Bismillaahirrahmaanirrahiim
Segala
puji bagi Allah, Dzat yang penuh kasih sayang kepada hamba-Nya. Shalawat dan
salam semoga tetap tercurah kepada utusan-Nya, Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam, serta keluarga, para sahabat, dan umatnya yang ta’at
mengikuti sunnah-sunnahnya.
Bahagia,
sebuah harapan yang siapapun pasti ingin mendapatkannya. Hingga seorang
penjahat yang sangat bengis pun pasti dia ingin hidup bahagia. Banyak orang
menempuh jalan-jalan yang mereka anggap jalan menuju kebahagiaan. Apakah benar
mereka menuju kebahagiaan atau jangan-jangan menuju kebinasaan? Lalu
kebahagiaan macam apakah yang mereka cari? Lantas bagaiamanakah caranya agar
kita benar-benar mendapatkan kebahagiaan yang hakiki?
Jalan Kebahagiaan
Jalan
kebahagiaan yaitu jalan yang selalu kita minta kepada Allah Ta’ala
setiap kali kita shalat, “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan
orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka
yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al Fatihah :
6-7)
Lalu
jalan siapakah yang Allah telah beri nikmat kepada mereka? Imam Ibnu Katsir rahimahullah
mengatakan,
“Yaitu jalan orang-orang yang disebutkan oleh Allah Ta’ala
dalam firman-Nya (yang artinya), “Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan
Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, Para shiddiiqiin (orang-orang yang teguh
kepercayaannya kepada Nabi), orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang
saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”
(QS. AnNisaa’ : 69)(lihat Tafsir
Ibnu Katsir)
Dan
mereka itulah orang-orang yang sudah jelas dijamin kebahagiaannya oleh Allah Ta’ala.
Bahagia Semu dan Bahagia Hakiki
Banyak
orang tertipu akan kemilau dan gemerlapnya dunia. Ada yang berjuang mati-matian
mengumpulkan harta, ada yang mencari gelar dan pangkat setinggi langit, dan ada
juga yang menceburkan dirinya ke dalam ketenaran di mata manusia. Dan jika
mereka semua ditanya, pasti mereka sedang mencari kebahagiaan dengan hal itu.
Namun itu semua adalah bahagia yang semu, bahagia yang berujung sengsara jika
telah hilang apa yang mereka cari.
Syaikh
Dr. Nashir bin Sulaiman Al ‘Umar hafizhahullah mengatakan, “Betapa banyak
orang yang kaya raya kemudian tiba-tiba lenyap hartanya, dan hilang kekayaannya
oleh suatu sebab, kemudian sisa hidupnya penuh dengan penderitaan dan
kebinasaan” (As Sa’adatu bainal wahmi wal haqiqati, hal. 4)
Kebahagiaan Hakiki
Kita
sudah tahu, ternyata apa yang diusahakan oleh kebanyakan manusia untuk
memperoleh kebahagiaan tidak mengantarkan mereka kepada kebahagiaan yang
hakiki. Memangnya dengan harta, dengan jabatan, atau dengan makanan yang lezat
kita bisa bahagia? Namun apakah itu semua adalah sebenar-benar kebahagiaan?
Melihat
semua itu, ketahuilah bahwa bahagia ada dua macam, yaitu :
1.
Kebahagiaan Inderawi, seperti berlimpahnya makanan yang lezat, minuman
yang segar, pakaian, kendaraan, dan apa saja yang menjadi kebutuhan utama hidup
kita dan tidak lebih dari itu. Maka kebahagiaan semacam ini bisa dirasakan baik
oleh orang-orang yang beriman maupun orang kafir
2.
Kebahagiaan Rohani, yaitu dengan bahagianya hati, lapangnya dada,
pemandangan yang menyejukkan mata, dan ketenangan hidup. Dan inilah kebahagiaan
yang seandainya bisa dibeli dengan uang niscaya orang-orang kaya pun akan
berlomba untuk membelinya, samapai-sampai orang yang miskin sekalipun akan rela
berhutang untuk mendapatkannya. Namun bukanlah demikian adanya, akan tetapi
kebahagiaan ini hanya diberikan kepada hamba-hamba Allah yang Dia
kehendaki.(lihat Risalah ‘Ilmiyyah Syaikh Abdul Aziz As Sadhan)
Sebab-sebab Memperoleh Kebahagiaan
Hakiki
Allah
Ta’ala memberikan resep hidup bahagia yang sebenar-benarnya (hakiki) di
dalam firman-Nya (yang artinya),
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh,
baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.” (QS. An Nahl : 97)
Semua
itu bisa kita dapatkan jika kita mau beramal shaleh disertai dengan penuh
keimanan dan keihklasan mengharap ridha Allah dan sesuai tuntunan Nabi-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Amal-amal Shaleh yang Bisa Menjadi
Sebab Mendapatkan Kebahagiaan
1.
Kuatnya tauhid
Maka
seorang mu’min yang kuat di dalam mentauhidkan Allah Ta’ala tidak akan
pernah menyandarkan nikmat dan bencana kecuali kepada-Nya. Maka sungguh indah
apa yang dikatakan oleh Al Qadhi Syuraih, “Tidaklah aku ditimpa suatu musibah
kecuali aku tetap memuji Allah Ta’ala karena empat perkara :
Pertama,
karena Allah memberikan kesabaran kepadaku untuk menghadapinya;
Kedua,
karena Allah memberikan aku kesempatan untuk ber-istirja’(yaitu
mengatakan : ”Inna lillāhi wa innā ilaihi rāji’uun”);
Ketiga,
Allah tidak memberikan kepadaku musibah yang lebih besar darinya;
Keempat,
Allah tidak menjadikan musibah itu di dalam agamaku”
2.
Berdoa dan merendahkan diri hanya kepada Allah Ta’ala semata
Seseorang
yang ketika dia berdo’a hanya ditujukan kepada Allah pastilah hatinya akan
merasa tenang dan yakin. Dengan hal itulah dia akan selalu bahagia. Karena dia
meminta kepada Dzat yang Maha Dekat lagi Maha Mengabulkan do’a setiap
hamba-Nya.“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka
(jawablah) : bahwasanya Aku itu dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku” (QS. Al Baqarah : 186)
3.
Menjaga shalat fardhu lima waktu
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan shalat lima
waktu bagaikan sungai yang mengalir deras di depan pintu kalian, yang ia
pergunakan untuk mandi lima kali sehari semalam” . Al Hasan mengatakan,
“Mungkinkah ada kotoran yang tersisa?” (HR. Muslim)
Kaum
muslimin rahimakumullah, marilah kita jaga shalat lima waktu kita. Dan
wajib bagi kaum laki-laki berjamaah di masjid. Karena shalat yang ditegakkan
dengan sebenar-benarnya itu akan mencegah sesorang dari perbuatan keji dan
mungkar.
4.
Memperbanyak amalan-amalan sunnah setelah yang wajib
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah
berfirman : Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang
lebih Aku cintai daripada amalan yang Aku wajibkan atasnya. Dam hamba-Ku
senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga
Aku mencintainya.”(HR. Bukhari)
5.
Berkumpul dan bergaul dengan orang-orang yang shaleh dalam majelis-majelis ilmu
Tidaklah
kita dapatkan dari orang-orang yang shaleh kecuali perkataan yang baik, akhlak
yang baik, dan semua kebaikan.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Perumpamaan teman yang baik
dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai
besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberikan hadiah minyak wangi
kepadamu, atau engkau akan membeli minyak wangi darinya, atau setidak-tidaknya
engkau akan mendapatkan bau semerbak wangi (dari minyak wangi yang ia
jual). Adapun bersama tukang pandai besi, bisa jadi bajumu akan terbakar,
atau jika tidak engkau pasti akan mendapati bau yang tidak sedap darinya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
6.
Interospeksi diri
Ibnul
Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya interospeksi diri termasuk
perkara yang bisa menyelamatkan seseorang dari siksa kubur”. Kemudian beliau
melanjutkan, ”Hendaknya seseorang duduk mengingat Allah sesaat sebelum
tidurnya, kemudian dia koreksi dirinya atas kerugian dan keuntungan yang dia
dapatkan hari ini, lalu dia memperbaharui taubatnya kepada Allah Ta’ala,
dia pun tidur dengan membawa diri yang sudah bertaubat. Dan dia lakukan setiap
hari.” (Ar Ruh li Ibnil Qoyyim, 1/345)
(lihat
Risalah ‘Ilmiyyah Syaikh Abdul Aziz As Sadhan)
Penutup
Sebenarnya
masih banyak amal-amal ibadah yang bisa mengantarkan seseorang kepada
kebahagiaan yang hakiki. Namun di sini hanya disampaikan beberapa saja yang
paling besar manfaatnya. Tentunya kita tidak bisa melakukan semua usaha untuk
memperoleh kebahagiaan hakiki kecuali dengan pertolongan Allah Ta’ala.
Maka marilah kita senantiasa memohon kepada Allah Ta’ala agar diberikan
taufik dan karunia-Nya sehingga kita bisa memperoleh kebahagiaan yang
sebenar-benarnya. Wallahul muwaffiq.
Wa
shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ’ala aalihi washahbihi wa sallama
ajma’in, walhamdulillahi Rabbil ‘aalamin.
Penulis
: Hasim Ikhwanudin (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar