Kamis, 10 Januari 2013

Harta Kita Yang Sebenarnya




Diriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin ‘Utsman bin ‘Affan, dari ayahnya, ia berkata, “Zaid bin Tsabit keluar dari tempat Marwan pada siang hari. Aku berkata, “Tidaklah Marwan mengutus Zaid datang kepadanya pada saat seperti ini, melainkan untuk satu hal yang ingin ia tanyakan. Lalu aku pun bertanya kepada Zaid tentang hal tersebut. 
Zaid menjawab, “Ia bertanya kepada kami tentang apa-apa yang kami dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya maka Allah akan mencerai beraikan urusannya, dan menjadikan kefakiran di pelupuk matanya, dan dunia tidak akan datang kepadanya melainkan apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang akhirat menjadi tujuannya maka Allah akan menyatukan urusannya, dan menjadikan berkecukupan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan tunduk.”  

(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, no. 3313 dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Ahadits Shohiihah, no. 950).

Pada Hakikatnya Rezeki itu hanya ada tiga saja :
1. Yang dimakan menjadi kotoran;
2. Yang dikenakan menjadi usang;
3. Yang dinafkahkan di jalan Allah.

Selebihnya kita hanya "mengaku-aku" saja, Bukan Milik Kita !!!

Sebagaimana Sabda Rasulullah s.a.w :

"Seorang hamba berkata . . . . “Hartaku! ......hartaku!” . . .Padahal ia hanya mendapatkan tiga perkara dari hartanya:

(1) apa yang ia makan, kemudian ia habiskan,
(2) apa yang ia pakai, lalu ia menjadikannya usang,
(3) atau apa yang ia sedekahkan, maka akan mengalirkan pahala.

Sedangkan yang lain itu hilang dan ditinggalkan untuk orang lain (Ahli warisnya)"

HR. Muslim

Kejarlah Dunia . . .

Carilah Pundi-Pundi Dunia sebanyak-banyaknya . . .
Namun jangan Engkau jadikan Dunia sebagai Tujuan utama . . .
Jadikanlah Dunia sebagai Sarana kita Untuk mendekatkan diri kepada Allah . . .
Dengan memanfaatkan Harta kita dijalan-Nya yaitu untuk membantu sebanyak mungkin Hamba-hamba Allah yang lain . . .
Diantaranya dengan membahagiakan keluarga kita tercinta, hususnya Ayah dan Ibu kita.
Membahagiakan anak-anak yatim dan fakir miskin dengan membangun sarana pendidikan untuk mereka, Agar mereka memiliki masa depan yang lebih cerah serta mengenalkan Allah dan Rasul-Nya agar mereka tidak hanya sukses di dunia namun juga sukses di Akhirat nanti . . .
Membangun masjid-masjid dan membentuk sistem dan manajemen yang memakmurkan masjid tersebut . . .

Membangun Radio-radio Islami dan InsyaAllah mebangun Televisi Islami di Negeri dengan mayoritas Muslim terbesar di Dunia ini . . . InsyaAllah.

Diriwayatkan dari ‘Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa menjadikan semua keinginannya utamanya menjadi satu keinginan saja, yaitu keinginan akhirat, niscaya Allah akan mencukupi keinginan dunianya. Namun, barangsiapa keinginannya utamanya bercabang-cabang dalam urusan dunia, niscaya Allah tidak akan peduli di bumi-Nya yang manakah ia akan binasa.” 

 (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, no. 4096 dan dihasankan oleh al-Albani dalam al-Misykaah, no. 263)  

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
“Allah Ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam! Gunakanlah waktumu hanya untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan menjadikan dadamu penuh dengan rasa kecukupan dan Aku akan menutupi kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukannya, maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak akan menutupi kefakiranmu.”  

(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2390 dan Ibnu Majah, no. 4097. Hadits ini dishohihkan oleh al-Albani dalam ash-Shohiihah, no. 1359).

Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:.
“Barangsiapa yang lebih mencintai dunianya maka akan membahayakan akhiratnya, dan barangsiapa yang lebih mencintai akhiratnya maka akan membayakan dunianya. Maka hendaklah kalian mengutamakan sesuatu yang kekal dari pada sesuatu yang fana.” 

(Diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Hibban, dan al-Hakim. Al-Mundziri menyebutkan dalam Targhiib wa Tarhiib, no.4744, bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan para perawinya terpercaya. Syaikh al-Albani mengatakan dalam kitabnya, Shohiih at-Targhiib wat Tarhiib, no. 3247 bahwa hadits ini shohih li ghairihi, dan beliau menyebutkan syahidnya dalam kitab ash-Silsilah ash-Shohiihah, no.3287)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar