muslim lainnya, Wahabisme :
- melarang perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw
- melarang kebebasan berpolitik dan secara konstan mewajibkan rakyat untuk patuh secara mutlak kepada pemimpin-pemimpin mereka.
- melarang mendirikan bioskop sama sekali.
- menerapkan hukum Islam hanya atas rakyat jelata, dan membebaskan hukum atas kaum bangsawan, kecuali karena alasan politis.
- mengizinkan perbudakan sampai tahun ’60-an.
- melarang perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw
- melarang kebebasan berpolitik dan secara konstan mewajibkan rakyat untuk patuh secara mutlak kepada pemimpin-pemimpin mereka.
- melarang mendirikan bioskop sama sekali.
- menerapkan hukum Islam hanya atas rakyat jelata, dan membebaskan hukum atas kaum bangsawan, kecuali karena alasan politis.
- mengizinkan perbudakan sampai tahun ’60-an.
Mereka
juga menyebarkan mata-mata atau agen rahasia yang selama 24 jammemonitor demi
mencegah munculnya gerakan anti-kerajaan.
Wahabisme
juga sangat tidak toleran terhadap paham Islam lainnya, seperti terhadap Syi’ah
dan Sufisme (Tasawuf). Wahabisme juga menumbuhkan rasialisme Arab pada pengikut
mereka. 1] Tentu saja rasialisme bertentangan dengan konsep Ummah Wahidah di
dalam Islam.
Wahhabisme
juga memproklamirkan bahwa hanya dia saja-lah ajaran yang paling benar dari
semua ajaran-ajaran Islam yang ada, dan siapapun yang menentang Wahabisme
dianggap telah melakukan BID’AH dan KAFIR!
LAHIRNYA
AJARAN WAHABI:
Wahhabisme
atau ajaran Wahabi muncul pada pertengahan abad 18 di Dir’iyyah sebuah dusun
terpencil di Jazirah Arab, di daerah Najd.
Kata
Wahabi sendiri diambil dari nama pendirinya, Muhammad Ibn Abdul-Wahhab(1703-92).
Laki-laki ini lahir di Najd, di sebuah dusun kecil Uyayna. Ibn Abdul-Wahhab
adalah seorang mubaligh yang fanatik, dan telah menikahi lebih dari 20 wanita
(tidak lebih dari 4 pada waktu bersamaan) dan mempunyai 18 orang anak. 2]
Sebelum
menjadi seorang mubaligh, Ibn Abdul-Wahhab secara ekstensif mengadakan
perjalanan untuk keperluan bisnis, pelesiran, dan memperdalam agama ke Hijaz,
Mesir, Siria, Irak, Iran, dan India.
Hempher
mata-mata Inggris
Walaupun
Ibn Abdul-Wahhab dianggap sebagai Bapak Wahabisme, namun aktualnya Kerajaan
Inggris-lah yang membidani kelahirannya dengan gagasan-gagasan Wahabisme dan
merekayasa Ibn Abdul-Wahhab sebagai Imam dan Pendiri Wahabisme, untuk tujuan
menghancurkan Islam dari dalam dan meruntuhkan Daulah Utsmaniyyah yang berpusat
di Turki. Seluk-beluk dan rincian tentang konspirasi Inggeris dengan Ibn
Abdul-Wahhab ini dapat Anda temukan di dalam memoar Mr. Hempher : “Confessions
of a British Spy” 3]
Selagi
di Basra, Iraq, Ibn Abdul-Wahhab muda jatuh dalam pengaruh dan kendali seorang
mata-mata Inggris yang dipanggil dengan nama Hempher yang sedang menyamar
(undercover), salah seorang mata-mata yang dikirim London untuk negeri-negeri
Muslim (di Timur Tengah) dengan tujuan menggoyang Kekhalifahan Utsmaniyyah dan
menciptakan konflik di antara sesama kaum Muslim. Hempher pura-pura menjadi
seorang Muslim, dan memakai nama Muhammad, dan dengan cara yang licik, ia
melakukan pendekatan dan persahabatan dengan Ibn Abdul-Wahhab dalam waktu yang
relatif lama.
Hempher,
yang memberikan Ibn Abdul-Wahhab uang dan hadiah-hadiah lainnya, mencuci-otak
Ibn Abdul-Wahhab dengan meyakinkannya bahwa : Orang-orang Islam mesti dibunuh,
karena mereka telah melakukan penyimpangan yang berbahaya, mereka – kaum Muslim
– telah keluar dari prinsip-prinsip Islam yang mendasar, mereka semua telah
melakukan perbuatan-perbuatan bid’ah dan syirik.
Hempher
juga membuat-buat sebuah mimpi liar (wild dream) dan mengatakan bahwa dia
bermimpi Nabi Muhammad Saw mencium kening (di antara kedua mata) Ibn
Abdul-Wahhab, dan mengatakan kepada Ibn Abdul-Wahhab, bahwa dia akan jadi orang
besar, dan meminta kepadanya untuk menjadi orang yang dapat menyelamatkan Islam
dari berbagai bid’ah dan takhayul.
Setelah
mendengar mimpi liar Hempher, Ibn Abdul-Wahhab jadi ge-er (wild with joy) dan
menjadi terobsesi, merasa bertanggung jawab untuk melahirkan suatu aliran baru
di dalam Islam yang bertujuan memurnikan dan mereformasi Islam.
Di
dalam memoarnya, Hempher menggambarkan Ibn Abdul-Wahhab sebagai orang yang
berjiwa “sangat tidak stabil” (extremely unstable), “sangat kasar” (extremely
rude), berakhlak bejat (morally depraved), selalu gelisah (nervous), congkak
(arrogant), dan dungu (ignorant).
Mata-mata
Inggeris ini, yang memandang Ibn Abdul-Wahhab sebagai seorang yang bertipikal
bebal/dungu (typical fool), juga mengatur pernikahan mut’ah bagi Ibn Abdul
Wahhab dengan 2 wanita Inggeris yang juga mata-mata yang sedang menyamar.
Wanita
pertama adalah seorang wanita beragama Kristen dengan panggilan Safiyya. Wanita
ini tinggal bersama Ibn Abdul Wahhab di Basra. Wanita satunya lagi adalah
seorang wanita Yahudi yang punya nama panggilan Asiya. Mereka menikah di
Shiraz, Iran. 4]
KERAJAAN
SAUDI-WAHHABI PERTAMA : 1744-1818
Setelah
kembali ke Najd dari perjalanannya, Ibn Abdul-Wahhab mulai “berdakwah” dengan
gagasan-gagasan liarnya di Uyayna. Bagaimana pun, karena “dakwah”-nya yang
keras dan kaku, dia diusir dari tempat kelahirannya.
Dia
kemudian pergi berdakwah di dekat Dir’iyyah, di mana sahabat karibnya, Hempher
dan beberapa mata-mata Inggeris lainnya yang berada dalam penyamaran ikut
bergabung dengannya. 5]
Dia
juga tanpa ampun membunuh seorang pezina penduduk setempat di hadapan orang
banyak dengan cara yang sangat brutal, menghajar kepala pezina dengan batu
besar 6]
Padahal,
hukum Islam tidak mengajarkan hal seperti itu, beberapa hadis menunjukkan cukup
dengan batu-batu kecil. Para ulama Islam (Ahlus Sunnah) tidak membenarkan
tindakan Ibn Abdul-Wahhab yang sangat berlebihan seperti itu.
Walaupun
banyak orang yang menentang ajaran Ibn Abdul-Wahhab yang keras dan kaku serta
tindakan-tindakannya, termasuk ayah kandungnya sendiri dan saudaranya Sulaiman
Ibn Abdul-Wahhab, – keduanya adalah orang-orang yang benar-benar memahami
ajaran Islam -, dengan uang,mata-mata Inggeris telah berhasil membujuk Syeikh Dir’iyyah,
Muhammad Saud untuk mendukung Ibn Abdul-Wahhab. 7]
Pada
1744, al-Saud menggabungkan kekuatan dengan Ibn Abdul-Wahhab dengan membangun
sebuah aliansi politik, agama dan perkawinan. Dengan aliansi ini, antara
keluarga Saud dan Ibn Abdul-Wahhab, yang hingga saat ini masih eksis,
Wahhabisme sebagai sebuah “agama” dan gerakan politik telah lahir!
Dengan
penggabungan ini setiap kepala keluarga al-Saud beranggapan bahwa mereka
menduduki posisi Imam Wahhabi (pemimpin agama), sementara itu setiap kepala
keluarga Wahhabi memperoleh wewenang untuk mengontrol ketat setiap penafsiran
agama (religious interpretation).
Mereka
adalah orang-orang bodoh, yang melakukan kekerasan, menumpahkan darah, dan
teror untuk menyebarkan paham Wahabi (Wahhabism) di Jazirah Arab. Sebagai hasil
aliansi Saudi-Wahhabi pada 1774, sebuah kekuatan angkatan perang kecil yang
terdiri dari orang-orang Arab Badui terbentuk melalui bantuan para mata-mata
Inggeris yang melengkapi mereka dengan uang dan persenjataan. 8]
Sampai
pada waktunya, angkatan perang ini pun berkembang menjadi sebuah ancaman besar
yang pada akhirnya melakukan teror di seluruh Jazirah Arab sampai ke Damaskus
(Suriah), dan menjadi penyebab munculnya Fitnah Terburuk di dalam Sejarah Islam
(Pembantaian atas Orang-orang Sipil dalam jumlah yang besar).
Dengan
cara ini, angkatan perang ini dengan kejam telah mampu menaklukkan hampir
seluruh Jazirah Arab untuk menciptakan Negara Saudi-Wahhabi yang pertama.
Sebagai
contoh, untuk memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai syirik dan bid’ah
yang dilakukan oleh kaum Muslim, Saudi-Wahhabi telah mengejutkan seluruh dunia
Islam pada 1801, dengan tindakan brutal menghancurkan dan menodai kesucian
makam Imam Husein bin Ali (cucu Nabi Muhammad Saw) di Karbala, Irak. Mereka
juga tanpa ampun membantai lebih dari 4.000 orang di Karbala dan merampok lebih
dari 4.000 unta yang mereka bawa sebagai harta rampasan. 9]
Sekali
lagi, pada 1810, mereka, kaum Wahabi dengan kejam membunuh penduduk tak berdosa
di sepanjang Jazirah Arab. Mereka menggasak dan menjarah banyak kafilah
peziarah dan sebagian besar di kota-kota Hijaz, termasuk 2 kota suci Makkah dan
Madinah.
Di
Makkah, mereka membubarkan para peziarah, dan di Madinah, mereka menyerang dan
menodai Masjid Nabawi, membongkar makam Nabi, dan menjual serta membagi-bagikan
peninggalan bersejarah dan permata-permata yang mahal.
Para
teroris Saudi-Wahhabi ini telah melakukan tindak kejahatan yang menimbulkan
kemarahan kaum Muslim di seluruh dunia, termasuk Kekhalifahan Utsmaniyyah di
Istanbul.
Sebagai
penguasa yang bertanggung jawab atas keamanan Jazirah Arab dan penjaga
masjid-masjid suci Islam, Khalifah Mahmud II memerintahkan sebuah angkatan
perang Mesir dikirim ke Jazirah Arab untuk menghukum klan Saudi-Wahhabi.
Pada
1818, angkatan perang Mesir yang dipimpin Ibrahim Pasha (putra penguasa Mesir)
menghancurkan Saudi-Wahhabi dan meratakan dengan tanah ibu kota Dir’iyyah .
Imam
kaum Wahhabi saat itu, Abdullah al-Saud dan dua pengikutnya dikirim ke Istanbul
dengan dirantai dan di hadapan orang banyak, mereka dihukum pancung. Sisa klan
Saudi-Wahhabi ditangkap di Mesir.
KERAJAAN
SAUDI-WAHHABI KE-II : 1843-1891
“Walaupun
kebengisan fanatis Wahabisme berhasil dihancurkan pada 1818, namun dengan
bantuan Kolonial Inggeris, mereka dapat bangkit kembali. Setelah pelaksanaan
hukuman mati atas Imam Abdullah al-Saud di Turki, sisa-sisa klan Saudi-Wahhabi
memandang saudara-saudara Arab dan Muslim mereka sebagai musuh yang
sesungguhnya (their real enemies) dan sebaliknya mereka menjadikan Inggris dan
Barat sebagai sahabat sejati mereka.” Demikian tulis Dr. Abdullah Mohammad
Sindi *]
Maka
ketika Inggris menjajah Bahrain pada 1820 dan mulai mencari jalan untuk
memperluas area jajahannya, Dinasti Saudi-Wahhabi menjadikan kesempatan ini
untuk memperoleh perlindungan dan bantuan Inggeris.
Pada
1843, Imam Wahhabi, Faisal Ibn Turki al-Saud berhasil melarikan diri dari
penjara di Cairo dan kembali ke Najd. Imam Faisal kemudian mulai melakukan
kontak dengan Pemerintah Inggeris. Pada 1848, dia memohon kepada Residen
Politik Inggeris (British Political Resident) di Bushire agar mendukung
perwakilannya di Trucial Oman. Pada 1851, Faisal kembali memohon bantuan dan
dukungan Pemerintah Inggeris. 10]
Dan
hasilnya, Pada 1865, Pemerintah Inggeris mengirim Kolonel Lewis Pelly ke Riyadh
untuk mendirikan sebuah kantor perwakilan Pemerintahan Kolonial Inggeris dengan
perjanjian (pakta) bersama Dinasti Saudi-Wahhabi.
Untuk
mengesankan Kolonel Lewis Pelly bagaimana bentuk fanatisme dan kekerasan
Wahhabi, Imam Faisal mengatakan bahwa perbedaan besar dalam strategi Wahhabi :
antara perang politik dengan perang agama adalah bahwa nantinya tidak akan ada
kompromi, kami membunuh semua orang . 11]
Pada
1866, Dinasti Saudi-Wahhabi menandatangani sebuah perjanjian “persahabatan”
dengan Pemerintah Kolonial Inggeris, sebuah kekuatan yang dibenci oleh semua
kaum Muslim, karena kekejaman kolonialnya di dunia Muslim.
Perjanjian
ini serupa dengan banyak perjanjian tidak adil yang selalu dikenakan kolonial
Inggeris atas boneka-boneka Arab mereka lainnya di Teluk Arab (sekarang dikenal
dengan : Teluk Persia).
Sebagai
pertukaran atas bantuan pemerintah kolonial Inggeris yang berupa uang dan
senjata, pihak Dinasti Saudi-Wahhabi menyetujui untuk
bekerja-sama/berkhianatdengan pemerintah kolonial Inggeris yaitu : pemberian
otoritas atau wewenang kepada pemerintah kolonial Inggris atas area yang
dimilikinya.
Perjanjian
yang dilakukan Dinasti Saudi-Wahhabi dengan musuh paling getir bangsa Arab dan
Islam (yaitu : Inggris), pihak Dinasti Saudi-Wahhabi telah membangkitkan
kemarahan yang hebat dari bangsa Arab dan Muslim lainnya, baik negara-negara
yang berada di dalam maupun yang diluar wilayah Jazirah Arab.
Dari
semua penguasa Muslim, yang paling merasa disakiti atas pengkhianatan Dinasti
Saudi-Wahhabi ini adalah seorang patriotik bernama al-Rasyid dari klan al-Hail
di Arabia tengah dan pada 1891, dan dengan dukungan orang-orang Turki,
al-Rasyid menyerang Riyadh lalu menghancurkan klan Saudi-Wahhabi.
Bagaimanapun,
beberapa anggota Dinasti Saudi-Wahhabi sudah mengatur untuk melarikan diri; di
antara mereka adalah Imam Abdul-Rahman al-Saud dan putranya yang masih remaja,
Abdul-Aziz. Dengan cepat keduanya melarikan diri ke Kuwait yang dikontrol
Kolonial Inggeris, untuk mencari perlindungan dan bantuan Inggeris.
KERAJAAN
SAUDI-WAHHABI KE III (SAUDI ARABIA) : Sejak 1902
Ketika
di Kuwait, Sang Wahhabi, Imam Abdul-Rahman dan putranya, Abdul-Aziz
menghabiskan waktu mereka “menyembah-nyembah” tuan Inggris mereka dan
memohon-mohon akan uang, persenjataan serta bantuan untuk keperluan merebut
kembali Riyadh. Namun pada akhir penghujung 1800-an, usia dan penyakit nya
telah memaksa Abdul-Rahman untuk mendelegasikan Dinasti Saudi Wahhabi kepada
putranya, Abdul-Aziz, yang kemudian menjadi Imam Wahhabi yang baru.
Melalui
strategi licin kolonial Inggeris di Jazirah Arab pada awal abad 20, yang dengan
cepat menghancurkan Kekhalifahan Islam Utsmaniyyah dan sekutunya klan al-Rasyid
secara menyeluruh, kolonial Inggeris langsung memberi sokongan kepada Imam baru
Wahhabi Abdul-Aziz.
Dibentengi
dengan dukungan kolonial Inggeris, uang dan senjata, Imam Wahhabi yang baru,
pada 1902 akhirnya dapat merebut Riyadh. Salah satu tindakan biadab pertama
Imam baru Wahhabi ini setelah berhasil menduduki Riyadh adalah menteror
penduduknya dengan memaku kepala al-Rasyid pada pintu gerbang kota. Abdul-Aziz
dan para pengikut fanatik Wahhabinya juga membakar hidup-hidup 1.200 orang
sampai mati. 12]
Imam
Wahhabi Abdul-Aziz yang dikenal di Barat sebagai Ibn Saud, sangat dicintai oleh
majikan Inggrisnya. Banyak pejabat dan utusan Pemerintah Kolonial Inggeris di
wilayah Teluk Arab sering menemui atau menghubunginya, dan dengan murah-hati
mereka mendukungnya dengan uang, senjata dan para penasihat. Sir Percy Cox,
Captain Prideaux, Captain Shakespeare, Gertrude Bell, dan Harry Saint John
Philby (yang dipanggil “Abdullah”) adalah di antara banyak pejabat dan
penasihat kolonial Inggris yang secara rutin mengelilingi Abdul-Aziz demi
membantunya memberikan apa pun yang dibutuhkannya.
Dengan
senjata, uang dan para penasihat dari Inggris, berangsur-angsur Imam Abdul-Aziz
dengan bengis dapat menaklukkan hampir seluruh Jazirah Arab di bawah
panji-panji Wahhabisme untuk mendirikan Kerajaan Saudi-Wahhabi ke-3, yang saat
ini disebut Kerajaan Saudi Arabia.
Ketika
mendirikan Kerajaan Saudi, Imam Wahhabi, Abdul-Aziz beserta para pengikut
fanatiknya, dan para “tentara Tuhan”, melakukan pembantaian yang mengerikan,
khususnya di daratan suci Hijaz. Mereka mengusir penguasa Hijaz, Syarif, yang
merupakan keturunan Nabi Muhammad Saw.
Pada
May 1919, di Turbah, pada tengah malam dengan cara pengecut dan buas mereka
menyerang angkatan perang Hijaz, membantai lebih 6.000 orang.
Dan
sekali lagi, pada bulan Agustus 1924, sama seperti yang dilakukan orang barbar,
tentara Saudi-Wahabi mendobrak memasuki rumah-rumah di Hijaz, kota Taif,
mengancam mereka, mencuri uang dan persenjataan mereka, lalu memenggal kepala
anak-anak kecil dan orang-orang yang sudah tua, dan mereka pun merasa terhibur
dengan raung tangis dan takut kaum wanita. Banyak wanita Taif yang segara
meloncat ke dasar sumur air demi menghindari pemerkosaan dan pembunuhan yang
dilakukan tentara-tentara Saudi-Wahhabi yang bengis.
Tentara
primitif Saudi-Wahhabi ini juga membunuhi para ulama dan orang-orang yang
sedang melakukan shalat di masjid; hampir seluruh rumah-rumah di Taif diratakan
dengan tanah; tanpa pandang bulu mereka membantai hampir semua laki-laki yang
mereka temui di jalan-jalan; dan merampok apa pun yang dapat mereka bawa. Lebih
dari 400 orang tak berdosa ikut dibantai dengan cara mengerikan di Taif. 11]
http://sk-sk.facebook.com/topic.php?uid=80383792636&topic=11768
http://kommabogor.wordpress.com/2007/12/22/latar-belakang-berdirinya-kerajaan-saudi-arabia-dan-paham-wahabi-bag-i/
http://kommabogor.wordpress.com/2007/12/22/latar-belakang-berdirinya-kerajaan-saudi-arabia-dan-paham-wahabi-bag-i/
________________________________________
*
Dr. Abdullah Mohammad Sindi adalah seorang profesor Hubungan Internasional
(professor of International Relations) berkebangsaan campuran Saudi-Amerika.
Dia memperoleh titel BA dan MA nya di California State University, Sacramento,
dan titel Ph.D. nya di the University of Southern California. Dia juga seorang
profesor di King Abdulaziz University di Jeddah, Saudi Arabia. Dia juga
mengajar di beberapa universitas dan college Amerika termasuk di : the
University of California di Irvine, Cal Poly Pomona, Cerritos College, and
Fullerton College. Dia penulis banyak artikel dalam bahasa Arab maupun bahasa
Inggeris. Bukunya antara lain : The Arabs and the West: The Contributions and
the Inflictions.
Catatan
Kaki:
[1]
Banyak orang-orang yang belajar Wahabisme (seperti di Jakarta di LIPIA) yang
menjadi para pemuja syekh-syekh Arab, menganggap bangsa Arab lebih unggul dari
bangsa lain. Mereka (walaupun bukan Arab) mengikuti tradisi ke-Araban atau
lebih tepatnya Kebaduian (bukan ajaran Islam), seperti memakai jubah panjang,
menggunakan kafyeh, bertindak dan berbicara dengan gaya orang-orang Saudi.
[2]
Alexei Vassiliev, Ta’reekh Al-Arabiya Al-Saudiya [History of Saudi Arabia],
yang diterjemahkan dari bahasa Russia ke bahasa Arab oleh Khairi al-Dhamin dan
Jalal al-Maashta (Moscow: Dar Attagaddom, 1986), hlm. 108.
[3]
Untuk lebih detailnya Anda bisa mendownload “Confessions of a British Spy” :http://www.ummah.net/Al_adaab/spy1-7.html
Cara ini juga dilakukan Imperialis Belanda ketika mereka menaklukkan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia lewat Snouck Hurgronje yang telah belajar lama di Saudi Arabia dan mengirimnya ke Indonesia. Usaha Snouck berhasil gemilang, seluruh kerajaan Islam jatuh di tangan Kolonial Belanda, kecuali Kerajaan Islam Aceh. Salah satu provokasi Snouck yang menyamar sebagai seorang ulama Saudi adalah menyebarkan keyakinan bahwa hadis Cinta pada Tanah Air adalah lemah!(Hubbul Wathan minal Iman). Dengan penanaman keyakinan ini diharapkan Nasionalisme bangsa Indonesia hancur, dan memang akhirnya banyak pengkhianat bangsa bermunculan.
Cara ini juga dilakukan Imperialis Belanda ketika mereka menaklukkan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia lewat Snouck Hurgronje yang telah belajar lama di Saudi Arabia dan mengirimnya ke Indonesia. Usaha Snouck berhasil gemilang, seluruh kerajaan Islam jatuh di tangan Kolonial Belanda, kecuali Kerajaan Islam Aceh. Salah satu provokasi Snouck yang menyamar sebagai seorang ulama Saudi adalah menyebarkan keyakinan bahwa hadis Cinta pada Tanah Air adalah lemah!(Hubbul Wathan minal Iman). Dengan penanaman keyakinan ini diharapkan Nasionalisme bangsa Indonesia hancur, dan memang akhirnya banyak pengkhianat bangsa bermunculan.
[4]
Memoirs Of Hempher, The British Spy To The Middle East, page 13.
[5]
Lihat “The Beginning and Spreading of Wahhabism”,http://www.ummah.net/Al_adaab/wah-36.html
[6]
William Powell, Saudi Arabia and Its Royal Family (Secaucus, N.J.: Lyle Stuart
Inc., 1982), p. 205.
[7]
Confessions of a British Spy.
[8]
Ibid.
[9]
Vassiliev, Ta’reekh, p. 117.
[10]
Gary Troeller, The Birth of Saudi Arabia: Britain and the Rise of the House of
Sa’ud(London: Frank Cass, 1976), pp. 15-16.
[11]
Quoted in Robert Lacey, The Kingdom: Arabia and the House of Saud (New York:
Harcourt Brace Jovanovich, 1981), p. 145.
—
http://salafyindonesia.wordpress.com/2013/07/12/sejarah-paham-wahhabi-zion-dajjalis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar