Benda dan barang yang wujud ini adanya tidak
ada dan memang tidak ada (gelap). Kemudian barang itu menjadi ada dan
bisa mengeluarkan sinarnya, dengan adanya sinar yang memancar dari benda
tersebut maka alam semesta ini bisa menjadi terang. Ini semua adalah
adanya Kebesaran dan Kekuasaan Allah Ta’ala.
“Alkawnu kulluhu
zhulma-htun wa-innama anarahu zhuhurul-hhaqi fiman
ra-alkawna walam yasyhad-hu fiyhi aw-‘indahu aw-qablahu
aw-ba’dahu faqad a’wadjahu wadzudul-anwaari wa-hhujibat
‘anhu tsumuw syul-ma’arifi bisuhhbil-atsaari”.
“Segala sesuatu yang wujud
di alam ini adalah gelap (tidak bersinar) dan yang meneranginya
adalah tampaknya Al Haqq { Allah }. Maka barang siapa
yang melihat akan sesuatu yang wujud ini, akan tetapi dia tidak menyaksikan
Haqnya Allah di-dalamnya, atau disisinya, sebelum atau sesudahnya,
pastilah cahaya itu menyilaukan dan menghalangi dari padanya cahaya
Ma’rifaht, disebabkan adanya kabut yang menyelimuti dari segala yang wujud ini”.
Sesungguhnya di alam semesta ini cukup menjadi
bukti bahwa itu semua ada yang menjadikannya, tak lain dan tak bukan selain
nyatanya Allah Ta’ala yang menciptakannya. Dan tak mungkin
{mustahil} bahwa sesuatu itu wujud tanpa ada penciptanya. Begitut juga
asalnya bumi, langit, bintang, itu semua menunjukkan tanda nyatanya Allah Yang
Maha Pencipta.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala didalam
Al Qur’an :
“Inna fii khalqis-samaawaati
wal-ardhi wa-akhtilafil-layli wannahaari
walfulkil-latiy- tajriy filbahhri bimaa
yanfa-‘unnasa wamaa andjalallahu minas-samaa-i
minm-ma-in fa-ahhyaa bihil-ardha ba’da mawtihaa
wabats-tsa fiyhaa minkulli da-abbahtin
watash-riyfir-riyaa-hhi was-sa-hhabil musakh-kharibiynas-samaa-i
wal ardhi la-ayaatinl-liqawmin ya’qiyluwna”.
“Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar dilaut membawa yang berguna bagi manusia, dan apa
yang Allah turunkan dari langit berupa air,
lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati {kering}
nya dan Dia sebarkan dibumi ini segala jenis hewan dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi,
sungguh {terdapat} tanda-tanda {keesaan dan kebesaran Allah}
bagi kaum yang memikirkan”. {QS. Al Baqarah. 164}.
Oleh sebab itu orang yang melihat benda yang wujud ini
tetapi tidak melihat akan kebesaran benda yang wujud itu, sebelum dan
sesudahnya melihat kenyataan benda itu, maka teranglah bahwa hatinya
benar-benar silau.
Seharusnya bagi orang yang beriman setelah melihat
wujudnya benda yang ada didunia ini, hendaklah bertambah sadar dan
bertambah keyakinannya bahwa semua itu adalah berkat
Kekuasaan Allah Ta’ala. Jangan kemudian setelah melihat benda
kenyataan yang ada didunia ini lalu menjadi silau, lupa akan Kebesaran dan
Kekuasaan Allah Ta’ala,yang akhirnya tidak mempunyai rasa
syukur. Sebaliknya bagi orang yang beriman danber
‘aqal sehat mereka sadari bahwa adanya itu semua adalah ciptaan
Allah Ta’ala. Dan mereka bertambah syukur dalam arti menjalankan semua
yang menjadi perintahnya dan menjauhi semua larangannya.
Orang yang demikian ini yaitu orang yang melihat
kenyataan yang ada, tetapi hatinya tidak silau, lupa atau
ada penghalang yang menghalangi penglihatan hatinya itu,
benar-benar telah dibuka hatinya oleh Allah Ta’ala, maka
jadilah Ia orang yang Ma’rifaht kepada Allah
Ta’ala.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an :
“Innallaha laayastahhyi
an-yadhriba matsalanm-maa ba’uwdhahtan famaa fawqahaa
fa-ammal-ldziyna aamanuw faya’lamuwna annahul-haqqu
minr-rabbihm wa-ammalladziyna kafaruw fayaquwluwna
maa-dzaa aradallahu bihaadza matsalan yudhillu bihi.
Katsiyran wayahdiy bihi, katsiyran. Wamaa yudhillu bihi
illal-faasiqiyna”.
“Sesungguhnya Allah tiada
segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.
Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yaqin bahwa perumpamaan itu benar
dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan : “Apakah
maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?”
Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan
perumpamaan itu {pula} banyak orang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada
yang disesatkan Allah kecuali orang yang fasiq”. {QS. Al Baqarah. 26}.
Dengan sesuatu perumpamaan seperti nyamuk, yang telah
diciptakan Allah Ta’ala tersebut banyak manusia
yang hatinya silau {tersesat}. Dan juga dari sesuatu perumpamaan dari apa
yang Allah Ta’ala ciptakan, banyak manusia yang tha’at
{diberi petunjuk}. Oleh karena itu kenyatan yang ada di alam
dunia ini kita terima dengan ‘aqalyang sehat dengan
menunjuki rasa syukur
dan ketha’atan kepada Allah Ta’ala.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman
dalam Al Qur’an :
“Wa-idz ta-adz-dzana
rabbukum la-in-syakartum la-adjiydan-nakum. Wala-in-kafartum
inna ‘adzaabi-lasyadiydun”.
“Dan {ingatlah juga}, tatkala Tuhanmu
mema’lumkan : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami
akan menambah {ni’mat} kepadamu, dan jika mengingkari {ni’matku}
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. {QS. Ibrahim.
7}.
Sekali lagi perlu diingat bahwa
orang yang melihat kenyataan yang ada didunia ini, lalu hatinya menjadi silau,
dapat di ibaratkan orang yang melihat benda yang mengeluarkan cahaya dengan
kuat tetapi dia tidak bisa melihat yang sesungguhnya yang mengeluarkan
cahaya itu dikarenakan terhalang olleh sesuatu yang ada didalam barang tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar