Hidup di dunia ini hanya sebentar, seperti orang yang singgah di perjalanan.
Umur manusia bagaikan orang yang menyeberang
jalan.
Keabadian itu ada pada kehidupan yang akan
datang.
“ Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk
orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Dan kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-orang yang bertakwa,” (QS
al-Qashash [28]: 83).
Mesti disadari bahwa dalam segala aspek kehidupan terdapat kesempatan untuk ria dan sombong, bahkan dalam ibadah sekalipun sombong bisa hadir dalam bentuknya yang lain. Misalnya, ingin dipuji orang, dipandang saleh, alim, dan suci. Semua itu termasuk jebakan yang harus diwaspadai. Ikhlas dalam beribadah merupakan penangkalnya, kontinu terus-menerus ialah obatnya, tak terganggu oleh kemeriahan, harapan mendapat pujian dan penilaian dari orang lain.
Harta hanyalah alat untuk beribadah.
Mesti disadari bahwa dalam segala aspek kehidupan terdapat kesempatan untuk ria dan sombong, bahkan dalam ibadah sekalipun sombong bisa hadir dalam bentuknya yang lain. Misalnya, ingin dipuji orang, dipandang saleh, alim, dan suci. Semua itu termasuk jebakan yang harus diwaspadai. Ikhlas dalam beribadah merupakan penangkalnya, kontinu terus-menerus ialah obatnya, tak terganggu oleh kemeriahan, harapan mendapat pujian dan penilaian dari orang lain.
Harta hanyalah alat untuk beribadah.
Jabatan merupakan amanah untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada sesama.
Ditakdirkan mempunyai paras cantik atau tampan
untuk lebih bersyukur kepada Zat Pencipta, seperti diteladankan oleh Nabi Yusuf
AS, bukan untuk dipertontonkan apalagi diperjualbelikan. Semua termasuk ujian
agar manusia tetap beriman, beribadah, dan berakhlak mulia dalam hidup
keseharian.
Janganlah bersifat tinggi hati karena hal itu hak Allah SWT.
Janganlah bersifat tinggi hati karena hal itu hak Allah SWT.
Ia murka kepada orang yang menyaingi-Nya dan
menyindirnya,
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
ini dengan sombong karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus
bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung,” (QS al-Isra [17]:
37).
Dalam teladan kenabian,
Nabi Daud yang berkuasa tetap rendah
hati,
Nabi Sulaiman yang kaya raya tetap tawadhu,
Nabi Musa yang pintar tetap merasa
kurang,
Nabi Muhammad SAW yang paling taat dan suci
tetap beristighfar lebih dari 100 kali setiap hari. Itu semua
karena mereka menyadari kekurangannya dan menghindari kesombongan dalam jiwa
mereka.
Disarikan dari tulisannya, Prof H Dadang Kahmad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar