Jumat, 25 November 2011
Antara Akal Dan Hati
Akal dan hati merupakan dua hal yang mengangkat derajad manusia di hadapan ALLAH dan manusia serta mahluk allah lainnya. Tetapi secara umum, akal menjadi instrument ilmiah tanpak yang membantu manusia untuk menjastifikasikan suatu masalah dan hati merupakan kebalikannya, yakni instrument ilmiah metafisika yang membantu manusia untuk suatu penjastifikasian masalah. Kekuatan akal sangat terbatas tetapi kekuatan hati tidak terbatas. Kadang-kadang apa yang dipahami hati belum tentu diterima oleh akal karena keterbatasan pengamatannya. Keterbatasannya sangat banyak penyebabnya, bisa jadi oleh keterbatasan fisik, keterbatasan pengetahuan keterlambatan mencerna masalah dan lain sebagainya. Banyak factor yang menyebabkan akal harus tertinggal jauh oleh hati karena akal memperoleh pengetahuannya dengan terlebih dahulu melakukan pengamatan sebab tanpa pengamatan maka akal tidak mampu melakukan suatu jastifikasi. Kadang-kadang akal kehabisan fikiran untuk menyelesaikan suatu permasalahan dan pertimbangannya hanya dari pengetahuan sebelumnya. Jadi kalau pengetahuan sebelumnya sedikit, berarti akal tidak dapat diandalkan untuk mengambil suatu kebijakan. Akal terletak di otak yang kemampuannya hanya mencerna masalah-masalah nyata seperti alam serta seluruh isinya. Dan sedihnya, akallah yang pertama kali ingkar kepada pencipta akal yakni Allah SWT. Dimana saat itu, iblis menggunakan akal untuk berargumen tidak mau sujud kepada adam dengan alas an merasa penciptaannya lebih mulia yakni dari api, daripada adam yang hanya tercipta dari tanah. Kata sujud yang ada dalam dalil tersebut sebenarnya lebih kepada hormat kepada adam karena adam lebih tahu dari pada iblis dan semua mahluk ciptaan Allah lainnya. Akal akan sehat kalau raga sehat tetapi raga belum tentu sehat kalau jiwa tidaksehat.
Berbeda dengan akal, hati terletak di dalam dada manusia sebenarnya punya kemampuan yang jauh lebih besar dari pada akal. Nabi adam tahu segala sesuatu yang ada di bumi atau segala ciptaan Allah oleh karena nabi adam terlebih dahulu sudah di hidayahkan hati oleh Allah kemudian akal. Oleh karena diberi hati makanya nabi adam di amanahkan sebagi khalipah di bumi. Dan kita tahu bahwa namanya khalipah itu punya banyak criteria diantaranya adalah adil. Adil dalam artian terhadap dirinya sendiri yang memang diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT, adil dalam mengelola alam karena memang di ciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, adil dalam memelihara alam supaya tetap bersahabat kepada manusia, dan adil dalam mengantisipasi segala sesuatu yang mengancam keberadaan alam.
Menurut saya, segala sesuatu yang berkenaan dengan alam baik tentang pengelolaannya, pemeliharaannya dan lain sebagainya sudah diajarkan kepada adam oleh Allah SWT. Tetapi oleh karena akal iblis nabi adam mungkin ada yang dilupakan berkaitan dengan segala sesuatu berkenaan dengan alam.
Pengingkaran kedua yang dilakukan oleh makhluk Allah adalah ketika Nabi adam mendengarkan dan melakukan akal-akalan iblis dengan penjastifikasian akal iblis kepada nabi adam yakni memetik buah khuldi yang memang di larang oleh Allah SWT kepada adam. Uniknya akalan yang digunakan iblis untuk menyesatkan nabi adam supaya mau memetik buah khuldi tersebut cukup masuk akal untuk diterima oleh nabi adam sehingga Iapun melakukan apa yang memang diinginkan oleh iblis. Pertanyaan yang muncul sebenarnya kenapa nabi adam tidak menggunakan hatinya untuk menjawab akal-akalan iblis tersebut? Jadi karena mengutamakan akal lebih dahulu dari pada hati maka nabi adam menjadi tersesat.
Karena kesalahan penggunaan instrument tersebut, maka nabi adampun keluar dari surga sebagai bentuk akibat atau konsekuensi dari perbuatannya. Dan nabi adam sadar akan kesalahannya hingga ia terus menggunakan hatinya terleebih dahulu untuk berbuat baru menggunakan akalnya. Begitu seterusnya hingga istrinya hawa melahirkan putra. Dari pengalaman nabi adam ternya jika hati kita bersih otomatis akal kita juga jernih, jika hati kita sudah bagus maka hal-hal yang difikirkan akal juga pasti menjadi bagus. Dengan kesadaran itu ternyata iblispun kehilangan akal untuk mengakali nabi adam. Hingga iblis menemukan metode baru yakni memanfaatkan napsu untuk menggelincirkan manusia dari jalan yang lurus. Hal pertama kali dilakukan iblis adalah memanfaatkan nafsu syahwat dan nafsu syahwat pertama kali di coba oleh iblis adalah nafsu syahwatnya Habil yakni putranya nabi adam. Dimana saat itu, habil punya adik yang cantik dan qobil punya adik yang tidak begitu cantik dimata habil. Karena hatinya nabi adam bersih maka akal yang jalan saat itupun logis. Logisnya habil harus nikah dengan adiknya qobil dan qobil harus nikah dengan adiknya habil dan itulah yang logis menurut nabi adam sehingga akan adil rasanya. Iblis sebelum menemukan metode nafsu saat itu sudah pasrah. Karena nabi adam sudah terlalu membiasakan diri untuk menggunakan hati dahulu baru akal. Iblis ingat bahwa ada hidayah Allah yang lain yang bisa digunakan untuk menggelincirkan manusia menuju penyesatan, yakni memanfaatkan nafsu. Nafsu yang pertamakali dimanfaatkan oleh iblis adalah syahwat. Dengan syahwat inilah iblis ternyata berhasil menggoda habil putra nabi adam. Karena berhasil maka iblis selanjutnya mencoba dan terus mencoba metode yang inovatif. Bukan hnya nafsu syahwat, tetapi juga nafsu akan makanan, minuman, pakaian, dan lain sebagainya.
Nafsu syahwat yang di gunakan iblis untuk menggoda putra nabi adam ternyata mampu membuat habil tega membunuh adiknya sendiri yakni qobil. Dengan kematian qobil inilah maka dunia mulai sedikit-demi sedikit melupakan tradisi yang harus diwariskan oleh nabi adam kepada ummat manusia mulai pudar, yakni utamakan hati daripada akal. Begitu seterusnya hingga akallah yang mendominasi kehidupan sedangkan hati hanya sangat minoritas sekali jumlahnya.
Bisa kita lihat dari sejarah-sejarah manusia sebelum kita, nabi idris ummatnya lebih minorritas daripada yang ingkar kepadanya, nabi nuh pun begitu yang jumlah ummatnya yang paatuh pada perintah Allah hanya sejumlah ummat yang muat dalam sebuah kapal yang ia buat dan seterusnya. Secara umum, factor penyebab pengingkaran mereka adalah menggunakan nafsu dengan jastifikasi akal bukan hati.
Bisa kita lihat, dari Kana’an putra nabi nuh yang menganggap ayahnya tidak logis membuat perahu di tempat yang tidak ada airnya, menurutnya tidak masuk akal. Raja namrud yang menganggap nabi Ibrahim tidak logis dalam menginterpretasikan Tuhannya yang tidak Nampak, karena kita sudah tahu bahwa akal hanya menerima yang nampak-nampak saja. Kemudian ada Fir’aun yang karena nafsu atas kekuasaan mengingkari nabi musa, kemudian paus paulus yang karena nafsu akan eksistensinya dalam jabatan keagamaan mengalihkan ajaran nabi isa dari yang mengutamakan hati dahulu baru akal di ubahnya menjadi ajaran yang mengutamakan akal baru hati sehingga kita lihat sekarang ummat krinten banyak memperjuangkan konsep akal dari pada hati. Dan ummat keristen yang memperjuangkan hati sesungguhnya adalah kesalahan konsep ajaran yang sebenarnya yang berasal dari nabi isa. Dan ajaran nabi isa di bumi saat ini sebenarnya sangat sedikit yang ada, yang banyak adalah ajaran paulus. Karena eksistensi, maka supaya paulus itu eksis yakni sebagai nabi maka nabi isa dibuat menjadi Tuhan dan itu logis menurutnya.
Begitu juga hingga masa Rasulullah SAW, musilamah al kazzab yang membuat surat sangat logis, yakni “ al fil, wamal fil, wama adro kamal fil, lhu hurtumun towil walahu zail” ayat palsu tersebut memang sangat logis karena di intrepretasi kan hanya nampaknya saja. Sebenarnya, walaupun tidak di interpretasikanpun orang sudah tahu apa itu gajah. Dan seterusnya.
Kalau kita lihat sejarah sebelumnya, kedatangan seorang nabi dan rasul di bumi ini hanya untuk meluruskan konsep yang sudah di ajarkan oleh Allah kepada nabi adam, yakni utamakan hati baru akal. Masyarakat logis adalah masyarakat yang dalam hidupnya selalu mengutamakan hati baru akal.
Hati adalah hidayah Allah yang melebihi hidayah-hidayah lainnya. Hati bisa mengendalikan akal tapi akal tidak bisa mengendalikan hati. Dengan kita menguasai hati maka kita menjadi manusia yang berakal tetapi jika kita hanya menguasai akal maka kita adalah manusia yang tidak berhati, karena tidak berhati maka sebenarnya kita adalah manusia yang tidak berakal.
Jadi dari berhati kita menguasai akal sehingga kita berakal (insanul kamil). Dan dari berakal kita hanya sedikit yang berhati bahkan tidak berhati sehingga kita menjadi manusia yang kurang akal bahkan tidak berakal dan disinilah makna bahwa kita bisa saja lebih rendah derajatnya dari pada binatang.
Dr_Lhong
http://lomboktimurkab.go.id/?pilih=articles&mod=yes&aksi=lihat&id=10
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar