Secara umum, orang berpendapat bahwa tahun pertama
penanggalan Miladi adalah tahun kelahiran Isa Almasih. Ini telah dikenal oleh
bangsa-bangsa Eropa sejak 532 M, ketika mereka – atas usul salah seorang pemuka
agama – menetapkan penanggalan Masehi. Namun demikian, tidak sedikit agamawan
dan sejarahwan yang menolak tahun itu, antara lain, dengan dalih bahwa di dalam
Perjanjian Baru dinyatakan Almasih lahir pada masa pemerintahan Herodes,
sedangkan tokoh ini dikabarkan meninggal sekitar empat tahun sebelum tahun
pertama penanggalan Miladi itu.
Tanggal 25 Desember sebagai tanggal kelahiran Isa juga diragukan oleh sebagian orang dengan berbagai dalih dan alasan. Sebagai Muslim atau Kristen, boleh jadi kita dapat mentolerir perbedaan pendapat tersebut, tetapi yang tidak dapat kita terima adalah keraguan sebagian orang akan kehadiran Almasih di pentas bumi ini. Sejak abad ke-18, muncul sekelompok peneliti yang beranggapan bahwa Almasih adalah tokoh fiktif – bahkan hampir semua pembawa agama kecuali Nabi Muhammad saw. Mereka meragukan wujudnya dengan dalih bahwa Isa a.s. tidak disebut-sebut dalam sejarah yang berbicara tentang periode yang disebut sebagai masa kehadirannya dan bahwa kisah hidup beliau yang diuraikan selama ini sama dengan kisah tokoh-tokoh khayal yang dikenal sebelumnya.
Bukan hanya agamawan yang menolak keraguan di atas. Sederetan ilmuwan membuktikan kekeliruannya pula. Sebagai Muslim atau Kristen, kita yakin sepenuhnya bahwa – sebagaimana Muhammad saw. – Isa a.s. pun pernah hadir di pentas bumi ini walaupun boleh jadi kita berbeda tentang tanggal dan tahun kelahirannya. Kalau demikian, yang perlu kita pertanyakan dan renungkan adalah tujuan kehadirannya. Di sini jawabannya bisa banyak, ada yang disepakati dan ada pula yang diperselisihkan. Marilah kita singkirkan yang diperselisihkan dan mencari titik temu.
Hemat saya, salah satu yang disepakati adalah bahwa Isa dan Muhammad datang untuk umat manusia. Keduanya mengaku sebagai “anak manusia”. Berulangkali istilah ini ditemukan dalam Perjanjian Baru, dan berulangkali pula Al-Quran memerintahkan Muhammad saw. untuk menyatakan dirinya sebagai manusia seperti manusia lain. Keduanya datang membawa rahmat Ilahi.
“Aku datang membebaskan bumi,” sabda Isa.
“Aku rahmat bagi seluruh alam,” sabda Muhammad.
Tanggal 25 Desember sebagai tanggal kelahiran Isa juga diragukan oleh sebagian orang dengan berbagai dalih dan alasan. Sebagai Muslim atau Kristen, boleh jadi kita dapat mentolerir perbedaan pendapat tersebut, tetapi yang tidak dapat kita terima adalah keraguan sebagian orang akan kehadiran Almasih di pentas bumi ini. Sejak abad ke-18, muncul sekelompok peneliti yang beranggapan bahwa Almasih adalah tokoh fiktif – bahkan hampir semua pembawa agama kecuali Nabi Muhammad saw. Mereka meragukan wujudnya dengan dalih bahwa Isa a.s. tidak disebut-sebut dalam sejarah yang berbicara tentang periode yang disebut sebagai masa kehadirannya dan bahwa kisah hidup beliau yang diuraikan selama ini sama dengan kisah tokoh-tokoh khayal yang dikenal sebelumnya.
Bukan hanya agamawan yang menolak keraguan di atas. Sederetan ilmuwan membuktikan kekeliruannya pula. Sebagai Muslim atau Kristen, kita yakin sepenuhnya bahwa – sebagaimana Muhammad saw. – Isa a.s. pun pernah hadir di pentas bumi ini walaupun boleh jadi kita berbeda tentang tanggal dan tahun kelahirannya. Kalau demikian, yang perlu kita pertanyakan dan renungkan adalah tujuan kehadirannya. Di sini jawabannya bisa banyak, ada yang disepakati dan ada pula yang diperselisihkan. Marilah kita singkirkan yang diperselisihkan dan mencari titik temu.
Hemat saya, salah satu yang disepakati adalah bahwa Isa dan Muhammad datang untuk umat manusia. Keduanya mengaku sebagai “anak manusia”. Berulangkali istilah ini ditemukan dalam Perjanjian Baru, dan berulangkali pula Al-Quran memerintahkan Muhammad saw. untuk menyatakan dirinya sebagai manusia seperti manusia lain. Keduanya datang membawa rahmat Ilahi.
“Aku datang membebaskan bumi,” sabda Isa.
“Aku rahmat bagi seluruh alam,” sabda Muhammad.
Keduanya datang untuk membela yang lemah, membebaskan
yang tertindas, dan mengulurkan tangan kepada semua yang membutuhkan.
Ketika seseorang datang kepada Almasih dan menyatakan
telah melaksanakan perintah Tuhan, berupa “tidak berzina, tidak membunuh, tidak
mencuri, dan seterusnya,” Almasih berkata kepadanya:
“Ada satu yang belum engkau kerjakan. Pergilah dan
jual barangmu serta berikan kepada fakir miskin.”
Beliau juga bersabda: “Siapa yang memiliki dua baju
hendaklah dia memberikan kepada yang tidak memilikinya, siapa yang memiliki
makanan hendaklah ia memberi yang tidak punya makan.”
Di sinilah salah satu tempat pertemuan Muhammad saw. dan Isa a.s. dan dari sanalah mereka berjalan seiring bergandengan tangan dan dari sana pula umat mereka dapat bertemu dan berjalan bergandengan, khususnya di bumi Pancasila ini.
Terlepas dari apakah kelahiran Almasih bertepatan dengan 25 Desember atau tidak, namun seorang Muslim dianjurkan untuk membaca firman Allah yang, antara lain, menceritakan ucapan beliau pada saat kelahirannya.
Di sinilah salah satu tempat pertemuan Muhammad saw. dan Isa a.s. dan dari sanalah mereka berjalan seiring bergandengan tangan dan dari sana pula umat mereka dapat bertemu dan berjalan bergandengan, khususnya di bumi Pancasila ini.
Terlepas dari apakah kelahiran Almasih bertepatan dengan 25 Desember atau tidak, namun seorang Muslim dianjurkan untuk membaca firman Allah yang, antara lain, menceritakan ucapan beliau pada saat kelahirannya.
Salam sejahtera dilimpahkan padaku pada hari aku
dilahirkan, diwafatkan, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali (QS 19: 33). Semoga damai di bumi dan sejahtera umat
manusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar