Sabtu, 31 Desember 2011

Awal tahun 2012 : Easy Like Sunday Morning




Hujan di awal tahun 2012 ini
Hujan pagi yang sempurna
Mari kita nikmati karunia hujan
Di rumah yg hangat dengan teh hangat..

Ia memberi kesejukan
Kepada jiwa yang membutuhkan
Kepada jiwa yang merindukan
Dan kepada jiwa yang gersang

Rintik hujan, yang membasahi lembut
Aku nikmati saja dengan tenang
Sambil mendengarkan lagunya Lionel Ritchie
"Easy Like Sunday Morning"

THE SECRET OF WASHINGTON D.C 2012

The secrets hidden in the pyramids of Egypt (Harun Yahya)

Jumat, 30 Desember 2011

Tahun 2012, Tahunnya Introspeksi Diri



Tahun baru adalah saat yg tepat bagi kita untuk melakukan Introspeksi diri.

Pesawat Udara yang akan terbang mengangkasa, pasti membutuhkan PETUNJUK ARAH.. 
Namun untuk mengetahui POSISI yang benar ketika di langit terbuka merupakan hal yang SANGAT PENTING, karena sedikit saja kekeliruan membuat Pesawat Udara TERSESAT dan KEHILANGAN ARAH….. 


Itulah kehidupan kita, perlu evaluasi. Banyak peristiwa di mana kita harus belajar dan membiasakan introspeksi diri…. Bercermin utk mengetahui kekurangan dan kelemahan pribadi, agar dapat mengembangkan diri menjadi lebih baik lagi…. Proses tidak selalu berjalan konstan. Pengalaman yg serupa tidak selalu memberi hasil yg sama. Selalu ada keterbatasan dan perbedaan sudut pandang….. Tiap masalah memiliki titik kritis tersendiri….Kita HARUS JUJUR pada diri sendiri, Ketika salah katakan salah, dan benar katakan benar, lakukanlah introspeksi untuk kebaikan diri kita sendiri, bukan orang lain.

Kita HARUS JUJUR pada diri sendiri, Ketika salah katakan salah, dan benar katakan benar, lakukanlah introspeksi untuk kebaikan diri kita sendiri, bukan orang lain

1. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr :18)

2. Dari Syadad bin Aus r.a, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau berkata, “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT”. (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’)

Pelajaran dari Kisah Tiga Orang Bani Israel



Bersedekah adalah aktivitas ibadah nan mulia, namun disadari atau tidak sering dilupakan oleh sebagian orang. Kadangkala, saat kita sedang dalam keadaan berlimpah materi, ada saja kebutuhan yang harus dipenuhi. Sedangkan dalam keadaan sempit, maka shadaqah pun terasa sulit. Bagaimana bersedekah, sedang kebutuhan saja kian membelit? Akibatnya, hati kian sempit, dan merajalelalah sifat pelit. Naudzubillah.

Banyak orang berkata, sedekah tidak akan menjadikan si pemberi pelit. Ungkapan itu ada benarnya. Namun, setiap orang memiliki persepsi masing-masing tentang hakikat sedekah mengingat makna shadaqah itu sendiri luas.

Rasulullah Saw bersabda, “Senyum kepada saudara muslim itu sedekah.” Ada pula yang memaknai sedekah bukan dari segi senyuman, namun pemberian--yakni mereka yang membiasakan dirinya untuk bersedekah dalam keadaan apapun-- baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Ada yang kalau sedang lapang saja mau memberi, namun kala sempit ia nyaris mengesampingkan sedekah. Atau ada pula yang sama sekali enggan bersedekah.

Dalam Qs Ali Imran, Allah berfirman, ''Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 133-134).

Allah telah berjanji--bagi siapapun hamba-Nya, lelaki maupun perempuan beriman, dalam keadaan lapang maupun sempit, tulus ikhlas, tidak ada unsur pamer dalam memberi, Allah akan melipatgandakannya sesuai dengan kehendak Allah, Sang Maha Meluaskan dan Menyempitkan Rezeki.

''Barang siapa yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan (Al-Baqarah: 245)

Salah seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah Saw, “ Sedekah yang bagaimana yang paling besar pahalanya ? ” Nabi Saw menjawab, “ Saat kamu bersedekahhendaklah kamu sehat dan dalam kondisi kekurangan. Jangan ditunda sehingga rohmu di tenggorokan baru kamu berkata untuk Fulan sekian dan untuk Fulan sekian.” (HR. Bukhari)

Rasulullah menganjurkan kita untuk senantiasa membudidayakan sedekah dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi dalam keadaan kaya, ada amanat yang harus ditunaikan. Jika dalam keadaan kaya, itu adalah ujian dari Allah sebab Allah ingin melihat apakah hamba-Nya mampu mengolah apa yang Allah titipkan melalui sedekah. Sedangkan orang dalam keadaan sempit, itu pun cobaan dari Allah--sebab Allah ingin melihat apakah ia tetap berbagi meski dalam keadaan sulit materi.

Ada kisah mengenai tiga orang Bani Israil yang ketiga-tiganya diuji Allah Swt. semoga kita dapat memetik hikmah dari kisah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim ini.

Dari Abi Hurairah r.a, beliau mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Ada tiga orang Bani Israil (seorangnya) ditimpa penyakit kusta, seorangnya ditimpa penyakit rontok rambutnya dan seorang lagi buta. Maka Allah telah menguji ketiga-tiganya dengan mengutus kepada mereka seorang malaikat.

Malaikat tersebut telah mendatangi orang yang berpenyakit kusta dan bertanya kepadanya, “Apakah yang paling engkau sukai?”

Jawab sang penyandang kusta, “Warna yang bagus serta kulit yang baik dan sembuh dari kotoran yang menyebabkan manusia memandang jelek kepadaku.''

Maka malaikat itu menyapunya dan lalu hilanglah penyakit itu dan diberi warna serta kulit yang baik. Malaikat bertanya lagi, “Harta apakah yang paling engkau sukai?”

Ia menjawab, “Unta atau sapi.'' Maka malaikat memberikan unta yang sedang mengandung sepuluh bulan dan mendoakan orang yang berpenyakit kusta tersebut.

Kemudian malaikat mendatangi orang yang berpenyakit rambut rontok lalu bertanya, “Apakah yang paling engkau sukai?”.

Lelaki kedua menjawab, “Rambut yang bagus dan sembuh dari penyakit yang menyebabkan manusia memandang jelek padaku.” Maka malaikat membersihkannya lalu hilanglah penyakit itu serta diberikan rambut yang baik.

Malaikat bertanya lagi, “Harta apakah yang paling Engkau sukai?” Ia menjawab, “Sapi,''. Maka ia diberikan sapi yang sedang bunting serta mendoakannya pula.

Kemudian malaikat datang ke orang buta, “Apakah yang paling engkau sukai?”

Ia menjawab, “Aku ingin Allah mengembalikan penglihatanku semoga aku dapat melihat manusia. Malaikat meyapu matanya dan Allah mengembalikan penglihatannya.

“Harta apakah yang paling kamu sukai?” tanya malaikat. Jawab si buta, “Kambing biri-biri,” Maka dia diberikan seekor biri-biri yang telah melahirkan anak lalu mendoakan si buta agar selalu mendapat barakah Allah Swt.

Maka, kedua lelaki (berpenyakit kusta dan rambut rontok) mengurusi kelahiran unta dan sapi begitu juga dengan lelaki buta. Setelah sekian lama, lelaki yang berpenyakit kusta telah memiliki satu lembah berisi unta, sedang lelaki berambut rontok telah memiliki lembah berisi sapi dan lelaki buta telah memiliki satu lembah berisi kambing biri-biri.

Selang beberapa waktu, malaikat kembali mendatangi lelaki yang berpenyakit kusta dengan menjelma sebagaimana keadaan lelaki sebelumnya (berpenyakit kusta).

Ia mengadu kepada lelaki tersebut, “Aku seorang lelaki miskin yang telah kehabisan bekal sewaktu aku bermusafir. Aku tidak mempunyai tempat untuk mengadu pada hari ini selain pada Allah dan pada Engkau. Aku memohon padamu demi yang telah memberikan padamu warna serta kulit yang baik juga harta seekor unta yang dapat membantuku meneruskan perjalananku.

''Aku mempunyai banyak tanggungan,'' jawab mantan penyandang kustal.

Malaikat menjawab, ''Aku rasa aku mengenalimu. Bukankah dulu kau berpenyakit kusta dan manusia memandang jelek kepadamu? Bukankah dulu kau orang fakir lalu Allah megaruniakan harta kepadamu ?''

''Aku mewarisi harta ini dari orangtuaku,'' jawab lelaki.

Malaikat menjawab, ''Sekiranya kamu berdusta, Allah akan menjadikanmu seperti keadaanmu sebelum ini.''

Malaikat pun mendatangi si rambut rontok serta melakukan hal yang sama, menjelma menyerupai keadaan seperti sebelum si lelaki kaya raya. Jawaban si rambut rontok pun senada. Ia enggan memberikan sebagian hartanya pada malaikat yang menjelma tersebut. Malaikat pun mendoakan agar Allah mengembalikan keadaannya seperti semula.

Terakhir, malaikat mendatangi si buta. Lalu mengadu,''Aku seorang lelaki pengembara yang miskin. Aku telah kehilangan kendaraan sewaktu aku mushafir. Maka aku tidak mempunyai tempat untuk mengadu melainkan kepada Allah dan engkau. Aku memohon darimu demi Yang telah mengembalikan penglihatanmu seekor kambing biri-biri yang bisa meneruskan perjalananku.''

Lelaki tersebut menjawab, ''Aku sebelum ini adalah lelaki buta. Allah telah mengembalikan penglihatanku. Oleh karena itu, ambilah apa yang engkau mau dan tinggalkan apa yang tidak engkau mau. Demi Allah, aku tidak akan mencegah dan mengungkit kembali pemberianku padamu untuk kau ambil karena Allah.

''Jagalah hartamu. Seseungguhnya kamu telah diuji oleh Allah. Allah telah meridhaimu dan membenci dua orang sahabatmu,'' jawab malaikat. Wallahu a'lam bishawwab.


http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/12/27/lwu0ap-pelajaran-dari-kisah-tiga-orang-bani-israel

Selasa, 27 Desember 2011

Berbangga Menjadi Diri Sendiri



BUDAYA tiru-miniru sepertinya telah menjadi tren hidup masa kini. tidak sedikit orang yang tidak percaya diri dengan identitas mereka sendiri. Padahal ada pepatah mengatakan, “Menjadi kepala ikan teri itu jauh lebih baik, ketimbang menjadi ekor ikan hiu.”

Sebesar apa pun ikan hiu, manakala kita harus menjadi ekor, berarti kita harus mem’beo’ akan apa saja yang dilakukan oleh si-ikan hiu tersebut. Sebaliknya, ketika kita menjadi kepala ikan teri, maka kita lah yang akan menentuka arah perjalanan hidup kita sendiri. Kita akan memilih dan memilah jalan hidup tanpa harus dihantui perasaan minder atau sebagainya terhadap apa yang datang dari luar.

Sayangnya pesona besarnya ikan hiu, ternyata lebih menggiurkan sebagian masyarakat nigeri ini. Akibatnya, mereka selalu meniru apa saja yang datang dari luar diri mereka, tanpa harus berfikir panjang untuk menyaring terlebih dahulu, antara yang pantas ditiru dan yang ditinggalkan atau antara perkara primer dan skunder.

Kasus merebaknya gaya hidup hidonisme adalah buah yang harus kita terima saat ini karena mala-praktek gaya hidup yang kita terapkan. Bahkan terkait masalah ini, ada satu kejadian nyata yang sangat mengiris hati.

Betapa tidak? demi memiliki handphone Blackberry, seorang perempuan dengan ‘rela’ menjual harga dirinya. Kisah ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Dicky Candra, ketika dia menjadi salah satu juri dalam salah satu acara di stasiun TV sewasta. Na’udzubillah min dzalik.

Sikap membeo ini melahirkan fenomena inferior banyak orang. Kedatangan atlit bola LA Galaxy baru-baru ini sebuah contoh tragedi. Banyak gadis-gadis berjejal karcis bukan untuk melihat permainan bola. Tapi hanya ingin melihat wajah si bintang. “Habis cakep sih, “ ujar mereka. Pujian dan histeria dengan sesuatu berbau ''bule". Sampai-sampai ada artis bangga meminta diri tanda-tangan di dadanya. Dia juga bangga dikecup sang atlit yang bukan muhrimnya. Sungguh memilukan!

Nah, yang lebih membahayakan lagi, virus ini ternyata tidak hanya digandrongi oleh anak-anak muda semisal kasus di atas. Namun virus “membeo” ini juga telah menyerang para intelektual negeri ini, khususnya intelektual Muslim.

Berbahaya !!

Budaya meniru buta, atau dalam bahasa Arab disebut ‘Taqlidu Al-‘Amaa’, sejatinya sangat berbahaya bagi kita. Apa lagi kalau hal tersebut menyentuh wilayah keimanan. Bukan hanya di dunia kita merugi, namun di akhirat kita pun mendapatkan hal serupa.

Orang yang suka meniru-niru orang lain adalah cerminan orang yang tidak memiliki kepribadian tinggi. Dia mudah silau dengan apa yang dia temukan dari luar dirinya. Dia akan selalu terombang-ambing. Setiap muncul mode terbaru, maka setiap kali itu pula gaya hidupnya berubah. Tidak ada konsistensi dalam dirinya.

Tentu lah pribadi macam ini akan sulit menggapai kesuksesan. Sebab, salah satu rumus kesuksesan seseorang, dia harus menjaga kekonsistensiannya di dalam melakukan segala hal. Dalam istilah agama disebut dengan Istiqomah.

Nabi sendiri telah menegaskan dengan keras, agar kaum muslimin terhindar dari kebiasaan macam ini. Tidak tanggung-tanggung, melalui sabdanya, beliau mengecam umat Islam yang memiliki pola hidup macam ini, dan menetapkan mereka sebagai bagian dari kaum yang mereka ikuti.

“Man tasyabbaha biqaumin fahuwa minhu.” (Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut). Demikian lah penegasan Rosulullah.

Selain itu, menetapkan diri sebagai objek penjajahan adalah beban lain yang harus ditanggung oleh orang yang ‘doyan’ tiru-meniru ini. Penjajahan terjadi dikarenakan dia tidak bebas mengekspresikan kepribadiannya. Dia selalu khawatir, takut, galau kalau-kalau dia akan dihina, dicemooh dikarenakan tidak mengikuti tren yang tengah berkembang. Ketakutan macam ini lah yang menyebabkan dia menjadi santapan empuk penjajahan dalam versi lain.

Anak-anak remaja kita malu jika tidak memiki pacar. Dia resah dengan gelar “jomblo”. Seolah-olah sebutan itu adalah aib dan mencemarkan nama baik keluarga. Padahal, identitas-identitas itu hanya tiruan dan turunan dari budaya pop Barat untuk menanamkan gaya hidup bebas.

Selanjutnya, sudah tentu mereka yang mengalami hal ini tidak akan merasakan kesenangan, ketenangan, kenyamanan, kebebasan sejati, sebab kepuasan yang mereka rasakan hanya bersumber dari hawa nafsu yang menguasai mereka. Padahal, kepuasaan sejati itu ada di hati.

Kita mengaku Muslim, tetapi tidak tahu sumber-sumber ilmu pengetahuan asli dari kandungan al-Quran. Kita bangga berbahasa Inggris, tetapi membaca Kitab Suci saja hanya terjemahan.

Ada sebuah cerita menarik yang terdapat dalam kitab “Qiraa’atu Al-Rasyidah”. Ceritanya, terdapat lah dua ekor keledai yang tengah melakukan perjalanan. Satu di antara keduanya membawa garam, dan satu yang lain membawa karang.

Singkat cerita, di pertengahan jalan keduanya menjumpai telaga. Karena merasa haus, si-keledai yang memikul garam langsung masuk ke telaga guna minum. Dan ternyata bersamaan dengan itu, garam yang berada di punggungnya sedikit demi sedikit mencair, sehingga semakin ringan lah beban yang ia pikul.

Menyaksikan fenomena tersebut, si-keledai yang membwa karang tanpa pikir panjang juga langsung menyebur pula ke dalam telaga. Harapannya tentu untuk menghilangkan rasa haus yang tengah mengerogotinya, dan meringankan beban yang sedang yang dipikulnya.

Namun apa yang terjadi kemudian? Bukannya tambah ringan, namun tambah beratlah bebannya tersebut, sebab karang yang dia bawa bukannya mencair, tapi justru penuh terisi air.

Semoga kisah unik ini menjadi inspirator kita untuk menjadi diri sendiri. Lalu apa kiatnya untuk menuju ke sana?

Kuncinya Syukur

Islam tidak pernah melarang penganutnya untuk bersikap anti-pati terhadap perubahan zaman. Namun untuk keselamatan, kita perlu melakukan proses adapsi yang artinya berusaha memilih dan memilah antara yang sesuai dengan syari’at dan yang menyalahinya. Yang sejalan boleh kita ambil. Namun terhadap yang menyeleweng, kita harus berani mengatakan “NO’. Sekali pun hal tersebut sangat menarik perhatian.

Demikian pula yang telah dilakukan oleh para ulama terdahulu dalam mengkaji penemuan-peenemuan ilmuan Yunani kuno. Sehingga mereka tidak pernah tersesat dikarena mendalami/menyelami peradaban Barat tersebut. Istilahnya, para ulama belajar ilmu Barat, namun mereka tak harus menjadi Barat atau kebarat-baratan.

Kemudian, kata syukur menjadi kata kunci untuk menjadi diri sendiri. Kita memang banyak kekurangan, tapi jangan sampai kekurangan tersebut menjadikan kita minder dalam menatap kehidupan. Syukuri segala apa yang ada di tanggan kita dan berusaha memaksimalkannya untuk menghasilkkan sesuatu yang terbaik.

Khususnya bagi kaum muslimin, cukup lah kita bangga dengan Islam, sebab Islam sendiri telah menduduki posisi kemuliaan. jangan pernah kita silau dengan apa yang datang dari luar, karena baik bagi orang lain, belum tentu bagi kita, lebih-lebih ditinjau dari sisi syari’atnya.

Suatu ketika Salman Al-Farisi radhiyallahu anhu ditanya, ”Keturunan siapa Kamu ?” Salman yang membanggakan keislamannya, tidak mengatakan dirinya keturunan Persia, tapi ia mengatakan dengan lantang, ”Saya putera Islam.” inilah sebabnya Rasulullah saw mendeklarasikan bahwa, ”Salman adalah bagian dari keluarga kami, bagian dari keluarga Muhammad saw.”

Dengan kata lain, saatnya kita semua berkata, “Isyhadu bi ana muslimun.”(saksikanlah, aku adalah seorang muslim).

Di antara cara syukur kita sebagai seorang Muslim adalah menunjukkan identitas kemusliman kita, nilai-nilai kita dan gaya hidup kita yang berbeda dengan gaya hidup yang lain.*

oleh: Khairul Hibri, anggota Asosiasi Penulis Islam (API) Indonesia
http://hidayatullah.com/read/20049/05/12/2011/berbangga-menjadi-diri-sendiri.html

Ingin Bahagia? Rawatlah Selalu Hatimu !



Men sana incorporesano, “Dalam TUBUH yg sehat terdapat JIWA yg sehat” Jargon ini tidak selamanya benar. Buktinya sederhana, pelaku perampokan tidak ada yg cacat fisik. Malahan tubuh mereka bisa dikatakan besar bahkan mungkin kekar. Para koruptor. Umumnya mereka terdidik, mengerti sopan santun, pandai membuat regulasi. Namun kelakuannya berbeda 180 derajat antara penampilan fisik dgn kondisi hatinya. Mereka suka mengambil hak orang lain, mengabaikan amanah, bahkan terbiasa bersilat lidah (berdusta) dan ujungnya tetap saja MENCURI.

***********************


UMUMNYA orang beranggapan bahwa seseorang disebut sakit apabila ada gangguan pada fisiknya. Seperti sakit perut, sakit gigi, sakit jantung, kanker, atau bahkan stroke. Namun demikian sebenarnya ada juga sakit lain yang lebih besar dampaknya, tetapi jarang diperhatikan dan dipedulikan, yaitu “sakit hati” (yang berurusan dengan keimanan).

Kalau sakit fisik (maridh) seringkali disebabkan oleh faktor makanan, pola makan, dan gaya hidup tidak sehat. Akan tetapi jika “sakit hati” ini lebih dikarenakan kurangnya nutrisi iman, ilmu, dan suplemen dzikir pada diri seorang manusia.
Jika iman seseorang lemah, spirit berilmunya juga tidak ditingkatkan, plus ibadahnya kepada Allah juga awut-awutan, maka bisa dipastikan dia akan menjadi manusia yang jahil. Entah suka menggunjing saudaranya, banyak berbicara yang kurang bermanfaat, atau mungkin sampai pada tingkat suka menebar fitnah, bahkan suka mengambil hak orang lain secara dholim, naudzubillahi min dzalik.

Islam sangat mengutamakan kesehatan (lahir dan batin) dan menempatkannya sebagai kenikmatan kedua setelah Iman.
Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Mohonllah kepada Allah pngampunan, kesehatan dan keyakinan di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah tidak memberikan kepada seseorang setelah keyakinan (Iman) yang lebih baik daripada kesehatan.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Abu BAkar, sahih sanadnya dari Ibnu Abbas)

“Sakit hati” bisa menimpa siapa saja. Ia tak kenal usia, gender, suku, keturunan, dan apapun juga, termasuk atribut sosial. Entah camat, bupati, gubernur, menteri bahkan presiden. Semua berpeluang terkena yang dampaknya sangat serius bagi kelangsungan kehidupan ummat manusia.

Uniknya, “sakit hati” hampir tidak mempengaruhi fisik manusia. Orang yang “sakit hati”nya tidak akan pernah mengeluh kesakitan bahwa hatinya sedang sakit. Berbeda dengan sakit fisik, ia akan mudah terdeteksi dan disadari dengan segera oleh sang penderita.

Maka dari itu jargon yang pernah mengatakan, “Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat” (men sana incorporesano) tidak selamanya benar. Buktinya sederhana, pelaku perampokan tidak ada yang cacat fisik. Malahan tubuh mereka bisa dikatakan besar bahkan mungkin kekar.

Jargon di atas lebih tidak terbukti lagi jika melihat gaya sebagian besar selebritis wanita yang cantik, namun suka memamerkan aurat, cipika-cipiki dengan lawan jenis di depan kamera. Jika orangtua kita dulu melihat perilaku tersebut mereka pasti akan mengatakan tindakan tersebut sangat tidak baik. Namun hari ini, semua itu justru harus dilakukan, dengan mengatasnamakan profesionalisme. Oleh karena itu, sebagian dari mereka melakukan tindakan yang tidak dibenarkan dalam Islam itu dengan penuh kebanggaan, dan tanpa penyesalan sedikitpun.

Demikian pula halnya dengan para koruptor. Umumnya mereka terdidik, mengerti sopan santun, pandai membuat regulasi. Baju dan pakaian yang mereka kenakan selain bajunya bagus-bagus juga rapi. Namun berbeda seratus delapan puluh derajat antara penampilan fisik dengan kondisi hatinya. Mereka suka mengambil hak orang lain, mengabaikan amanah, bahkan terbiasa bersilat lidah (berdusta) dan ujungnya tetap saja “mencuri”.
Banyak dari kita hanya memperhatikan aspek jasmani (fisik) tetapi lalai terhadap urusan “hati” (ruhaninya). Untuk urusan fisik, seseorang rela mengeluarkan kocek ratusan juta. Bahkan jika perlu melakukan ceck kesehatan ke luar negeri. Ironisnya jarang di antara mereka yang sengaja menjadwalkan diri untuk menuntut ilmu, mendekatkan diri kepada Allah atau bermuhasabah untuk kebaikan “hati’nya.

Indikasi “Sakit Hati”

Indikasi terkuat seseorang terjangkit penyakit “hati” ialah, seringnya melakukan dosa dan ia tidak peduli dengan dosa yang diperbuatnya. Apalagi ia merasa rizki yang Allah berikan kepadanya juga terbilang cukup bahkan lebih. Apabila kita menemukan situasi seperti ini maka waspadalah!

Sebab rasulullah saw pernah bersabda, “Apabila engkau melihat seorang hamba masih mendapatkan karunia dunia dari Allah sesuka hatinya, sementara ia masih gemar melakukan maksiat, sesungguhnya karunia itu tidak lain adalah istidraj. Kemudian rasulullah saw membaca QS. Al-An’am: 44.” (HR. Ahmad).

Secara umum istidraj adalah anugerah yang masih dan terus Allah berikan kepada manusia yang suka bermaksiat kepada-Nya. Jadi jangan salah kaprah, kenapa orang yang berdosa justru kaya? Itu semua tidak berarti Allah menyayangi orang tersebut. Sebaliknya, Allah sengaja memberikan apa yang diinginkan agar jelas statusnya kelak sebagai orang yang menghadap kepada-Nya dengan penuh dosa.

Allah berfirman;
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka. Sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa dengan sekonyong-konyong, maka seketika itu mareka terdiam berputus asa. Maka orang-orang zhalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. al-An’am: 44-45).

Orang yang istidraj akan menganggap berbuat dosa itu nikmat. Ia akan sadar akan kekeliruannya manakala rumah tangganya telah hancur berantakan, dijauhi oleh teman-teman dekatnya, banyak tertimpa musibah dan kesulitan, atau mengalami kebangkrutan yang menyeretnya tenggelam dalam gelombang depresi yang luar biasa hebat, dan akhirnya, bagi yang gagal kembali kepada jalan yang benar, akan berakhir pada kehilangan akal sehat (gila).

Merawat Hati

Jadi, mari kita bersama-sama berupaya untuk senantiasa melakukan check-up terhadap “hati” kita. Apakah “hati” ini sudah sangat gemar membaca al-Qur’an atau malah suka mengolok-olok teman. Apakah “hati” kita sudah cinta kepada kebaikan atau malah cenderung berbuat keburukan.

Agar “hati” kita tetap sehat, kita harus selalu menjaga dan merawatnya dengan memperbanyak dzikir, membaca al-Qur’an, senantiasa berusaha mencintai ilmu, dan berhati-hati dalam berucap dan bertindak.
Sebab jika tidak maka kita akan mengalami kerugian besar. Rasulullah saw telah memberikan satu isyarat penting bahwa kita harus merawat “hati”. Beliau bersabda, “Dalam diri setiap manusia terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh amalnya, dan apabila ia itu rusak maka rusak pula seluruh perbuatannya. Gumpalan daging itu adalah hati.” (HR Imam Al-Bukhari).

Agar “hati” baik, maka mengingat Allah adalah solusinya. Sebagaimana firman-Nya, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. 13: 28).

Ibarat tumbuhan, untuk hidup, tubuh butuh nutrisi. Nutrisi "hati" adalah banyak-banyak berdzikir dan menyebut Allah. Baik saat shalat atau tidak. Juga bertafakkur, berpuasa dan melakukan amalan-alaman kebaikan lain.
Mengapa berdzikir? karena dzikrullah (memperbanyak mengingat Allah), adalah ibadah agung yang bisa dilakukan di manapun, dalam keadaan apapun.
Oleh karena itu, marilah menjaga dan menata "hati", bisa kita jadikan sebagai prioritas penting dalam hidup ini.

Jika “hati” yang sehat itu menempel pada orang yang kaya, ia akan menjadi orang yang merelakan hartanya untuk agama, untuk Allah dan Rasul-Nya. Seperti Sayyidah Khadijah, Rasulullah saw, Utsman bin Affan, dan Abdurrahman bin Auf. Mereka terjaga dari sifat sombong, sum’ah, ujub seperti Fir’aun, Qarun, dan Haman.

Apabila “hati” yang sehat itu ada pada orang yang miskin dan penuh kekurangan, maka hasil-nya ia akan menjadi orang yang qana’ah, sabar serta penuh kesyukuran. Singkat kata, apapun yang terjadi, jika “hati” kita sehat niscaya kita akan bahagia. Sebab “hati” yang sehat adalah “hati” yang selalu ingat kepada-Nya.Wallahu a’lam.


Iman Nawawi
http://hidayatullah.com/read/20109/08/12/2011/ingin-bahagia?-rawatlah-selalu-hatimu!.html

Mewaspadai Bahaya Berhutang!


Di zaman kredit yang relatif murah dan mudah sekarang ini, siapa yang tidak punya hutang? Beli motor, hutang. Beli rumah, hutang. Beli komputer, hutang. Sebagian ibu rumah tangga juga gemar memenuhi rumahnya dengan perabotan yang dibeli secara berhutang, mulai dari kulkas, televisi, VCD player, dipan, almari, sampai panci dan alat penggorengan. Bahkan, ada juga yang naik haji dengan – difasilitasi oleh – hutang!

Lalu, apakah berhutang itu tercela dan dilarang? Bukan begitu. Hutang samasekali tidak dilarang. Bahkan, ayat terpanjang dalam Al-Qur’an justru membicarakan masalah hutang. Silakan periksa surah al-Baqarah: 282.

Secara terinci sekali Allah membimbing kita bagaimana caranya mengelola transaksi hutang-piutang ini, nyaris sama dengan cara Allah mengajari kita bagaimana membagi harta warisan. Berbagai kemungkinan diantisipasi di dalamnya, mulai dari pencatatan, persaksian, saksi cadangan, jaminan, wali, dan lain sebagainya. Sepertinya, di dunia ini tidak ada Kitab Suci yang membicarakan hutang-piutang dan transaksi keuangan, serta mendudukkannya pada posisi yang tidak kalah pentingnya dengan masalah-masalah spiritual, selain Al-Qur’an. Akan tetapi, yang hendak kita waspadai adalah penyakit-penyakit yang kerapkali muncul akibat berhutang itu.

Karena pentingnya urusan hutang ini dengan aherat, maka Rasulullah saw bersabda, “Jika engkau terbunuh di jalan Allah dalam kondisi bersabar mengharap ridha Allah dan maju tak gentar tidak mundur, maka Allah akan menebus kesalahan-kesalahanmu KECUALI HUTANG. Begitulah yang dikatakan Jibril kepadaku barusan.” [HR Abu Dawud].

Jadi, urusan hutang ini adalah urusan akherat. Sebab gara-gara hutang belum terselesaikan, semua amalan-amalan kita bisa lenyap.

Masalahnya, banyak kaum Muslim saat ini terjerat dengan sistem ribawi. Di mana mereka dibuat bangga menjadi penghutang. Salah satu contohnya adalah pengguna kartu kredit. Bagaimana orang dibuat bangga menjadi “penghutang” dan boros. Kasus terakhir adalah pembunuhan terhadap Nasabah Citibank yang tewas setelah dihajar debt collector akibat tunggakan hutang.

Betapa jauh serta mendalamnya pandangan Nabi terhadap persoalan ini. Jelas sudah, bukan berhutangnya yang dilarang. Tetapi, beliau meminta kita berhati-hati terhadap hutang karena ia potensial memicu dua kesalahan besar, yaitu: berbohong dan ingkar janji.

Mari kita amati. Ketika seseorang terhimpit hutang dan tidak sanggup melunasinya, sangat mungkin ia berbohong dan ingkar janji. Betapa beratnya untuk secara jujur dan gentle mengakui tidak mampu serta meminta keringanan. Adakalanya karena malu, gengsi, sungkan, atau niat-niat yang tidak baik.

Misalnya, ketika tagihan datang, bisa saja ia justru berdusta dengan mengatakan bahwa sebenarnya punya uang sekian-sekian tapi masih dibawa si fulan, atau punya aset begini-begitu dan sekarang dalam proses penjualan. Padahal, sebenarnya tidak ada samasekali. Atau, ia berjanji pada tanggal sekian akan segera membayar, namun kemudian mengingkarinya.

Maka, Rasulullah pun mengajari kita untuk memohon perlindungan kepada Allah dari berhutang ini, sebab beliau khawatir kita akan berbohong dan mengingkari janji. Mengapa keduanya sangat berbahaya?

Sebuah hadits lain akan menjelaskan letak masalahnya. Nabi bersabda, “Ada empat sifat, siapa saja yang keempatnya ada dalam dirinya, maka dia adalah seorang munafik sejati. Tetapi, siapa saja yang dalam dirinya terdapat salah satu darinya, maka di dalam dirinya terdapat salah satu sifat munafik sampai ia meninggalkannya. Yaitu: jika dipercaya ia khianat, jika berbicara ia bohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika berdebat/bersengketa dia akan curang/zhalim.” (Riwayat Bukhari dan Muslim, dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin ‘Ash).

Jadi, adakalanya berhutang akan menjerumuskan kita ke dalam kemunafikan tanpa sadar. Jika saja seseorang banyak berhutang, lalu dalam transaksi-transaksi ini dia sering berbohong atau mengingkari janjinya, bisa dipastikan ia tengah mendidik dirinya sendiri untuk menjadi munafik. Pelan-pelan, ia akan terjerat jaring-jaring kemunafikan, hingga suatu saat sudah tak bisa lepas lagi. Seluruh bagian dirinya dipenuhi kebohongan, kepalsuan, tidak bisa dipercaya, pendeknya: tipuan. Dan, inilah hakikat munafik itu sendiri: menampakkan iman tetapi menyimpan kekufuran. Na’udzu billah.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an;

“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya. Di dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah semakin memperparah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Qs. al-Baqarah: 8-10).

Dengan kata lain, ketika beliau mengajari kita untuk “berlindung dari himpitan hutang”, beliau sebenarnya sangat khawatir jika kita terjangkiti penyakit nifaq. Beliau tidak melarang berhutang, karena hutang-piutang adalah bagian dari interaksi normal dalam kehidupan, dan di dalamnya pun terkandung sikap tolong-menolong yang dianjurkan Islam.

Hanya saja, jika kita harus berhutang, beliau meminta kita untuk sangat berhati-hati, yakni jangan sampai terjatuh dalam kebiasaan berbohong dan ingkar janji; yang merupakan bagian dari kemunafikan. Sebab, ancaman Allah sangatlah berat kepada sifat yang satu ini.

Allah berfirman;

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” (Qs. an-Nisa’: 145).

Maka, mohonlah pertolongan Allah, dan berhati-hatilah! Semoga kita tidak terjangkiti penyakit gemar berbohong dan ingkar janji gara-gara hutang.

Diceritakan oleh ummul mu’minin ‘Aisyah, bahwa Rasulullah pernah berdoa dalam shalatnya, agar terlindung dari himpitan hutang.

“Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur. Aku berlindung kepada-Mu dari fitnah al-Masih Dajjal. Aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian. Dan, aku berlindung kepada-Mu dari pemicu dosa dan himpitan hutang.” Lalu, ada seseorang yang berkata kepada beliau, “Betapa seringnya Anda memohon perlindungan dari hutang, wahai Rasulullah.” Beliau menanggapi, “Sungguh seseorang itu, bila terhimpit hutang, ia berbicara lalu bohong, dan berjanji lalu ingkar.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Mudah-mudahan kita terhindang dari himpitan hutang, berbohong serta inkar janji/ Amin. Wallahu a’lam.

/M. Alimin Mukhtar
http://hidayatullah.com/read/20203/13/12/2011/mewaspadai-bahaya-berhutang!.html

Senin, 26 Desember 2011

Kesungguhan dan Harga Surga


Ketika membaca sejarah, kita akan mendapati catatan perjalanan orang-orang besar yang luar biasa. Merekalah orang-orang yang telah mengukir kisah hidup mereka dengan kesungguhan menempa diri, perjuangan mempertahankan prinsip dan kegigihan merealisir cita-cita. Merekalah pribadi-pribadi yang tak mengenal lelah. Tak ada istilah menyerah dalam kamus mereka. Tak peduli seberapa banyak keringat yang menetes, air mata yang mengalir atau bahkan darah yang tertumpah.

Hati ini pasti tersentak ketika membaca kehidupan mereka. Bagaimana tidak, sementara detik terus berdetak, hari terus berlari, waktu berlalu menorehkan catatan-catatan keberhasilan mereka melewati sederetan aral melintang yang menghadang. Setiap derap langkah dan desah nafas selalu terisi dengan kesabaran, keteguhan dan jiddiyah (kesungguhan), bukan bersantai-santai, berleha-leha dan bertopang dagu sambil berangan-angan.

Tidak. Sekali-kali tidak. Sejarah tak pernah lelah mencatat semua kisah kehidupan manusia. Semuanya terekam dengan jelas dan detil. Siapa membaca akan mendapatkan pelajaran. Siapa acuh tak acuh akan terjatuh pada lubang yang sama.

Orang yang cerdas tentu takkan mau terperosok pada lubang yang sama. Orang yang sadar akan mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang terjadi. Bagaimanakah nasib akhir para pejuang tangguh yang dengan gigih tanpa menyerah mempertahankan prinsip-prinsipnya? Bagaimanakah pula nasib para pecundang yang dengan mudah bertekuk lutut hanya dengan secuil rintangan?

Ya, semua itu sudah jelas jawabannya. Mereka yang bersungguh-sungguh akan memanen hasil kesungguhannya di kemudian hari. Demikian pula mereka yang bermalas-malasan akan menanggung sendiri akibat kemalasannya.

Marilah kita buka kembali catatan biografi orang-orang besar yang pernah hadir dalam pentas sejarah. Perhatikanlah hal-hal luar biasa yang pernah mereka hadapi. Bagaimana seorang Imam Ahmad bin Hanbal harus rela kulitnya terkelupas karena cambukan para sipir di penjara tirani demi mempertahankan akidahnya untuk tidak mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah makhluk. Sebelumnya, Yasir dan Sumayyah, sepasang suami istri yang telah melahirkan Ammar, harus rela darahnya tertumpah di tanah, bahkan Sumayyah harus rela kemaluannya terhujam tombak, demi mendapatkan janji Nabi SAW:

"Bersabarlah wahai keluarga Yasir, karena tempat tinggal kalian adalah di surga"

Demikian pula Bilal yang harus tegar bertahan di atas siksaan tidak manusiawi yang ditimpakan atas dirinya oleh gembong kaum musyrikin Makkah saat itu, Umayyah bin Khalaf. Atau Mush'ab bin Umair, seorang pemuda rupawan yang dilahirkan di kalangan elit kota Makkah, namun rela menutup matanya untuk selamanya dengan satu kisah memilukan. Ia hanya dikafani dengan satu burdah. Jika ditutup kepalanya maka tampaklah kakinya, jika ditutup kakinya, tampaklah kepalanya. Semua itu ia lakukan demi memperjuangkan agama Allah.

Bahkan Rasulullah SAW sendiri, sang pembawa risalah amanat dari Rabb semesta alam, sang pionir perjuangan, harus merelakan tubuh beliau berlumur darah dalam berbagai peperangan yang beliau pimpin, atau gigi beliau yang patah karena lemparan batu penduduk Thaif ketika beliau berhijrah ke sana. Subhanallah.

Masih banyak lagi peristiwa-peristiwa heroik yang memenuhi lembaran sejarah orang-orang besar. Kini, berkat kegigihan mempertahankan prinsip dan kesungguhan dalam menghadapi setiap cobaan dan mara bahaya yang mengancam, nama-nama mereka senantiasa harum dikenang dalam sejarah. Nama mereka telah tercatat dengan tinta emas dan akan terus dikenang hingga akhir masa.

Kita tentu menyadari bahwa setiap orang akan dibalas sesuai dengan kadar kesungguhannya. Seorang pemalas tentu tak layak protes ketika mendapatkan nilai yang buruk dalam ujian atau tidak naik kelas, misalnya. Demikian pula seseorang yang rajin pasti merasakan betapa nikmatnya melihat hasil ujiannya meskipun nilai yang didapat belum memenuhi harapan. Karena semua itu berkat kerja keras dan lelehan keringat serta semangat yang gigih yang telah ia jalani. Kini ia dapat tersenyum menikmati hasil keringatnya.

Demikian pula perjalanan hidup ini. Kita tak berhak protes kepada Sang Pencipta jika di akhirat nanti mendapatkan jatah surga kelas rendahan, karena itulah hasil ujian kita selama di dunia. Seseorang yang hanya berkorban keringat akan dibalas dengan harga keringat. Seseorang yang berkorban air mata juga akan dibalas dengan harga yang sesuai. Lalu tidakkah kita tergoda untuk mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, keringat, air mata, darah bahkan nyawa kita sekaligus?

Ternyata harga surga sangat mahal, kawan. Kita harus memiliki dana yang cukup untuk membelinya. Surga tidak diberikan secara gratis. Harus ada transaksi jual beli. Harus ada harga yang sesuai. Harus ada pengorbanan.

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At Taubah: 111)

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al Baqarah: 214)

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar. (QS. Ali Imran: 142)

Marilah kita mulai dari sekarang untuk memperbaiki diri. Mari kita kembali berkaca. Sejauh manakah kesungguhan kita selama ini. Seberapa besarkah pengorbanan yang telah kita sumbangkan untuk tegaknya agama ini di muka bumi. Seberapa banyakkah dana yang kita miliki untuk membeli surga nanti di akhirat. Tentu, setiap kita mengharapkan jannatul firdausil a'la, surga Firdaus yang tertinggi. Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan hanya untuk orang-orang yang bertakwa.

Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk menjadi para pembela agama-Nya. Semoga Allah mengaruniakan kita kesabaran untuk menapaki hidup ini dengan ridho-Nya. Semoga Allah mengumpulkan kita di akhirat nanti bersama hamba-hamba-Nya yang Dia cintai. Bersama para Nabi, Shiddiqin, Syuhada dan Shalihin.

Allahumma Amin, Ya Rabbal Alamin.

http://isykarima.forumotion.com/t22-kesungguhan-dan-harga-surga


***************


Kesungguhan,

Kesungguhan, akan memberikan kepada kita sebuah hasil yang luar biasa menakjubkan seperti yang diungkapkan dalam pepatah arab “man jadda wajada” barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan akan mendapatkannya. Dengan kesungguhan, seperti yang Allah firmankan “Sungguh Allah, tidak akan mengubah keadaan suatu kaum tanpa adanya kesungguhan dari kaum tersebut untuk mengubah keadaannya sendiri” (QS Ar Rad : 11 ).

Kesungguhan,

Kesungguhan telah membawa diri kita dalam pengalaman batin yang luar biasa. Dengan kesungguhan kita mampu mengerjakan banyak hal yang bisa kita jangkau. Kita terkenal dengan kemampuan kita untuk berbuat sesuatu yang baik. Kita bayangkan apa yang akan terjadi seandainya kita tidak mampu berbuat sesuatu tanpa maksud apa pun. Yang kita kerjakan adalah mendidik diri kita untuk mampu mengerjakan hal-hal lain di luar jangkauan kita.

Kesungguhan,

Kesungguhan telah memberikan kita kesempatan untuk mampu menerapkan pengetahuan kita pada banyak hal yang kita ketahui. Yang terpenting adalah membangun kesempatan untuk mampu memberikan kita manfaat yang lebih yang mampu kita kerjakan. Kita sanggup untuk mampu melihat kenyataan bahwa kita sanggup berjuang lebih banyak dari pekerjaan yang telah kita kerjakan. Kita sanggup untuk membina hubungan yang kurang baik menjadi hubungan yang semakin baik.

Kesungguhan,

Kesunguhan kita dalam bekerja dan berusaha telah menjadikan kita mampu meraih hal-hal lain yang bisa kita jangkau. Kita sanggup untuk berbuat sesuatu yang melebihi kemampuan kita. Yang kita butuhkan adalah tanggung jawab untuk membangun bangunan jiwa yang utuh dan tumbuh dengan baik. Kita membutuhkan keberanian untuk melangkah lebih maju. Yang kita tuntut adalah pengalaman jiwa yang utuh dan berkembang.

Kesungguhan,

Hanya dengan kesungguhan inilah peradaban ini dibangun. Hanya dengan kesungguhan inilah pekerjaan kita dibuat. Hanya dengan kesungguhan harapan keberhasilan pantas untuk kita harapkan. Yang menarik adalah adanya kemampuan untuk membangun hubungan yang baik untuk kita selesaikan. Kita pantas untuk melihat hal-hal yang mampu kita kerjakan. Yang penting kita sanggup untuk berbuat yang lebih baik yang mampu kita kerjakan. Inilah yang sepatutnya kita kerjakan. Menulis, membaca, berdebat, berdiskusi, berdislog, presentasi, atau melakukan pekerjaan lain. Yang penting adanya kesungguhan.

Kesungguhan,

Kesungguhan telah memberikan kita kesempatan untuk mampu memperbaiki apa yang kita kerjakan. Yang menjadi kebingungan ketika segala kesempatan hilang tidak diketahui kemana perginya. Yang perlu kita kerjakan adalah membvangun kebersamaan dan kesungguhan. Kesunguhan akan menuntunmu ke arah jalan yang benar.

Kesungguhan,

Dengan kesungguhan kita bisa terhindar dari kegagalkan. Dengan kesungguhan kita harapkan banyak harapan untuk berhasil membuat perubahan atas pekerjaan yang kita lakukan. Yang terpenting untuk dikerjakan adalah mampu membawa perubahan demi perubahan. Yang penting ammpu mengarahkan jalan petunjuk manakah yang semestinya ditempuh.

Let's Say Love



Glenn Fredly feat. Endah n Rhesa & Sandy Sondoro


Kiprah penyanyi Sandy Sandhoro di permusikan tanah air kini diperhitungkan. Bagaimana tidak, berbagai prestasi di ajang bergengsi mancanegara berhasil diraih laki-laki berkacamata ini. Glenn Fredly pun tidak menyia-nyiakan aset berharga tersebut. Mantan suami Dewi Sandra itu malah mengajak duet dengan melantunkan lagu ciptaan bersama di malam MTV JV Hunt 2010 di Tennis Indoor Senayan, Sabtu (20/3/2011).

"Dia yang telepon ajak duet. Glenn ajak saya kolaborasi sekaligus ciptakan bareng di studionya. Juga Endah dan Rezha. Prosesnya nggak lama hanya sehari. Judulnya Lets Say Love," katanya.

Secara eksklusif, Sandy menambahkan jika berduet dengan Glenn merupakan salah satu impiannya. Sehingga dia tak menampik begitu ajakan tersebut datang."Saya respek sekali dengan dia. Glenn tulus. ...selanjutnya

Lebih SEHAT dengan Shadaqah




HIDUP adalah perjuangan yang harus ditempuh dengan liku-liku dan penuh problematika. Di antara problem hidupan yang banyak dihadapi manusia adalah musibah dan ujian. Termasuk ujian berupa datangnya penyakit.

Sedangkan Islam, adalah agama yang diturunkan sebagai rahmat bagi alam semesta. Islam datang memberikan solusi berbagai persoalan dan problem umat manusia. Rasulullah menerima Islam ini tidak dengan duduk bersimpuh, tetap beliau membawa missi ke dalam realitas kehidupan ke tengah-tengah kencah kehidupan manusia dengan 1001 macam persoalannya. Kehadiran Islam justru untuk memecahkan persoalan-persoalan hidup yang riil itu, dalam berbagai aspeknya.

Salah satu bentuk rahmat Islam adalah menuntun kepada kita untuk memancarkan rasa bahagia dalam kalbu sesama. Caranya dengan memberi, dalam bentuk apapun rupa pemberian itu.

Suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menegaskan pentingnya setiap orang untuk memberi shadaqah setiap hari.

"Tiadalah tiap-tiap jiwa keturunan Adam kecuali harus bershadaqah, setiap hari, di mana terbit padanya matahari," begitu kata Nabi. Mendengar sabda tersebut, seorang sahabat dari kalangan tak berpunya bertanya:"Ya Rasulullah! Darimana shadaqah yang harus kami keluarkan bagi kami-kami ini?" Rasulullah menjawab: "Sesunggunya pintu-pintu kebajikan sangat banyak. Kemudian beliau menyebutkan satu persatu: Mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil dengan khusyu' adalah shadaqah. Yakni shadaqah untuk ruhani. Diisi dengan kekuatan baru dengan taqarrub kepada Allah."

"Sesungguhnya ruhanimu memiliki hak atas dirimu. Agar senantiasa kita rawat dengan baik. Jangan dibiarkan lemah. Mengajak kepada yang baik, mencegah dari yang mungkar adalah shadaqah. Menyingkirkan sesuatu yang dapat menyakiti orang dari jalan, memperdengarkan orang yang tuli, sehingga ia terhindar dari bahaya, menuntun orang buta, memberi petunjuk kepada orang minta petunjuk mengenai keperluannya (adalah shadaqah)."

Pada penutub hadits Rasulullah bersabda, "Dan senyummu bila berhadapan dengan saudaramupun adalah shadaqah.!"

Dari dialog tersebut terlihat bahwa nilai dari satu pemberian tidaklah semata-mata ditentukan oleh besar kecilnya materi yang diberikan. Ada nilai lain yang lebih menentukan, yaitu nilai immaterial, nilai maknawi.

Allah swt berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) shadaqah dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepaa manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir itu." (QS. Al-Baqarah: 264)

Tidak selamanya shadaqah itu harus berupa uang, materi, senyuman dari muka yang jernih terhadap sesama manusia adalah bentuk pemberian yang tidak memerlukan harta.

Semua bentuk kebajikan terhadap sesama manusia dalam bentuk apapun yang dilakukan adalah shadaqah, karena bertolak dari sumber yang satu, yaitu kemanusiaan yang tulus.

Rasa kemanusiaan inilah yang menggerakkan seseorang untuk menyingkirkan duri dari jalan, menuntun orang buta, mendukung orang yang lemah, memberi senyum harapan kepada orang yang patah hati. Atau melompat ke dalam air bah untuk menolong orang, walau taruhannya adalah nyawanya sendiri. Rasa kemanusiaan ini ibarat lembar-lembar sutra yang saling menjalin individu-individu dalam ikatan ukhuwah (persaudaraan yang sesungguhnya).

Itulah fungsi shadaqah dalam kehidupan sosial. Bisa rasa solidaritas dibeli dengan harta yang banyak, buat sementara waktu. Akan tetapi apabila uang habis, kekayaan ludes, rasa solidaritas lenyap!

"Walaupun kamu membelanajakan semua (kekayaan) yang ada di bumi, niscaya tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah yang mempersatukan mereka." (QS. Al-Anfal: 63)

Definisi shadaqah yang diberikan oleh Rasulullah dalam dialog di atas, menegaskan bahwa nilai-nilai yang menentukan dalam kehidupan ini bukanlah semata-mata nilai material. Akan tetapi juga nilai ideal. Nilai-nilai kemanusiaan seperti rasa keadilan, persaudaraan dan silidaritas, kejujuran, martabat kemanusiaan (HAM).

Nilai-nilai kemanausiaan tersebut tidak kita temukan dalam kamus teknologi dan ekonomi modern. Ia berada di lingkungan lain, di lingkungan pandangan dan falsafah hidup; di bidang moral dan ideologi.

Selain dapat berdampak ekonomi dan sosial, shadaqah juga bisa berdampak fisik Salah satu faedah lain dari ber-shadaqah disebutkan oleh Rasulullah Muhammad.

“Obatilah orang yang sakit diantara kalian dengan shadaqah.” (HR. Baihagi).

Dalam sebuah riwayat lain disebutkan, "Ujian yang menimpa seseorang pada keluarga, harta, jiwa, anak dan tetangganya bisa dihapus dengan puasa, shalat, shadaqah dan amar makruf nahi-munkar." (HR. Bukhari dan Muslim )

Tentusaja, keyakinan bershadaqah dikarenakan Allah subhanahuwata’alah –lah yang menyembuhkan semua penyakit, bukan uang atau bantuan pemberiannya.

Al-Quran juga menyinggung soal hubungan shadaqah dengan setiap kesulitan yang sedang dihadapi manusia.

"Adapun orang yang memberikan (hartanya dijalan ALLAH) dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka kami akan menyiapkan baginya jalan yang mudah." (QS: Al Lail (92) : 5 - 7 )

Semoga semua kandungan al-Quran memberikan pelajaran dan ilmu berharga bagi kita. Bagi yang sedang ditimpa musibah dan penyakit, teruslah berikhtiar untuk mencari kesembuhan dan tak ada salahnya bershadaqah dan tanamkanlah niat shadaqah tersebut di dalam hati kita agar Allah subhanahu wata’ala menyembuhkan penyakit yang sedang menimpa kita.


http://hidayatullah.com/read/20230/15/12/2011/lebih-%E2%80%9Csehat%E2%80%9D-dengan-shadaqah.html

Sandhy Sondoro ............




Sandhy Sondoro merupakan seorang arsitek yang lahir di Jakarta 28 tahun silam. Tidak banyak yang tahu jika Sandi Sundoro mempunyai talenta musik yang sangat brillian di tanah air. Karena dia mengikuti kuliah di benua Eropa, maka di tanah air namanya tidak begitu banyak dikenal.

Dia menyukai bersepeda dan bermain musik di waktu senggang. Dia telah ikut berpartisipasi dalam berbagai kontes musik. Sandhy yang tertarik pada sepak bola dan dia senang memainkannya. Dia sangat menikmati masa-masa liburannya di pulau Bali. Jika Ray Charles masih hidup, Sandhy berharap bisa bernyanyi bersamanya.
Artis dari negeri impian wisata di seluruh dunia, "sehingga masyarakat dapat menikmati musik saya".

Dia menyukai orang-orang yang jujur dan setia: "Saya menggunakan kriteria untuk memilih teman-teman. I don't like vulgar dan orang-orang pendusta ".
Dia suka mengenakan topi. Warna favoritnya adalah biru dan coklat.
Dia telah bernyanyi sejak berumur 3 tahun. Sandhy tidak akan pernah melupakan presentasi dari albumnya "Why Don't We". "ketika saya membawakan lagu pertamaku, seorang kakek berusia 80 tahun mulai menari. Dia membawakannya begitu bagus sampai-sampai saya tak bisa terus-terusan bernyanyi selama lima belas menit! Penontonnya mendukung saya dan kita semua mulai sorak-sorai untuk si Kakek, tertawa terbahak-bahak! "

Menggambar adalah mata pelajaran favorit sandhy di sekolah, tetapi ia tidak begitu menyukai Fisika. Dia juga suka masak. Dia sering memperlakukan teman-temannya dengan hidangan lezat nasional. Dia mengutip dari sebuah novel penulis terkenal di dunia baru-baru ini P. Coelho, yang mengatakan "lambang keberuntungan dalam hidup dan bekerja adalah ... jantung sendiri".

Dia senang mendengarkan Bill Witlers, Led Zeppelin, Beatles dan dia suka musik berjenis soul. Komposer favoritnya adalah John Lennon dan Paul MсСartney. Dia tidak seperti hari-hari libur kebanyakan, karena ia harus bekerja ketika orang lain beristirahat. Namun, dia tidak suka pada masa-masa selama perayaan Tahun Baru.
Sebuah rekaman studio akan membuatnya ideal untuk kehadiran Sandhy! .. Dia ingin ruang yang menghadap ke laut, tapi kenyataannya berbeda. Dia sering menemukan film lama di Internet dan dia menambahkan kepada mereka sangat senang dengan koleksi-koleksi itu.

Moto kontestan New wave ini adalah "Be yourself. Never give up." Dia mendapatkan uang pertamanya dengan menjadi pengantar koran. Jika legendaris Stevie Wonder datang ke tempat itu suatu hari, Sandhy akan senang untuk menulis lagu untuk dia!

Para finalis dari "New Wave" akan menjadi ropewalker jika ia harus melakukan dalam sirkus. Ia yakin bahwa kesabaran dan perbaikan diri sendiri merupakan prasyarat penting bagi keberhasilan. Sandy selalu menjaga ... manisan buah dalam lemari es! Dia berbicara Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Jerman dan tahu 3 kata dalam bahasa Rusia. Sandhy Sondorro ketika dia mengetahui masuk sebagai finalis kontes, dia menjadi kurang hati-absen "Saya telah melakukan banyak hal sebelum kontes"

Mimpinya untuk menyiapkan sebuah sekolah musik untuk anak-anak miskin. Jika Sandy menjadi presiden, dia akan memasukkan UU tentang pendidikan gratis bagi kaum muda.
Sandhy tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa gitar. Granada, Spanyol adalah tempat yang paling tidak biasa yang telah dikunjunginya selama ini.

Pasa masa kanak-kanak, dia bermimpi menjadi seorang karateka seperti Bruce Lee. Dia takut dengan hiu. Ia tidak percaya pada tanda-tanda. Artis dari Indonesia seperti hidup di masa kini: "Ini menarik untuk hidup sekarang, bukan di masa lalu atau di masa depan". Hidupnya dia memberikan inspirasi; pemuda yang mengatakan dia telah mengalami banyak. Dia sebagai kebutuhan hanya beberapa jam untuk beristirahat.

Penyanyi ini mungkin mempertimbangkan untuk menjadi seorang aktor di masa yang akan datang - "Saya mungkin dapat berakting dalam komedi. Ini adalah gaya. "
"Saya ingin berbagi dengan lagu-lagu daerah, untuk menunjukkan mereka apa jenis musik kami ada di negara saya. I'd love to win. Tapi bagaimanapun, saya akan mendapatkan keuntungan dari suasana kontes dan bekerja sama dengan seniman profesional. Brandon Stone membantu saya untuk memilih lagu untuk kontes ", ujar Sondoro Sandhy. Lawan yang ingin inspirasi kepada semua kontestan!


http://www.jurpro.net/index.php/Berita-Selebriti/sandi-sundoro-mengikuti-ajang-festival-new-waves-2009.html

Eric Clapton - Somewhere Over The Rainbow HD



Somewhere over the rainbow, way up high,
There's a land that I heard of once in a lullaby.
Somewhere over the rainbow, skies are blue,
And the dreams that you dare to dream really do come true.

Someday I'll wish upon a star
And wake up where the clouds are far behind me.
Where troubles melt like lemon drops,
Away across the chimney tops, that's where you'll find me.

Somewhere over the rainbow, bluebirds fly.
Birds fly over the rainbow, why then oh why can't I?

[Chorus]

Somewhere over the rainbow, bluebirds fly.
Birds fly over the rainbow, why then oh why can't I?
Birds fly over the rainbow, why then oh why can't I?

If happy little bluebirds fly beyond the rainbow,
Why oh why can't I?
Why can't I?
Why can't I?
Why can't I?

Minggu, 25 Desember 2011

Garry Kasparov vs Anatoly Karpov 1998, Moscow



Hidup ibarat permainan Catur. Ada yg menjadi Raja, ada yg menjadi Menteri, ada yg menjadi Rakyat biasa (sebagian besar). Rakyat biasa sbg bidak tentu memiliki keterbatasan2. Namun sekian banyak rakyat biasa bisa menjadi kekuatan besar yg bisa digunakan untuk melumpuhkan lawan. Ada yg bisa merangsek naik hingga menduduki jabatan menteri, namun juga ada yg sengaja dikorbankan sbg bagian dari strategi untuk memperdaya lawan. After the game, The King and The Pawn go into the same box

Indahnya Menahan Amarah



“Siapa yang menahan marah, padahal ia dapat memuaskan pelampiasannya, maka kelak pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di depan sekalian makhluk. Kemudian, disuruhnya memilih bidadari sekehendaknya.” (HR. Abu Dawud – At-Tirmidzi)

Tingkat keteguhan seseorang dalam menghadapi kesulitan hidup memang berbeda-beda. Ada yang mampu menghadapi persoalan yang sedemikian sulit dengan perasaan tenang. Namun, ada pula orang yang menghadapi persoalan kecil saja ditanggapinya dengan begitu berat. Semuanya bergantung pada kekuatan ma’nawiyah (keimananan) seseorang.
Pada dasarnya, tabiat manusia yang beragam: keras dan tenang, cepat dan lambat, bersih dan kotor, berhubungan erat dengan keteguhan dan kesabarannya saat berinteraksi dengan orang lain. Orang yang memiliki keteguhan iman akan menyelusuri lorong-lorong hati orang lain dengan respon pemaaf, tenang,dan lapang dada.

Adakalanya, kita bisa merasa begitu marah dengan seseorang yang menghina diri kita. Kemarahan kita begitu memuncak seolah jiwa kita terlempar dari kesadaran. Kita begitu merasa tidak mampu menerima penghinaan itu. Kecuali, dengan marah atau bahkan dengan cara menumpahkan darah. Na’udzubillah.

Menurut riwayat, ada seorang Badwi datang menghadap Nabi saw. Dengan maksud ingin meminta sesuatu pada beliau. Beliau memberinya, lalu bersabda, “Aku berbuat baik padamu.” Badwi itu berkata, “Pemberianmu tidak bagus.” Para sahabat merasa tersinggung, lalu ngerumuninya dengan kemarahan. Namun, Nabi memberi isyarat agar mereka bersabar.

Kemudian, Nabi saw. pulang ke rumah. Nabi kembali dengan membawa Barang tambahan untuk diberikan ke Badwi. Nabi bersabda pada Badwi itu, “Aku berbuat baik padamu?” Badwi itu berkata, “Ya, semoga Allah membalas kebaikan Tuan, keluarga dan kerabat.”

Keesokan harinya, Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabat, “Nah,kalau pada waktu Badwi itu berkata yang sekasar engkau dengar, kemudian engkau tidak bersabar lalu membunuhnya. Maka, ia pasti masuk neraka. Namun, karena saya bina dengan baik, maka ia selamat.”

Beberapa hari setelah itu, si Badwi mau diperintah untuk melaksanakan tugas penting yang berat sekalipun. Dia juga turut dalam medan jihad dan melaksanakan tugasnya dengan taat dan ridha.

Rasulullah saw memberikan contoh kepada kita tentang berlapang dada. Ia tidak panik menghadapi kekasaran seorang Badwi yang memang demikianlah karakternya. Kalau pun saat itu, dilakukan hukuman terhadap si Badwi, tentu hal itu bukan kezhaliman. Namun, Rasulullah saw. tidak berbuat demikian.

Beliau tetap sabar menghadapinya dan memberikan sikap yang ramah dan Lemah lembut. Pada saat itulah, beliau saw. ingin menunjukkan pada kita bahwa kesabaran dan lapang dada lebih tinggi nilainya daripada harta benda apa pun. Harta, saat itu, ibarat sampah yang bertumpuk yang dipakai untuk suguhan unta yang ngamuk. Tentu saja,unta yang telah mendapatkan kebutuhannya akan dengan mudah dapat dijinakkan dan bisa digunakan untuk menempuh perjalan jauh.

Adakalanya, Rasulullah saw. juga marah. Namun, marahnya tidak melampaui batas kemuliaan. Itu pun ia lakukan bukan karena masalah pribadi melainkan karena kehormatan agama Allah. Rasulullah saw. bersabda, “Memaki-maki orang muslim adalah fasik (dosa), dan memeranginya adalah kufur (keluar dari Islam).” (HR.Bukhari) Sabdanya pula, “Bukanlah seorang mukmin yang suka mencela, pengutuk, kata-katanya keji dan kotor.” (HR. Turmudzi)

Seorang yang mampu mengendalikan nafsu ketika marahnya berontak, dan mampu menahan diri di kala mendapat ejekan, maka orang seperti inilah yang diharapkan menghasilkan kebaikan dan kebajikan bagi dirinya maupun masyarakatnya.

Seorang Hakim yang tidak mampu menahan marahnya, tidak akan mampu memutuskan perkara dengan adil. Dan, seorang pemimpin yang mudah tersulut nafsu marahnya, tidak akan mampu memberikan jalan keluar bagi rakyatnya. Justru, ia akan senantiasa memunculkan permusuhan di masyarakatnya. Begitu pun pasangan suami-isteri yang tidak memiliki ketenangan jiwa. Ia tidak akan mampu melayarkan laju bahtera hidupnya. Karena, masing-masing tidak mampu memejamkan mata atas kesalahan kecil pasangannya.

Bagi orang yang imannya telah tumbuh dengan suburnya dalam dadanya. Maka, tumbuh pula sifat-sifat jiwa besarnya. Subur pula rasa kesadarannya dan kemurahan hatinya. Kesabarannya pun bertambah besar dalam menghadapi sesuatu masalah. Tidak mudah memarahi seseorang yang bersalah dengan begitu saja, sekalipun telah menjadi haknya.

Orang yang demikian, akan mampu menguasai dirinya, menahan amarahnya, mengekang lidahnya dari pembicaraan yang tidak patut. Wajib baginya, melatih diri dengan cara membersihkan dirinya dari penyakit-penyakit hati. Seperti, ujub dan takabur, riya, sum’ah, dusta, pengadu domba dan lain sebagainya.

Dan menyertainya dengan amalan-amalan ibadah dan ketaatan kepada Allah, demi meningkatkan derajat yang tinggi di sisi Allah swt. Dari Abdullah bin Shamit, Rasulullah saw. bersabda, “Apakah tiada lebih baik saya Beritahukan tentang sesuatu yang dengannya Allah meninggikan gedung-gedung dan mengangkat derajat seseorang?” Para sahabat menjawab, “Baik, ya Rasulullah.” Rasulullah saw bersabda, “Berlapang dadalah kamu terhadap orang yang membodohi kamu. Engkau suka memberi maaf kepada orang yang telah menganiaya kamu. Engkau suka memberi kepada orang yang tidak pernah memberikan sesuatu kepadamu. Dan, engkau mau bersilaturahim kepada orang yang telah memutuskan hubungan dengan engkau.” (HR. Thabrani)

Sabdanya pula, “Bahwasanya seorang hamba apabila mengutuk kepada sesuatu, naiklah kutukan itu ke langit. Lalu, dikunci pintu langit-langit itu buatnya. Kemudian, turunlah kutukan itu ke bumi, lalu dikunci pula pintu-pintu bumi itu baginya. Kemudian, berkeliaranlah ia kekanan dan kekiri. Maka, apabila tidak mendapat tempat baru, ia pergi kepada yang dilaknat. Bila layak dilaknat (artinya kalau benar ia berhak mendapat laknat), tetapi apabila tidak layak, maka kembali kepada orang yang mengutuk (kembali ke alamat si pengutuk).” (HR. Abu Dawud)

Sumber : Yadi Kurniadi (Bunga Rampai 12)

Jagalah H A T I



Jagalah hati jangan kau kotori
Jagalah hati lentera hidup ini
Jagalah hati jangan kau nodai
Jagalah hati cahaya Ilahi

Bila hati kian bersih
Pikiranpun akan jernih
Semangat hidup nan gigih
Prestasi mudah diraih

Namun bila hati keruh
Batin selalu gemuruh
Seakan dikejar musuh
Dengan Allah makin jauh

Bila hati kian suci
Tak ada yang tersakiti
Pribadi menawan hati
Ciri mukmin sejati

Namun bila hati busuk
Pikiran jahat merasuk
Akhlak kian terpuruk
Jadi makhluk terkutuk

Bila hati kian lapang
Hidup sempit terasa senang
Walau kesulitan datang
Dihadapi dengan tenang

Tapi bila hati sempit
Segalanya jadi rumit
Terasa terus menghimpit
Hidup makin terasa sakit

Ayatul Kursi Zikir Taubat




Aku memohon ampun Ya Allah, Maha Penerima Taubat,
Aku memohon ampun Ya Allah daripada segala dosa,


Tambahkan kepadaku ilmu yang berguna,
Berikanlah aku amalan yang dimakbulkan,
Kurniakan kepadaku rezeki yg meluas,
Terimalah taubat kami dgn taubat nasuha...

TAUBAT



Kenapa manusia harus berakhlak kepada Allah?


Sebab manusia akan berakhlak dengan baik kepada yang lain kalau dia berakhlak kepada Allah. Kalau kepada Allah saja dia tidak berakhlak bagaimana mungkin dia akan berakhlak kepada manusia, makhluk dan alam semesata.

Umar bin Khattab jika mengangkat gubernur ia hanya bertanya satu hal saja, bagaimana shalat berjamaahnya, suka ke masjid atau tidak? Kalau laporannya adalah ke masjid setiap waktu shalat, maka dia layak menjadi gubernur. Alasan Umar sederhana saja, shalat itu amanah Allah, kalau amanah Allah sudah diabaikan apalagi amanah manusia. Tapi kalau amanah Allah dia jaga, Insya allah dia akan menjaga amanah manusia. Demikian juga dengan akhlak, kalau dia berakhlak baik kepada Allah, insyaallah dia juga akan berakhlak baik kepada sesama.

Raja Najasyi waktu bertanya kepada Ja’far bin Abi Thalib, apakah orang yang mengaku Nabi itu pernah berdusta? Kata Abu Sufyan, setahu kami dia tidak pernah berdusta. Ini ciri kenabian. Kenapa begitu? Kalau kepada manusia saja dia tidak berdusta mana mungkin dia berani berdusta atas nama Tuhan.

Jadi sederhana saja mengukur kehidupan itu. Makanya pantas Nabi mengatakan:
“Atsqolus sholaati ‘alal munaafiqi sholaatul ‘isyaa’i wa sholaatil fajri”
(“Salat yang paling berat untuk orang munafik adalah salat isya dan solat fajri”)
Maka jika ada ustadz yang tidak pernah salat jamaah subuh, maka titel ustadznya harus dipertanyakan. Kalau ustadznya saja tidak pergi ke masjid bagaimana dengan jamaahnya. Kata orang Amerika, kalau jumlah kaum muslimin yang shalat subuh sudah seperti jumlah orang yang shalat Jum’at, maka Amerika akan bisa dikalahkan oleh orang Islam.

Akhlak kepada Allah banyak ragamnya diantaranya, yang pertama dan yang paling utama adalah beribadah. Kemudian taubat, sabar, syukur, ridho, istiqomah dan do’a. Hanya saja pada kesempatan ini saya hanya membahas tentang taubat.

Apa itu taubat? Taubat berasal dari kata taaba yatuubu taubatan, yang artinya, pertama ar ruju’ kembali. Asalnya tidak mau kemasjid kembali mau kemasjid, asalnya tidak mau menutup aurat kembali menutup aurat. Arti kedua, nadama, menyesal. Menyesal sering mengabaikan perintah Allah. Menyesal sering melawan suami. Dan yang ketiga, nawa, bertekad, berazam untuk memperbaikinya di masa yang akan datang.
Taubat secara istilah adalah kembalinya seorang hamba yang asalnya jauh kepada Allah menjadi dekat kepada Allah, dari maksiat menjadi taat, dari jahililah kepada Islam dan dari musyrik kepada tauhid.

Alasan mengapa kita harus bertobat:

1. Taubat adalah merupakan kebutuhan manusia.
Taubat adalah merupakan kebutuhan manusia, karena manusia ini tidak lepas dari kesalahan. Sebagaimana

Nabi Muhammad Saw bersabda :
“Kullu bani aadama khoththooun wa khoirul khoththtooiina at tawwaabuun”.(“Setiap Anak Adam pasti ada saja berbuat salah (khilaf), tetapi sebaik-baik yang berbuat kesalahan adalah mereka yang bertaubat”).

Hanya saja hadits ini jangan dijadikan dalih untuk menjustisifikasi kesalahan yang sengaja dilakukan, tetapi ini sebuah peringatan agar manusia berhati-hati atas segala ucapan, tingkahlaku dan perbuatannya. Manusia memang tidak luput dari kesalahan, bahkan jangankan manusia pada umumnya, sampai orang bertakwa sekaliapun ada saja yang berbuat kesalahan. Di surat Ali Imran ketika Allah bercerita tentang orang-orang yang berbuat kebajikan dalam surat Ali Imron, 3:135 , yang artinya :
“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau mendzalimi diri mereka sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah?. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu, sedang mereka mengetahui.

Ayat tersebut menjadi dalil bahwa jangankan manusia pada umumnya sampai orang bertaqwa pun ada saja melakukan kesalahan dan kekhilafan. Tapi dia tidak membiarkan dirinya terus melakukan kesalahan itu, terus asyik dalam perbuatan dosa tapi segera bertaubat kepada Allah. Jadi dengan demikian taubat merupakan kebutuhan kita sebagai manusia, sebab kita tidak pernah lepas dari segala kekhilafan dan kesalahan.

2. Taubat merupakan perintah Allah kepada seluruh orang yang beriman.
Allah Swt memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk selalu bertobat kepadaNya, sebagaimana firmanNya dalam surat At-Tahriim, 66:8, yang artinya:
”Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahanya sungai-sungai”.

Dalam ayat tersebut yang diperintahkan bertaubat itu, bukan ahlul ma’siat (orang yang senantiasa berbuat maksiat), tetapi yang diperintahkan untuk bertobat adalah orang yang beriman.

Ibnul Qoyyim al-jauzy dalam kitabnya Tahdib Madaarijis Shaalihiin, ketika mengomentari ayat ini, beliu mengatakan, ayat ini termasuk ayat madaniyah yang menjadi khitobnya adalah orang beriman yang sudah teruji keimanannya. Meraka sudah hijrah dan berjihad. Hijrah itu bukan perkara yang ringan tetapi teramat sangat berat yang menunjukkan kedalaman keimanan mereka kepada Allah Swt. Mereka harus meninggalkan rumah tempat tinggal, keluarga dan sanak saudara. Diantara mereka ada yang meninggalkan perniagaan, ladang, perkebunan peternakan dan harta benda mereka menuju Madianah yang belum jelas akan tidur dimana, tinggal dimana dan tidak mempunyai uang sepeserpun. Tapi ini perintah Allah, tidak ada pilihan kecuali sami’na wa atho’na, (kami dengar dan kami taati). Sudah berkorban habis-habisan, keimanannya sudah teruji masih diperintahkan bertaubat. Berarti taubat itu bukan hanya bagi mereka yang sering melakukan maksiat tetapi juga bagi seluruh orang yang beriman. jadi jelas, taubat itu bukan saja kebutuhan kita sebagai manusai yang suka khilaf dan salah, tapi perintah Allah kepada orang-orang beriman.

3. Rasulullah Saw sebagai teladan orang-orang beriman adalah Imaam at Tawwabiin (pemimpin orang-orang yang bertaubat).
Rasul yang wajib kita ikuti, beliau tidak pernah kurang dari 70-100 kali beristigfar dan bertaubat. Dalam hadits riwayat Bukhary belaiau berkata;
“Wallahi inni laastaghfiru wa atuubu ilallahi fi yaumin aktsaro min sab’iina marroh”.
(Demi Allah aku bertobat dan beristighfar dalam sehari lebih dari 70 kali). Nabi yang ma’sum, dosanya sudah diampuni, yang selalu melaksanakan perintah Allah, dalam sehari tidak kurang dari 70 kali beristigfar dan memohon ampun kepada Allah.

Dalam riwayat yang lainnya , yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah Saw bersabda :
”Ayyuhan naasu tuubuu ilallahi, fainni atuubu ilaihi fi yaumin miatu marroh”
(Wahai manusia bertobatlah kalian kepada Allah dan sesungguhnya aku bertobat kepada Allah dalam sehari 100 kali).

Lalu bagaimana dengan kita?, padahal maksiat yang kita lakukan tidak terhitung jumlahnya, dari hari kehari dosa semakin menumpuk, maka terapilah diri kita dengan istigfar. Banyak-banyaklah beistigfar dan bertaubat.
Seorang sahabat Ibnu Umar menghitung taubat Rasulullah dalam satu majlis saja Rasul membaca 100 kali :
“Rabbigfirlii wa tub ‘alayya innaka antat tawwabul ghofuur”
(Ya allah ampunilah aku terimalah taubatku sesungguhnya engkau maha pengampun dan maha penerima taubat).

Atau dalam redaksi yang lain:
”Rabbigfirlii wa tub ‘alayya innaka antat tawwaabur rohiim”
Dan dalam riwayat yang lain Rasul mengatakan minimal dalam sehari kita membaca pada waktu pagi dan sore sayyidul istighfar:

“Allahumma anta robbi laa ilaaha illa anta kholaqtanii wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastaho’tu a’uudzubika min syarri ma shona’tu abu’u laka bini’matika ‘alayya wa abu’u bidzanbii fagfirlii fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta”.

Kala terlalu panjang ada yang lebih pendek lagi
“Astagfirullahal ladzi laa ilaaha illa hual hayyul qoyyuum wa atuubu ilaihi”
Itu juga terlalu panjang

“Rabbigfirlii wa tub ‘alayya innaka antat tawwwabul ghofuur” Itu juga belum hafal maka bacalah “Astaghfirullahal ‘azhiim”

4. Allah mencintai orang-orang yang bertaubat.
Dan ini Allah sendiri yang mengatakannya, sebagimana firmanNya surat Al-Baqoroh, 2:222
“Sesungguhnya Allah maha menyukai orang-orang yang bertaubat dan dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”


Kalau mau dicintai Allah maka bertaubatlah. Bahkan dalam sebuah hadits disebutkan sungguh Allah merasa gembira ketika menerima taubat hambanya. Kegembiraanya ini melebihi seorang musafir yang kehilangan untanya yang sudah ia cari kemana-mana tetapi tidak ketemu, ketika sudah merasa lelah dia duduk dan ajaibnya ontanya datang dengan sendirinya. Maka bergembiralah si musafir tadi dan kegembiraan Allah melebihi musafir tadi.

Allah sangat senang dan bergembira jika ada hamba-Nya yang bertaubat. Allah sangat cinta ketika seorang hamba menangis di malam hari, mengadukan masalahnya kepadaNya, dan memohon ampun atas segala dosa-dosanya. Bahkan dalam hadits, disebutkan Allah membentangkan ampunannya di malam hari untuk mengampuni taubat seorang hamba yang salah di siang hari. Dan Allah membentangkan taubatnya di siang hari untuk mengampuni dan menerima taubat hamba yang salah di malam hari, sampai matahari terbit dari tempat terbenamnya (kiamat).

Jadi, tidak alasan untuk tidak memperbanyak taubat. Sebagai manusia kita sering khilaf dan salah maka taubat adalah kebutuhan. Sebagai orang beriman kita diperintahkan oleh Allah untuk bertaubat. Sebagai seorang muslim kita wajib mengikuti Rasul yang dalam sehari tidak kurang dari 100 kali bertaubat. Dan sebagai hamba, Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang bertaubat. Maka tidak ada alasan untuk tidak bertaubat dan menunda-nunda taubat. Wallahu A’lam.


http://makalah-artikel.blogspot.com/2007/11/taubat.html

Keunikan Bilangan 6 dan 9

Dengan menggunakan operasi aritmatik biasa (seperti +, -, *, dan /) ternyata kita akan menemukan bilangan-bilangan yang memiliki keunikan. Berikut ini beberapa keunikan bilangan 6 dan 9 yang saya kutip dari faqih.net

Keunikan bilangan 6 :

1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 = 21

1 + 2 + 3 + …….+ 66 = 2211

1 + 2 + 3 + …….+ 666 = 222111

1 + 2 + 3 + …….+ 6666 = 22221111

1 + 2 + 3 + …….+ 66666 = 2222211111

1 + 2 + 3 + …….+ 666666 = 222222111111



Berdasarkan contoh tersebut, cobalah untuk menyelesaikan soal berikut

1 + 2 + 3 + …+ n = 222…222111…111 (masing-masing angka 1 dan 2 muncul 2011 kali)

Tentukan nilai n

Beberapa fakta matematika tentang bilangan 666:

* Merupakan bilangan palindrome
* Jumlah 36 bilangan asli yang pertama, 1+2+3+4..….+35+36 =666
* Banyak bilangan prima yang kurang dari 666 adalah 121. 121 = 112.
* 6=(32) − (22) + 1
* 66=(34) − (24) + 1
* 666=(36) − (26) + 1
* The total of the amount of the first seven prime numbers square, ie : 22 + 32 + 52 + 72 + 112 + 132 + 172 = 666
* In Roman numerals, 666 represented as DCLXVI (D = 500, C = 100, L = 50, X = 10, V = 5, I = 1). DIC LVX is a representation of dicit lux. Dicit lux later known as the voice of light.

Bilangan 9

1. Perkalian dengan 9, 99, 999, …

Contoh 1

63 x 99 = 63 ( 100 – 1 )

= 63. 100 – 63. 1

= 6300 – 63

= 6237

Contoh 2

999 x 27 = (1000 – 1) x 27

= 2700 – 27

= 26.973

Beberapa Keunikan 9

1, Keunikan 1

12345679 x 9 = 111.111.111

12345679 x 18 = 222.222.222

12345679 x 27 = 333.333.333

12345679 x 36 = 444.444.444

12345679 x 45 = 555.555.555

12345679 x 54 = 666.666.666

12345679 x 63 = 777.777.777

12345679 x 72 = 888.888.888

12345679 x 81 = 999.999.999

Keunikan 2

Daftar hasil kali bilangan 987654321 dengan sembilan bilangan asli kelipatan 9 yang pertama tampak seperti berikut :

987654321 x 9 = 8.888.888.889

987654321 x 18 = 17.777.777.778

987654321 x 27 = 26.666.666.667

987654321 x 36 = 35.555.555.556

987654321 x 45 = 44.444.444.445

987654321 x 54 = 53.333.333.334

987654321 x 63 = 62.222.222.223

987654321 x 72 = 71.111.111.112

987654321 x 81 = 80.000.000.001


Keunikan 3

1 x 9 + 2 = 11

12 x 9 + 3 = 111

123 x 9 + 4 = 1111

1234 x 9 + 5 = 11111

12345 x 9 + 6 = 111111

123456 x 9 + 7 = 1111111

1234567 x 9 + 8 = 11111111

12345678 x 9 + 9 = 111111111


Keunikan 4

9 x 9 + 7 = 88

98 x 9 + 6 = 888

987 x 9 + 5 = 8888

9876 x 9 + 4 = 88888

98765 x 9 + 3 = 888888

987654 x 9 + 2 = 8888888

9876543 x 9 + 1 = 88888888

98765432 x 9 + 0 = 888888888


Keunikan 5

0 x 9 + 0 = 0

1 x 9 + 1 = 10

12 x 9 + 2 = 110

123 x 9 + 3 = 1110

1234 x 9 + 4 = 11110

12345 x 9 + 5 = 111110

123456 x 9 + 6 = 1111110

1234567 x 9 + 7 = 11111110

12345678 x 9 + 8 = 111111110

123456789 x 9 + 9 = 1111111110


Keunikan 6

1 x 1 = 1

11 x 11 = 121

111 x 111 = 12321

1111 x 1111 = 1234321

11111 x 11111 = 123454321

111111 x 111111 = 12345654321

1111111 x 1111111 = 1234567654321

11111111 x 11111111 = 123456787654321

111111111 x 111111111 = 12345678987654321


Keunikan 8

1 x 8 + 1 = 9

12 x 8 + 2 = 98

123 x 8 + 3 = 987

1234 x 8 + 4 = 9876

12345 x 8 + 5 = 98765

123456 x 8 + 6 = 987654

1234567 x 8 + 7 = 9876543

12345678 x 8 + 8 = 98765432

123456789 x 8 + 9 = 987654321


Keunikan 9

1 x 18 + 1 = 19

12 x 18 + 2 = 218

123 x 18 + 3 = 2217

1234 x 18 + 4 = 22216

12345 x 18 + 5 = 222215

123456 x 18 + 6 = 2222214

1234567 x 18 + 7 = 22222213

12345678 x 18 + 8 = 222222212

123456789 x 18 + 9 = 2222222211

123456789 + 987654321 = 1111111110

Keunikan 10

1 x 142857 = 142857 (bilangan sama)

2 x 142857 = 285714 (bilangan sama, urutan berbeda )

3 x 142857 = 428571 (bilangan sama, urutan berbeda )

4 x 142857 = 571428 (bilangan sama, urutan berbeda )

5 x 142857 = 714285 (bilangan sama, urutan berbeda )

6 x 142857 = 857142 (bilangan sama, urutan berbeda )

7 x 142857 = 999999 (fantastic result!)


Keunikan 11

1 x 9 = 9

2 x 9 = 18, result of 1 + 8 = 9

3 x 9 = 27, result of 2 + 7 = 9

4 x 9 = 36, result of 3 + 6 = 9

5 x 9 = 45, result of 4 + 5 = 9

6 x 9 = 54, result of 5 + 4 = 9

7 x 9 = 63, result of 6 + 3 = 9

8 x 9 = 72, result of 7 + 2 = 9

9 x 9 = 81, result of 8 + 1 = 9

10 x 9 = 90, result of 9 + 0 = 9, and so on., till infinity.

Keunikan 12

22 x 9 = 198,

the fast way is 2 x 9 = 18, then insert number 9 in the middle, become 198.

33 x 9 = 297

44 x 9 = 396

55 x 9 = 495

66 x 9 = 594

77 x 9 = 693

88 x 9 = 792

99 x 9 = 891


Keunikan 13

222 x 9 = 1998, fast way: 2 x 9 = 18, insert 99 in the middle.

333 x 9 = 2997

444 x 9 = 3996

555 x 9 = 4995


http://labarasi.wordpress.com/2011/11/06/keunikan-bilangan-6-dan-9/

Insentif bagi Kemalasan


PRODUKTIVITAS
kerja yang rendah di negeri ini sudah lama dikeluhkan. Kondisinya bisa bertambah parah akibat kebijakan pemerintah yang gemar menetapkan cuti bersama.

Kritik telah sering dilontarkan agar pemerintah mengurangi cuti bersama. Namun, pemerintah tidak mendengar. Melalui surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri, yakni menteri agama, menteri tenaga kerja dan transmigrasi, serta menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, pemerintah menetapkan hari ini, Senin, 16 Mei, sebagai hari libur untuk cuti bersama.

Dengan demikian cuti bersama 2011 yang telah ditetapkan pemerintah tahun lalu sebanyak empat hari bertambah lagi satu hari, menjadi lima.

Alasan di balik keputusan penambahan cuti bersama itu pun tetap saja tidak masuk akal, yaitu antara lain dalam rangka efisiensi dan efektivitas kerja.

Senin ini adalah hari ‘terjepit’ di antara libur akhir pekan Sabtu-Minggu dan libur Hari Raya Waisak, Selasa. Pegawai negeri biasanya membolos kerja di hari terjepit seperti itu.

Jadi, meliburkan hari kerja di hari terjepit pada dasarnya adalah upaya melegalkan kemalasan pegawai negeri. Daripada banyak yang membolos kerja, sekalian dibikin saja resmi cuti bersama. Namun, dengan keputusan pemerintah itu bukan hanya pegawai negeri yang cuti bersama. Pegawai swasta pun sebagian ikut diliburkan.

Padahal, tanpa cuti bersama pun produktivitas kerja di negeri ini sudah sangat rendah. Studi Badan Pusat Statistik dan Lembaga Demografi Universitas Indonesia 2009 menyebutkan tingkat produktivitas pekerja Indonesia kalah jauh jika dibandingkan dengan pekerja di China. Di pabrik garmen, misalnya, seorang pekerja China mampu menghasilkan 90 celana per hari, sedangkan pekerja Indonesia hanya bisa menghasilkan 30-40 celana.

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) pada 2009 menempatkan Indonesia di urutan ke-83 dari 124 negara dalam produktivitas tenaga kerja. Salah satu akibatnya ialah rendahnya daya saing. Indonesia hanya menduduki peringkat 35 dari 75 negara yang disurvei International Management Development.

Survei lain mengenai produktivitas bahkan menempatkan Indonesia di urutan ke-59 dari 61 negara atau ketiga terendah dari bawah.

Dengan level produktivitas yang memprihatinkan itu, penambahan cuti bersama jelas keliru besar. Bukannya memompa etos kerja demi meningkatkan produktivitas, dengan kebijakan cuti bersama itu pemerintah sebenarnya justru memberi insentif terhadap kemalasan yang akan membuat produktivitas bangsa ini kian terpuruk.

Yang lebih buruk lagi keputusan cuti bersama itu diambil secara mendadak sehingga alih-alih dapat dimanfaatkan secara positif oleh sektor pariwisata, kebijakan itu justru mengganggu pelayanan publik.

Cuti yang baik adalah sarana rekreasi dan kontemplasi setelah puncak produktivitas terlampaui. Sesudahnya akan diraih vitalitas, spirit, dan inspirasi yang baru untuk kembali berkarya. Jadi, cuti bukan insentif bagi kemalasan.

Sumber : Media Indonesia

Dendam Positif


Di sebuah perusahaan pertambangan minyak di Arab Saudi, di akhir tahuin 40-an.

Seorang pegawai rendahan, remaja lokal asli Saudi, kehausan dan bergegas mencari air
untuk menyiram tenggorokannya kering.

Ia begitu gembira ketika melihat air dingin yang tampak didepannya dan bersegera mengisi air dingin ke dalam gelas.

Belum sempat ia minum, tangannya terhenti oleh sebuah hardikan:

“Hei, kamu tidak boleh minum air ini. Kamu cuma pekerja rendahan. Air ini hanya khusus untuk insinyur”

Suara itu berasal dari mulut seorang insinyur Amerika yang bekerja di perusahaan tersebut.

Remaja itu akhirnya hanya terdiam menahan haus.

Ia tahu ia hanya anak miskin lulusan sekolah dasar.

Kalaupun ada pendidikan yang dibanggakan, ia lulusan lembaga Tahfidz Quran,

tapi keahlian itu tidak ada harganya di perusahaan minyak yang saat ini masih dikendalikan oleh manajeman Amerika.

Hardikan itu selalu terngiang di kepalanya.

Ia lalu bertanya-tanya:

Kenapa ini terjadi padaku?

Kenapa segelas air saja dilarang untuk ku?

Apakah karena aku pekerja rendahan, sedangkan mereka insinyur?

Apakah kalau aku jadi insinyur aku bisa minum?

Apakah aku bisa jadi insinyur seperti mereka?


Pertanyaan ini selalu tengiang-ngiang dalam dirinya.

Kejadian ini akhirnya menjadi momentum baginya untuk membangkitkan“DENDAM POSITIF”

Akhirnya muncul komitmen dalam dirinya.

Remaja miskin itu lalu bekerja keras siang hari dan melanjutkan sekolah malam hari.

Hampir setiap hari ia kurang tidur untuk mengejar ketertinggalannya.

Tidak jarang olok-olok dari teman pun diterimanya.


Buah kerja kerasnya menggapai hasil.


Ia akhirnya bisa lulus SMA.

Kerja kerasnya membuat perusahaan memberi kesempatan padanya untuk mendalami ilmu.

Ia dikirim ke Amerika mengambil kuliah S1 bidang teknik dan master bidang geologi.

Pemuda ini lulus dengan hasil memuaskan.

Selanjutnya ia pulang ke negerinya dan bekerja sebagai insinyur.

Kini ia sudah menaklukkan dendamnya, kembali sebagai insinyur dan bisa minum air yang dulu dilarang baginya.

Apakah sampai di situ saja. Tidak, karirnya melesat terus.

Ia sudah terlatih bekerja keras dan mengejar ketinggalan, dalam pekerjaan pun karirnya menyusul yang lain.

Karirnya melonjak dari kepala bagian, kepala cabang, manajer umum sampai akhirnya ia menjabat sebagai wakil direktur, sebuah jabatan tertinggi yang bisa dicapai oleh orang lokal saat itu.

Ada kejadian menarik ketika ia menjabat wakil direktur.

Insinyur Amerika yang dulu pernah mengusirnya, kini justru jadi bawahannya.

Suatu hari insinyur bule ini datang menghadap karena ingin minta izin libur dan berkata;

“Aku ingin mengajukan izin liburan. Aku berharap Anda tidak mengaitkan kejadian air di masa lalu dengan pekerjaan resmi ini. Aku berharap Anda tidak membalas dendam, atas kekasaran dan keburukan perilakuku di masa lalu”

Apa jawab sang wakil direktur mantan pekerja rendahan ini:

“Aku ingin berterima kasih padamu dari lubuk hatiku paling dalam karena kau melarang aku minum saat itu.

Ya dulu aku benci padamu. Tapi, setelah izin Allah, kamu lah sebab kesuksesanku hingga aku meraih sukses ini.”

Kini dendam positif lainnya sudah tertaklukkan.

Lalu apakah ceritanya sampai di sini? Tidak.

Akhirnya mantan pegawai rendahan ini menempati jabatan tertinggi di perusahaan tersebut.

Ia menjadi Presiden Direktur pertama yang berasal dari bangsa Arab.

Tahukan Anda apa perusahaan yang dipimpinnya?

Perusahaan itu adalah Aramco (Arabian American Oil Company) perusahaan minyak terbesar di dunia.

Ditangannya perusahaan ini semakin membesar dan kepemilikan Arab Saudi semakin dominan.

Kini perusahaaan ini menghasilakn 3.4 juta barrels (540,000,000 m3) dan mengendalikan lebih dari 100 ladang migas di Saudi Arabia dengan total cadangan 264 miliar barrels (4.20×1010 m3) minyak dan 253 triliun cadangan gas.

Atas prestasinya Ia ditunjuk Raja Arab Saudi untuk menjabat sebagai Menteri Perminyakan dan Mineral yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap dunia.

Tahukah kisah siap ini?

Ini adalah kisah Ali bin Ibrahim Al-Naimi yang sejak tahun 1995 sampai saat ini (2011) menjabat Menteri Perminyakan dan Mineral Arab Saudi.

Terbayangkah, hanya dengan mengembangkan hinaan menjadi dendam positif, isu air segelas di masa lalu membentuknya menjadi salah seorang penguasa minyak yang paling berpengaruh di seluruh dunia.

Itulah kekuatan “DENDAM POSITIF”

Kita tidak bisa mengatur bagaimana orang lain berperilaku terhadap kita.

Kita tidak pernah tahu bagaimana keadaan akan menimpa kita.

Tapi kita sepenuhnya punya kendali bagaimana menyikapinya.

Apakah ingin hancur karenanya?

Atau bangkit dengan semangat “Dendam Positif.”


Sumber : Kisah Inspiratif (Facebook)