Dajjal*)
Menurut
kami, Dajjal merupakan sebuah sistem kafir yang semata-mata hanya untuk
mengatur kehidupan manusia selama di dunia saja, yang meliputi berbagai bidang
kehidupan seperti ideologi, politik, sosial, budaya dll. Sistem Dajjal
ini merupakan buah karya anak-cucu Ya’juj wa Ma’juj atau Gog and Magog dalam
bahasa Inggris atau Yahudi gadungan alias Yahudi Ashkenazim.
Pada
zaman modern, untuk pertama kali sistem Dajjal dibumikan di Amerika Serikat
oleh Sir Francis Bacon anggota Rosicrucian dan Freemasonry, yang pada tanggal 4
Juli 1776 resmi menjadi ideologi negara sekuler Amerika yaitu Demokrasi.
(Demokrasi merupakan milik Yahudi Kabbalah, yang menurut mereka Demokrasi
artinya adalah dengan cahaya Talmud dan Masyna serta segala ucapan imam-imam
agung (Yahudi), telah diundang-undangkan ketentuan tentang Demokrasi ini,
yaitu: "Bermusyawaralah dan rapatlah serta bertetapkanlah terhadap
pilihan yang berasal dari suara terbanyak. Sebab, suara terbanyak itu adalah
suara Tuhan").
Dari 56 orang penandatangan Deklarasi Kemerdekaan Amerika,
hanya 6 orang saja yang bukan merupakan anggota Freemasonry. Menurut
Manly P. Hall dalam bukunya The Secret Destiny of America, brain-child
Demokrasi adalah Fira’un yang bergelar Amen-Hotep IV. Maka wajarlah bilamana
Amerika Serikat menjual Demokrasi ke seluruh dunia dengan gigihnya dan dengan
berbagai cara dan tipu-daya dalam rangka melicinkan jalan Illuminati untuk
menguasai dunia. Dateline Illuminati untuk menguasai dunia adalah pada
tanggal 21 Desember 2012 a.l. berencana membunuh 2/3 jumlah penduduk dunia yang
secara resmi dilakukan melalui program Keluarga Berencana, utamanya ditujukan
kepada umat Islam sebagai syarat untuk tetap dapat mengontrol dan menguasai
dunia, namun rencana jahat mereka gagal alias tidak diizinkan oleh Allah
Subhanahu wa Ta'ala, dan rencana itu merupakan rencana gagal yang kedua,
rencana mereka yang pertama adalah pada Desember tahun 2000. Walaupun
mereka tidak bisa melaksanakannya pada tanggal 21 Desember 2012, rencana jahat mereka
tetap dilaksanakan di hari-hari dan tahun-tahun berikutnya, waspadalah!.
Pada
masa Revolusi Bolshewik lahirlah ideologi Komunis yang merupakan buah pikir
Adam Weishaupt, seorang Jesuit keturunan Yahudi Khazar di Bavaria, yang pada
tanggal 1 Mei 1776 mendirikan perkumpulan rahasia Illuminati bersama-sama
dengan Mayer Amscheld Rothschild sebagai penyedia dana dan Jacob Frank penerus
ajaran Sabbetai Zvi, Messias Yahudi abad XVI yang bertugas menyusup ke dunia
Kristen dan Islam untuk menghancurkan dari dalam. Ide-ide Weishaupt
kemudian di kompilasi oleh Karl Marx, seorang Yahudi Ashkenazim Jerman dalam
sebuah buku dengan judul Das Kapital pada tahun 1867, yang dewasa ini ide-ide
Adam Weishaupt ini dijadikan ideologi di berbagai negara Komunis dengan
berbagai derivasinya. Baik Demokrasi maupun Komunis keduanya merupakan
Sistem Dajjal yang esensinya sama-sama menafikan eksistensi Tuhan dalam format
dan tampilan yang berbeda yang sengaja diciptakan dalam rangka mencuci otak
umat manusia di seluruh dunia yang puncaknya nampak pada Era Perang Dingin atau
Détente tahun 1970-an, dimana penduduk dunia berhasil dibagi ke dalam dua kubu
ideologi: Demokrasi yang di pimpin Amerika Serikat dan Komunis dipimpin Uni
Sovyet, sekarang Rusia, padahal kedua sumber ideologi tersebut berasal dari
sumber yang sama dan dengan tujuan yang sama: Ya’juj wa Ma’juj, istilah
modernnya Yahudi Ashkenazim dalam rangka untuk menguasai dunia dengan membentuk
Satu Pemerintahan Dunia atau Tata Dunia Baru dengan sistem
Luciferianisme. Hari ini mereka menjadikan Islam sebagai musuhnya, karena
mereka berjiwa pengecut tidak berani menghadapi secara ksatria, maka Islam
difitnahnya sebagai teroris dan sejalan dengan itu, mereka juga
menumbuh-suburkan Liberalisme untuk mendangkalkan dan merusak aqidah Islam,
yang di Indonesia diwakili oleh Jaringan Islam Liberal (JIL).
Negara
ilegal Israel yang dididirikan oleh Ya’juj wa Ma’juj tahun 1948, saat ini
dihuni 95% oleh bangsa Khazar alias Yahudi Ashkenazim dengan ideologi
Bolshewik, bukan Demokrasi. Sisa jumlah penduduk yang 5% terdiri dari
campuran suku bangsa termasuk keturunan Bani Israel atau Yahudi Sephardim yang
diperlakukan sebagai warganegara kelas kambing.
Al-Masih ad-Dajjal*)
Menurut
kami al-Masih ad-Dajjal adalah juga sisitem yang menipu umat manusia dalam
bidang spiritual atau keyakinan dan mereka adalah agama-agama Samawi yang sudah
menyimpang dari kebenaran, yang penyimpangannya tentu saja karena sudah terjadi
penyusupan dan intervensi ke dalam ajarannya, baik dalam agama-agama Yahudi,
Nashrani maupun Islam. Namun dalam agama Yahudi dan Nashrani yang
bergelar Ahli Kitab tidak termasuk mereka yang masih bersikap lurus sebagaimana
ditegaskan Allah Subhanahu wa Ta'ala:
Mereka
itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus,
mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka
juga bersujud (shalat). (QS al-Imran 3:113)
Sedangkan
al-Masih ad-Dajjal dalam Islam adalah mereka yang menyimpang dari kebenaran
al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih, antara lain mereka yang mengaku Islam
seperti dari kalangan Syi’ah, Ahmadiyah dan mereka yang melaksanakan
perbid’ahan dimana disini ditentukan oleh sejauh mana kadar penyimpangannya
sehingga memiliki karakter al-Masih ad-Dajjal sejauh penyimpangan yang dilakukannya.
Jadi
baik Dajjal maupun al-Masih ad-Dajjal tidak perlu ditunggu-tunggu kedatangannya
karena mereka sudah berada disekeliling kita. Siapapun mereka yang
meyakini dan melaksanakan Sistem Dajjal dan al-Masih ad-Dajjal maka mereka
itulah yang dimaksud oleh berbagai hadits shahih mengenai mereka.
Kaum
Yahudi*)
Penyebutan
Yahudi dalam al-qur’an dapat ditemukan dengan tiga bentuk kata diantaranya
adalah kalimat : هَادُوْا , هُوْدًا,
هَادُوْا (Haduu,
Hud[an], dan Yahuud) .
Ketiga
kata tersebut memiliki akar kata : هَوْدًا, هَادَ (haada, haud[an]) berarti kembali
kepada kebenaran atau taubat.[1]
Kata
هَادُوْا adalah
bentuk ke tiga yang digunakan untuk jama’ mudzakkar ghaib** dari fiil madli
hada (هَاد) yang
mengungkapkan kejadian yang terjadi pada masa lampau, maka secara bahasa
penyebutan haadu berarti : mereka (lk) telah bertaubat. Dalam perkembangannya
kata haada ini dapat diartikan dengan memilih jalan Yahudi dalam beragama [2],
atau masuk agama Yahudi [3]
Sedangkan
kata يهودي (
Yahudy) merupakan bentuk mufrad (tunggal) dari kata اليهود (al-Yahud) [4].
Dalam
salah satu pendapat dari kitab Lisanul Arab kata Yahudy (يهودي) ini menunjuk kepada nama Kabilah.
Disebutkan pula di sana bahwa Yahudi asalnya adalah Yahudza ((يهوذ yang kemudian dimasukan ke dalam bahasa
Arab dengan mengganti huruf dzal
dengan dal menjadi Yahuda (يهود) ; akan tetapi Ibnu Syidah menganggap
pendapat ini tidak kuat.[5]
Sebagai
tambahan, ketika kata "Yahudi" untuk pertamakalinya
diperkenalkan ke dalam bahasa Inggris dalam abad ke-18 hanya ada sebuah arti.
Akan tetapi selama abad-abad ke-18 --20, sebuah organisasi yang terorganisir
dengan rapih dan dengan dana yang banyak, "kelompok penekan"
internasional membuat apa yang disebutnya sebagai "arti tambahan"
untuk kata "Yahudi" di samping Agama juga Bangsa yang disajikan
kepada umat manusia yang berbahasa Inggris di dunia. Ini merupakan sebuah
penyajian yang keliru yang dipersembahkan kepada dunia dengan sengaja oleh
"kelompok penekan - pressure group" yang terorganisir dengan rapih
dan dana yang tak terbatas untuk menipu atau membohongi orang-orang Kristen
(termasuk umat Islam-pent - Fakta adalah Fakta - Facts Are Facts, oleh Benjamin
H. Freedman, pp. 15-20 - ( Lihat :Willie
Martin )
Jadi
kosa-kata Yahudi yang diberi makna agama dan bangsa adalah merupakan buah
konspirasi untuk menyesatkan manusia pada umumnya, khususnya umat Islam agar
tidak memahami dengan benar maksud dan tujuan daripada firman Allah Subhanahu
wa Ta'ala mengenai Yahudi dan yang terkait dengannya, sehingga analisa dan
solusi apapum yang dibuat dengan mendasarkan kepada sumber seperti ini
(konspirasi), maka hasilnya semata-mata hanya untuk kepentingan si pemberi
informasi. Bila dicermati masa terjadinya pemberian dua makna terhadap
kata Yahudi sebagai bangsa dan agama yaitu pada abad ke-18, maka kami yakin
bahwa si kelompok penekan yang dimaksud oleh Benjamin Fredman adalah kelompok
Perkumpulan Rahasia Illuminati yang didirikan tanggal 1 Mei tahun 1776 oleh
Adam Weishaupt bersama-sama dengan Rothschild dan Jacob Frank di Bavaria,
Frankfurt, Jerman sekarang yang salah satu agendanya adalah merusak ajaran
Kristen dan Islam dengan mengirimkan para intelnya untuk menyusup dan merusak
dari dalam. (Lihat: Barry
Chamish ) Ketiganya berasal dari suku bangsa Khazar yang mengaku saebagai
bangsa dan beragama Yahudi alias Yahudi Gadungan yang menurut al-Qur’an adalah
bangsa Ya’juj wa Ma’juj atau Gog and Magog dalam bahasa Inggris.
Jika
kita merujuk kepada nash al-Quran dan al-Hadits kata Yahudy dan Yahud ini
menunjuk kepada orang yang memeluk agama Yahudi dalam bahasa Indonesia,
sebagaimana ditegaskan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam firmanNya sbb:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَصَارَى حَتَّى
تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللهِ هُوَ الهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ
أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِيْ جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللهِ مِنْ
وِلِيٍّ وَلَا نَصِيْر
“Orang-orang
(yang beragama) Yahudi dan (beragama) Nashrani tidak akan senang kepada kamu
hingga kamu mengikuti millah mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya
petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu
mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak
lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu“. (QS Al-Baqarah 2:120)
Dalam
ayat tersebut terdapat kata millah yang mencakup ad-dien dan syari’at [6].
Ini menunjukkan bahwa al-Yahud dan an-Nasharaa dalam ayat ini menunjuk kepada
sekumpulan orang yang memiliki millah, yaitu mereka yang meyakini din dan
menjalankan syari’atnya (mereka adalah Bani Israil). Millah tersebut adalah
millah Yahudi dan Nashrani (yahudiyyah dan nashraniyyah dalam bahasa Arab).
Millah dimaksud juga ditujukan khusus kepada Bani Israil yang beragama
Yahudi dan Nashrani yang sudah menyimpang dari kebenaran.
Sementara
kata Huud [an], merupakan jama’ dari kata haaid ( (هاءد(orang yang bertaubat) maksudnya merujuk
kepada yahud jama’ dari yahudy [7], maka yang dimaksud dengan
huud[an] adalah orang-orang yang beragama Yahudi (telah dijelaskan di atas).
Maka
kesimpulannya adalah bahwa kata Yahudi dalam bahasa Indonesia dapat dipahami
sebagai millah bukan sebagai bangsa.
Demikian
juga Yahudi tidak ada keterkaitannya dengan nabi Ibrahim as, baik secara ajaran
maupun secara genealogis meskipun nabi Ya’kub as seorang cucu nabi Ibrahim as
dari jalur nabi Ishaq as, karena Yahudi merupakan sebuah agama yang dianut oleh
Bani Israil dan suku bangsa ini baru ada setelah kenabian Ya’kub as dilanjutkan
terus sampai kepada nabi Musa as, dimana pada masa kenabian Musa as, Allah
Subhanahu wa Ta'ala membagi Bani Israil menjadi 12 suku yang masing-masing suku
berjumlah besar (QS al-‘Araf 7:160).
Allah
Subhanahu wa Ta'ala menegaskan bahwa:
“Hai
Ahli Kitab, (agama Yahudi dan Nashrani) mengapa kamu bantah-membantah tentang
hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah
Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?. Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya)
bantah membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu
bantah-membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui?; Allah mengetahui sedang
kamu tidak mengetahui. Ibrahim bukan seorang (yang beragama) Yahudi dan bukan
(pula) seorang (yang beragama) Nashrani, akan tetapi dia adalah seorang yang
lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk
golongan orang-orang musyrik." (QS al-Imran 3: 65-67).
Sebagai
analogi, kita bersama mafhum bahwa manusia pertama yang diciptakan Allah
Subhanahu wa Ta'ala adalah Adam as dan kita sebagai manusia merupakan keturunan
anak-cucu nabi Adam as, namun sebagai suku bangsa, Allah Subhanahu wa Ta'ala
memberikan batasan bahwa bangsa-bangsa yang ada di dunia dewasa ini berasal
dari nanak-cucu keturunan nabi Nuh as (QS ash-Shaffat 37:75-77).
Jadi
anak-cucu nabi Ya’kub as meneruskan keturunannya menjadi 12 suku Bani Israil
sampai kepada nabi Isa as bukan berasal dari anaknya yang bernama Yehudza
menurut referensi Islam, akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala sendiri yang
membaginya. Referensi yang menyebutkan ke-12 suku Bani Israel berasal
dari Yehuda oleh mayoritas umat manusia merujuk kepada Kitab Perjanjian Lama
yang dimuat dalam Kejadian (35-22b) sbb:
"Adapun
anak-anak lelaki Yakub dua belas orang jumlahnya. 35:23 Anak-anak Lea ialah
Ruben, anak sulung Yakub, kemudian Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar dan
Zebulon. 35:24 Anak-anak Rahel ialah Yusuf dan Benyamin. 35:25 Dan
anak-anak Bilha, budak perempuan Rahel ialah Dan serta Naftali. 35:26 Dan
anak-anak Zilpa, budak perempuan Lea ialah Gad dan Asyer. Itulah anak-anak
lelaki Yakub, yang dilahirkan baginya di Padan-Aram."
Oleh
karena itu menurut kami dasar hujjah yang shahih untuk umat Islam mengenai
Yahudi adalah al-Qur’an, bukan kitab Perjanjian Lama. Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
”Janganlah
kalian membenarkan ahlul kitab dan jangan pula mendustakannya, dan katakanlah:
“Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan pada kami….” (HR.
Al-Bukhari dalam Shahih-nya no. 4485).
Ahlul
Kitab yang dimaksud di dalam hadits di atas adalah Bani Israil yang beragama
Yahudi dan Nashrani.
Dalam
litelatur Islam khususnya bilamana kita merujuk kepada al-Qur’an dan al-Hadits
shahih, istilah atau kata Yahudi tidaklah menjadi masalah karena hanya merujuk
kepada millah, yaitu syari’at dan ad-din Yahudi sebagaimana ditegaskan dalam QS
al-Baqarah 2:120. Namun menjadi masalah ketika umat Islam mengambil
rujukan dari referensi di luar Islam, dalam hal ini Barat yang notabene
phobi terhadap Islam, maka wajarlah terjadi kebingungan dan kekeliruan
dalam menghadapi berbagai persoalan yang ada kaitannya dengan Yahudi, sehingga
secara sadar atau tidak lebih sering menguntungkan pihak-pihak yang memang
sengaja mengambil keuntungan dari masalah ini. Sebenarnya tidak semua
orang yang beragama Yahudi jahat sebagaimana tidak semua orang yang beragama
Islam baik. Jadi kesimpulannya Yahudi itu sebuah agama, bukan
kaum (bangsa) dan agama, bangsanya adalah Bani Israil. Wallahu’alam.
Imam
Mahdi*)
Bila
kita kritisi, Imam Mahdi dalam perspektif rasional tampak sulit diterima
sebagai ajaran dari Nabi, dan hal itu sendiri tidak terdapat di dalam al-Quran
maupun di dalam kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. Memang, jika orang
membaca hadits-hadits Mahdiyyah hanya sepintas dan hanya beberapa buah hadits
saja yang ditelaahnya, tanpa mau membandingkan secara jeli dengan hadits-hadits
Mahdiyyah lainnya yang penuh kontroversial, tentunya dia akan menerimanya dan
mempercayainya sebagai sesuatu yang benar-benar datang dari Nabi. Akan tetapi,
jika dia mempelajarinya dengan sikap kritis serta menghubungkannya dengan
sejarah ummat Islam secara obyektif, maka dia tidak akan menerima begitu saja
pernyataan-pernyataan hadits Mahdiyyah yang bertentangan dengan penalaran akal
sehat.
Berikut
kami kutipkan beberapa pendapat mengenai hadits-hadits mengenai Mahdiyyah dari
buku berjudul "Faham Mahdi Syi'ah dan Ahmadiyah dalam Perspektif"
oleh: Drs. Muslih Fathoni, M.A. Selengkapnya dapat diakses di:
http://www.akhirzaman.info/islam/imam-mahdi
dan Imam
Mahdi adalah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
Pertama,
pendapat Syaikh Muhammad Darwisy, yang mengatakan dalam bukunya
Asna'ul-Matalib:
"Hadits-hadits
Mahdiyyah semuanya adalah lemah, tidak ada yang dapat dijadikan pegangan, dan
seorang tidak boleh terkecoh oleh orang yang (berusaha) mengumpulkannya dalam
berbagai karyanya."
Kedua,
pendapat Sayyid Ahmad, seorang ahli hadits, dalam bukunya
Ibrazul-Wahmil-Ma'mun, terutama mengenai hadits Mahdiyyah yang dipegangi oleh
golongan Ahmadiyah:
"Sungguh
hadits Mahdiyyah ini, bukanlah hadits da'if (lemah) sebagai yang dikatakan oleh
si pengeritik hadits (Ibn Khaldun) dan sekalipun (pengeritik) lain mengatakan
yang demikian itu, bahkan hadits itu batal, palsu dan dibuat-buat, tidak ada dasarnya
hadits itu dari ucapan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa sallam., juga bukan ucapan
Anas Ibn Malik, ataupun ucapan Hasan al-Basri."
Ketiga,
pendapat Muhammad Farid Wajdi dalam karya besarnya, Da'iratul-Ma'arif
al-Qarnil-'Isyrin, menyatakan:
"Maka
sesungguhnya di dalam hadits-hadits Mahdiyyah itu, tergolong (pernyataan) yang
keterlaluan, dan merupakan pukulan keras bagi sejarah, serta sangat
berlebih-lebihan, tidak memahami pelbagai persoalan manusia, dan jauh dari
sunnatullah (hukum-hukum Allah yang telah ditetapkan untuk semua ciptaanNya),
yang dikenal oleh manusia. Pada mulanya pembaca tidak merasa, bahwa
hadits-hadits Mahdiyyah itu adalah hadits-hadits palsu yang sengaja dibuat oleh
tokoh-tokoh yang sesat, atau oleh para pendukung ('Ali) untuk sebagian ahli
propagandisnya yang menuntut kekhilafahan di Arabia atau di Magrib
(Afrika)."
Selain
itu, Ahmad Amin juga berpendapat, bahwa hadits-hadits Mahdiyyah itu merupakan
hadits yang mengandung cerita bohong, sebab dalam kisah kehidupan al-Mahdi
telah dipenuhi dengan cerita yang aneh-aneh dan kabar gaib tentang peristiwa
zamannya. Disamping itu, terdapat juga apa yang disebut al-Jafr yaitu ilmu
ramalan yang ditulis pada kulit lembu, tentang apa yang akan dialami oleh
Ahlul-Bait, dan menurut kaum Syi'ah, ramalan tersebut diriwayatkan dari Ja'far
as-Sadiq. Berita-berita aneh semacam itu, banyak juga terdapat dalam kitab yang
disebut kitab al-Malahim yang dimiliki oleh sebagian ummat Islam. Anehnya
berita-berita semacam itu oleh pengarangnya dijadikan sebagai hadits, dan
menghubungkannya dengan Rasulullah. Sebagian lagi dihubungkan dengan
Ahlul-Bait. Dan sebagian yang lain menghubungkannya dengan Ka'ab al-Akbar dan
Wahb ibn Munabbah.
Demikianlah
pendapat sementara para sarjana Muslim. Tampaknya mereka meneliti dan melihat
dengan jeli hadits-hadits Mahdiyyah itu, tidak hanya dari aspek 'ulumul-hadits
atau ilmuilmu hadits, akan tetapi juga menghubungkannya dengan aspek-aspek
sejarah yang obyektif, terutama sejarah ummat Islam itu sendiri. Dengan cara
seperti ini, seorang akan lebih selamat dan tidak mudah terjebak ke dalam
paham-paham yang keliru dan sesat. Hadits-hadits Mahdiyyah yang kontroversial
itu, rupanya merupakan akibat dari terjadinya persaingan ketat antara
kelompok-kelompok Muslim yang sedang berselisih pada saat itu untuk merebut
pengaruh yang lebih luas di bidang politik. Kecenderungan politik yang didasari
dengan paham agama, tampaknya mendorong terciptanya paham keagamaan yang
bermacam-macam Di saat seperti itulah masing-masing pihak membuat hadits-hadits
palsu tentang al-Mahdi dengan berbagai versinya.
Disamping
itu mengenai kedatangan Imam Mahdi juga di klaim oleh berbagai keyakinan agama
dengan nama yang berbeda satu dengan yang lainnya al sbb:
Agama
Yahudi mazhab ortodoks percaya bahwa akan lahir Imam Mahdi dari kalangan
mereka. Mereka percaya Imam Mahdi ini akan lahir dengan segala macam keramat
dan kelebihan, akan mengembalikan mereka ke tanah tumpah asal mereka,
Baitulmaqdis, Bukit Tursina dan Palestin. Mereka ini dipanggil golongan
Messianic yaitu golongan yang percaya akan tibanya sang juruselamat. Perkataan
Messianic itu sendiri datang dari kata Messiah, yaitu orang yang digelar 'Imam
Mahdi' (menurut ajaran agama mereka).
Orang
Kristen juga sangat yakin dengan konsep Imam Mahdi ini, yang kononnya akan
lahir dari kalangan penganut agama mereka pula. Dan konsep kepercayaan ini
lebih bersifat literal (dari mulut ke mulut) dan bukan merupakan satu
kepercayaan yang diwajibkan mempercayainya. Apa yang jelas, Imam Mahdi yang
dimaksudkan itu sebenarnya adalah Nabi Isa As sendiri. Hasilnya, sebagian besar
saja yang percaya, sedangkan sebagian yang lain tidak menyatakan kepercayaan
mereka atau sama sekali tidak percaya.
Agama
Hindu juga sangat yakin dengan kedatangan seorang Mahdi yang akan mengembangkan
ajaran agama Hindunya ke seluruh dunia, pada akhir zaman kelak. Disebutkan
gelarannya Mansur atau Maha Shiva atau nama sebenarnya Mahmat atau Ahmad.
Selain itu ada beberapa nama lagi yang diberikan kepadanya, sebagai menunjukkan
ketinggian kemuliaannya dan besar kedudukannya.
Penganut
agama Buddha juga yakin dengan kedatangan Mahdi yang akan membersihkan dunia
ini dari kekejaman, dan Mahdi itu dibekalkan dengan segala macam kuasa hebat
dan ilmu sakti (keramat menurut Islam). Mahdi yang dimaksudkan itu disebut
sebagai Shammaraja (Raja yang Sangat Adil). Nama sebenar dan tempat lahir Mahdi
itu tidak dinyatakan dengan jelas. Tetapi mereka percaya, atas perkabaran para
sami mereka, zaman sekarang ini adalah zaman untuk Shammaraja itu memunculkan
dirinya dan menyelamatkan dunia ini.
Orang-orang
Majusi aliran Mazda, yang menganut ajaran ciptaan Zarathustra (Zoroaster) yaitu
golongan penyembah api suci, yang jumlahnya hari ini kira-kira setengah juta
orang di Iran dan beberapa ribu lagi di India, juga yakin dengan konsep Imam
Mahdi. Ajaran mereka menyatakan bahwa tiga orang penyelamat besar akan muncul,
dimulai oleh Aushedar dan diikuti pula oleh Aushedar-mah. Yang terakhir keluar
ialah seorang lelaki perkasa bernama Saoshyant / Shayoshant, yang berasal dari
anak cucu Zoroaster, yang akan muncul dan memusnahkan Ahriman, kuasa jahat,
sekali gus membersihkan dunia ini daripada kegelapan dan kesengsaraan. Dia
memerintah dunia dengan adil dan saksama selama seribu tahun, mendirikan kerajaan
Ahura Mazda yang sepenuhnya. Mereka tidak menyebutnya dengan sebutan Mahdi
tetapi maksudnya sama dengan Mahdi bagi umat Islam. Dan dari ajaran Mazda
inilah orang-orang Syiah menyerapkan konsep Imam Mahdi mereka, karena meyakini
Imam Mahdi Syiah itu akan memerintah dunia ini selama seribu tahun.
Menurut
kami Imam Mahdi dalam Islam sebenarnya merupakan sebuah Monomyth, dia tidak
akan pernah muncul atau datang. Istilah Monomyth (sering disebut sebagai
pahlawan perjalanan) seperti yang digunakan dalam bidang mitologi komparatif,
mengacu pada pola dasar yang konon ditemukan di banyak cerita di seluruh dunia,
sebagai contoh dalam masyarakat Jawa ada tokoh supernatural yang
ditunggu-tunggu seperti Imam Mahdi yaitu Satria Piningit atau di Jawa Barat
mananya yang dikenal di masyarakat adalah Ratu Adil. Monomityth ini
didistribusikan secara luas polanya, sebagaimana digambarkan oleh Joseph
Campbell dalam bukunya The Hero With Thousand Faces, download di
sini).
Nabi
Isa*)
Nabi
Isa a.s. telah diwafatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala sesuai dengan
Sunnatullah yang tidak mungkin akan berubah selama-lamanya (al-Ahzab 33:62).
Nabi Isa telah wafat dan diangkat derajatnya oleh Allah. Dan tentang wafatnya
Nabi Isa, sesuai pula dengan Sunatullah bahwa segala benda yang bernyawa pasti
akan menemui kematian.
Al
Qur'an tidak pernah menyebutkan secara jelas dan muhkamat3 maupun
mutasyabihat,4 apakah Nabi Isa masih hidup dan apakah sampai saat ini masih
berada di langit? Lalu apakah setelah itu, ia akan turun kembali ke bumi untuk
membasmi Dajjal. Padahal, tidak ada satu kata pun di dalam Al-Qur'an yang
menyebut nama Dajjal. Dengan demikian, hal ini memperkuat argumentasi bahwa
Nabi Isa telah wafat, dan tidak akan turun ke bumi dan tidak akan membunuh
Dajjal.
Kiamat
akan segera tiba setelah turunnya Nabi Isa yang akan memberantas Dajjal,
kemudian mempersatukan umat manusia serta menjadikan semuanya beragama Islam
dan menjadi imam shalat, tentunya berita ini merupakan berita besar yang
mustahil luput dari uraian Al-Qur'an.
Mengingat
turunnya Nabi Isa dan datangnya Dajjal tidak disebutkan di dalam Al-Qur'an,
maka tidak menyebabkan berdosa apabila kita tidak mengimaninya. Lagi pula,
rukun Iman yang telah diakui seluruh ulama sejak dahulu tidak mencantumkan hal
ini.
Hadits-Hadits
tentang Nabi Isa a.s. dan Dajjal
Argumentasi
yang berdasarkan pada Al-Qur'an mengatakan bahwa Nabi Isa telah wafat dan tidak
akan turun lagi ke bumi untuk memberantas Dajjal. Tentu hal itu tidak
berdasarkan dalil hadits, walupun hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhari,
Muslim, dan yang lainnya.
Bagi
mereka yang menyangkal hadits tersebut didasarkan bahwa berita-berita yang
diriwayatkannya bertentangan satu sama lain, karena mereka mendasari itu
terhadap alasan-alasan berikut :
Dalam
hadits yang diriwayatkan Muslim dari Abdullah bin Amru bin Ash disebutkan,
"...kemudian Isa Almasih itu, menetap bersama manusia tujuh tahun
lamanya..."
Dalam
hadits yang diriwayatkan Muslim, Abu Daud, al-Hakim, dan Ahmad bin Hanbal dari
Abu Hurairah r a. menyebutkan, "...Isa menetap di bumi empat puluh tahun
lamanya, kemudian ia pun wafat, maka kaum muslimin menyembahyangkannya
..."
Menurut
Joesoef Souyb salah satu hadits yang meriwayatkan kedatangan Dajjal diterima
melalui Ka'ab al-Ahbar yang mengatakan, "Aku akan mengirimmu kelak
menghadapi Dajjal si Juling, dan engkau akan membunuhnya, lalu hidup di bumi
sehabis itu selama dua puluh empat tahun dan Aku akan mematikanmu, seperti
halnya orang yang hidup."
Penulisan
hadits dengan isi pernyataan yang berbeda satu sama lainnya dan diceritakan
melalui satu orang saja (hadits ahad) menyebabkan kedudukan hadits tersebut
tidak termasuk mutawatir (hadits yang diriwayatkan oleh beberapa perawi). Di
samping itu, sangat besar kemungkinannya adanya kesengajaan penyusupan dongeng
atau kisah-kisah, seperti dituliskan dalam kitab Injil Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru (Wahyu 19: 11-21, Wahyu 20: 4-6).
Perlu
diingat bahwa dalam teologi dan liturgi (ketuhanan dan tata cara agama) Yahudi
dan Nashrani sangat kental akan kepercayaan Mesiah dan Adventisme (harapan atau
keyakinan akan turunnya Yesus ke bumi) untuk membasmi segala roh jahat dan
mengajak umat manusia hanya percaya kepada Kristus
http://www.akhirzaman.info/menukonspirasi/konspirasi-islam/2268-tiga-sisi-tampilan-dajjal.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar