SUPAYA TANGGUH HADAPI MASALAH BERAT
Bayangkanlah bahwa Anda menjadi
komandan sebuah pasukan kecil. Tentara Anda sedikit, kurang berpengalaman, dan
bersenjata sederhana. Dengan pasukan ini, Anda harus berperang melawan sebuah
pasukan besar. Tentara mereka banyak, berpengalaman, dan bersenjata canggih.
Sungguh ini merupakan masalah yang berat, bukan?
Akan tetapi, meskipun seberat itu,
masalahnya ternyata dapat teratasi. Salah satu komandan luar biasa yang
berhasil mengatasi problem seberat itu ialah Thalut. Ia dan pasukan kecilnya
mengalahkan pasukan Jalut yang besar.
Bagaimana pasukan Thalut yang kecil
dapat menjadi sedemikian tangguh, sehingga menaklukkan pasukan Jalut yang
besar? Salah satu kunci utama kesuksesannya, pasukan Thalut berdoa:
Rabbanâ afrigh ‘alaynâ shabrâ. Wa
tsabbit aqdâmanâ. Wanshurnâ ‘alal qawmil kâfirîn.
(Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, kokohkanlah langkah kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang ingkar.) (QS al-Baqarah [2]: 250)
(Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, kokohkanlah langkah kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang ingkar.) (QS al-Baqarah [2]: 250)
Kalau kita menghadapi masalah berat
dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di dunia cinta, doa tersebut tentunya
dapat kita manfaatkan. Insya’Allah kita menjadi lebih kuat daripada problem
yang sedang kita hadapi.
SUPAYA TABAH HADAPI MUSIBAH
Bagaimana Allah SWT menjadikan kita
tangguh? Caranya melalui musibah, kecemasan, keletihan, atau pun cobaan
lainnya. Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki baik oleh
Allah, niscaya Dia akan memberinya cobaan.” (HR Bukhari dari Abu Hurairah r.a.)
Allah SWT menjelaskan, “Dan sungguh
akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan; dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar, [yaitu] orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan: ‘Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah
kita kembali‘.” (QS al-Baqarah [2]: 155-156)
Jadi, cobaan Tuhan itu bukan untuk
menjadikan kita lemah tak berdaya, melainkan menjadikan kita tangguh. Sementara
itu, ucapan istirja’ (sebagaimana termaktub pada akhir kutipan tersebut) membuat
kita menjadi tabah menghadapi cobaan itu. (Perhatikan! Cobaan Tuhan bukan hanya
berupa wafatnya orang yang kita sayangi. Dengan kata lain, ucapan istirja’
tidak hanya berlaku pada peristiwa kematian, tetapi juga pada ketakutan,
kelaparan, kemiskinan, dan berbagai cobaan lainnya.) Karenanya, kalau Anda
ingin menjadi tabah menghadapi cobaan Tuhan, termasuk penderitaan di jalan
cinta, silakan ucapkan istirja’:
Inna lillâhi wa innâ ilayhi
râji‘ûn.(Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kita kembali.)
(QS al-Baqarah [2]: 156)
SUPAYA PENYESALAN TIDAK SIA-SIA
Penyesalan kita mungkin biasanya kita
wujudkan dengan memohon ampun kepada Allah dalam bentuk ucapan istighfar:
astaghfirullâh (aku memohon ampun kepada Allah) dan sebagainya. Sebenarnya, di
samping dzikir semacam ini, masih ada dzikir alternatif lain yang juga
menunjukkan penyesalan yang mendalam, sebagaimana yang akan saya tunjukkan di
bawah ini.
Penyesalan Masyhar pada kasus di atas,
yang belum berhasil menggaet seorang wanita pujaan ke jenjang pernikahan walau
telah melewati masa pacaran selama tujuh tahun, mengingatkan saya pada kasus
Nabi Yunus a.s.. Selama 30 tahun berdakwah, konon beliau “hanya” menggaet tiga
orang ke jalan Allah.
“Dan ingatlah [kisah] Dzun Nun
(Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah [lantaran "kegagalan"
dakwahnya]. Ia menyangka bahwa Kami tidak berkuasa atas dirinya. Maka ia
berseru dalam kegelapan [menyesali kesalahannya]: ‘Tidak ada Tuhan selain
Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang
zalim‘.” (QS al-Anbiyaa’ [21]: 87)
Demikianlah Yunus a.s. menyesali
kesalahannya. Tentu saja, penyesalan beliau bukanlah sekadar penyesalan
terhadap apa yang telah terjadi, melainkan disertai dengan perbaikan diri di
waktu-waktu selanjutnya. Beliau kemudian termasuk dalam golongan “orang-orang
yang banyak mengingat Allah” (QS ash-Shaffat [37]: 143).
Lantas, bagaimana hasil dari
penyesalan yang beliau wujudkan dalam bentuk dzikir (seruan kepada Tuhan) tadi?
Manis! Penyesalannya tidaklah sia-sia.
Allah SWT menyatakan: “Maka Kami
memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan.” (QS al-Anbiyaa’ [21]:
88)
Jadi, kalau Anda mau selamat dari
kedukaan, termasuk di kancah cinta, maka ketika merasakan penyesalan, silakan
ucapkan dzikir:
Lâ ilâha illâ anta, subhânaka innî
kuntu minazh zhâlimîn.
(Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha
Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.)(QS
al-Anbiyaa’ [21]: 87)
SUPAYA SELAMAT DARI PENDERITAAN
Apabila disertai dengan penyesalan
diri, maka kita dapat mengucapkan dzikir ala Nabi Yunus a.s. tadi supaya
selamat dari penderitaan. Namun ketika tidak disertai dengan penyesalan diri,
maka hendaklah kita mengikuti teladan dari Nabi Ayub a.s.. Beliaulah hamba
Allah yang sangat tabah dalam menghadapi musibah yang amat berat, berupa: jatuh
miskin, sakit parah, dan hidup sebatang kara. Beliau ditinggalkan oleh
teman-temannya, sedangkan semua anggota keluarganya telah binasa di bawah
reruntuhan atap rumahnya.
Untuk mengikut teladan Nabi Ayub a.s.,
kita bisa mengucapkan dzikir:
Annî massaniyadh dhurru wa anta
arhamur râhimîn.
(Sesungguhnya bencana telah menimpaku,
tetapi Engkaulah yang Paling Penyayang diantara semua penyayang.) (QS
al-Anbiyaa’ [21]: 83)
Lantas, bagaimana hasil dari dzikir
ini? Manis juga, bahkan lebih manis! Allah SWT mengungkapkan:
“Maka Kami kabulkan doanya dan Kami
hilangkan segala penderitaan yang menimpanya, dan Kami beri dia keluarga [baru]
dan Kami lipatgandakan bilangannya, sebagai rahmat dari Kami sendiri dan
peringatan bagi semua hamba Kami.” (QS al-Anbiyaa’ [21]: 84)
SUPAYA TIDAK MENDERITA LAGI
Sesudah Allah SWT menghilangkan suatu
penderitaan yang menimpa Anda, tentu Anda tidak ingin mengalami penderitaan itu
lagi, bukan? Kalau begitu, bersyukurlah! Caranya? Anda dapat berdzikir dengan
ucapan ahli surga (yang takkan menderita lagi):
Alhamdu lillâhil ladzî adzhaba ‘annal
hazan. Inna rabbanâ laghafûrun syakûr.
Segala puji bagi Allah yang telah
menghilangkan duka-cita dari kita. Sesungguhnya Tuhan kita benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS Faathir [35]: 34)
http://kholafiyah527.blogspot.com/2011/10/kiat-menghadapi-masalah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar