Selasa, 26 Oktober 2010
Ada Hikmah atas suatu Kejadian
Bencana apapun yang dipandang buruk oleh manusia sebetulnya tidak terlepas dari dua macam.
Pertama: bencana yang memang merupakan sunatullah. Contohnya adalah gempa bumi, tsunami, meletusnya gunung merapi, kekeringan dalam jangka waktu lama, dan lain-lain. Bencana ini dapat menimpa siapapun. Bencana alam dalam kategori ini semata-mata dimaksudkan untuk menunjukkan kemahakuasaan Allah. Allah SWT berfirman:
“Apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami mendatangi bumi, lalu Kami mengurangi bumi itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya? Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya); tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya. (QS ar-Ra’d [13]: 41).
Sebagian ahli tafsir menerangkan bahwa maksud dari “Kami mengurangi bumi itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya” adalah dengan tenggelamnya sebagian bumi, gempa, dan berbagai macam bencana. Semua ini, sebagaimana terungkap dalam ayat di atas, adalah semata-mata atas kehendak-Nya.
Kedua: bencana yang diakibatkan oleh tangan-tangan manusia. Contohnya adalah banjir yang diakibatkan oleh penebangan hutan secara liar, wabah kemiskinan dan kelaparan di tengah-tengah kekayaan alam yang melimpah ruah akibat kekayaan tersebut diserahkan kepada pihak asing, merajalelanya kemaksiatan dan kriminalitas akibat hukum-hukum Allah tidak dilaksanakan, mewabahnya penyakit kelamin (seperti AIDS) akibat pergaulan bebas, dan lain-lain. Allah SWT berfirman:
“Telah nyata kerusakan di daratan dan di lautan akibat ulah manusia.” (QS ar-Rum [30]: 41).
Sikap Kita
Menyikapi musibah bencana yang pertama, yang merupakan sunatullah, manusia sebetulnya hanya perlu tiga hal:
Pertama: keimanan, sehingga kita wajib meyakini bahwa musibah apapun yang terjadi memang telah digariskan oleh Allah SWT: Katakanlah, “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah atas kami.” (QS at-Taubah [9]: 51).
Kedua: kesadaran, segala bentuk bencana alam yang merupakan sunatullah itu merupakan bukti kemahakuasaan Allah. Dengan itulah, kita seharusnya menyadari betapa manusia ini sangat lemah dan tidak berdaya di hadapan kemahakuasaan Allah. (Lihat: QS ar-Ra’d [13]: 41 di atas).
Ketiga: kesabaran. Dengan bencana alam yang Allah ciptakan, Allah sebetulnya hendak menguji kesabaran manusia. Lalu Dia menciptakan berbagai macam bencana seperti wabah kelaparan akibat kurangnya makanan, wabah kekeringan, hilangnya harta bahkan nyawa akibat bencana alam, dsb. Allah SWT berfirman:
Kami pasti akan menguji kalian dengan sesuatu berupa: ketakutan; kelaparan; serta kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu mereka yang jika ditimpa musibah maka mereka mengucapkan, “Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn”. (QS al-Baqarah [2]: 155-156).
Adapun untuk menyikapi musibah bencana yang kedua yang terjadi akibat ulah manusia, selain keimanan, kesabaran dan kesadaran di atas, manusia juga perlu satu hal lain, yakni bertobat dan kembali secara total pada hukum Allah, dengan kembali melaksanakan syariat-Nya dalam kehidupan ini. Sebab, dengan bencana jenis kedua ini, Allah memang menghendaki agar manusia mau kembali ke jalan-Nya. Allah SWT berfirman:
“Telah nyata kerusakan di daratan dan di lautan akibat ulah manusia agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka; mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan-Nya).” (QS ar-Rum [30]: 41).
Momentum Kebersamaan
Kaum Muslimin yang menyaksikan saudara-saudara mereka yang tertimpa musibah bencana alam sudah semestinya ikut prihatin dan memberikan bantuan, baik moril maupun materil, sebagai wujud ukhuwah Islamiyah. Rasulullah saw. bersabda:
Seorang Muslim adalah saudara Muslim yang lain. Siapa saja yang berusaha memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan memenuhi kebutuhannya. Siapa saja yang menghilangkan kesusahan dari seorang Muslim, Allah akan menghilangkan salah satu kesusahannya pada Hari Kiamat. (HR Muttafaq ‘alaih).
Maka mereka sudah selayaknya, berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan bantuan kepada para korban bencana; bukan sekadar dari aspek materialnya saja, melainkan juga dari aspek penjagaan akidah (iman) dan keislamannya.
Khatimah
Bagi seorang Muslim, musibah apapun seharusnya dapat semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT seraya memelihara kesabaran dan ketawakalan kepada-Nya. Musibah sejatinya membuahkan bertambahnya iman seorang Mukmin, bertambah baiknya hubungan dirinya dengan Allah, serta semakin sempurnanya kedekatan dirinya dengan-Nya. Rasulullah saw. bersabda:
“Alangkah mengagumkan keadaan seorang Mukmin; seluruh perkaranya adalah kebaikan. Jika dia mendapatkan nikmat, dia bersyukur; itulah kebaikan baginya. Jika dia tertimpa musibah, dia bersabar; itu pun kebaikan baginya.” (HR Muslim).
Terakhir, marilah kita sama-sama berdoa kepada Allah, semoga memberikan rahmat kepada korban yang meninggal, dan memberikan ketabahan kepada keluarga yang ditinggalkan. Amin.
Sumber : http://taufik79.wordpress.com/2009/10/15/ada-hikmah-di-balik-bencana/
(di esit seperlunya)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar