Abu Nawas bertaubat setelah usianya makin lanjut dan mulai tampak
kelemahan fisiknya. Ia mulai sadar dari mabuknya. Abu Nawas berpikir tentang
arti hidup dan segala akibatnya, tentang maut dan hari kemudian.
Abu Nawas yakin betapapun manusia
melakukan perbuatan dosa, pintu tobat selalu terbuka. Allah Maha Pengampun.
Seorang pengarang produktif tentang kebudayaan Islam Dr. Omar Farrukh yang juga menulis biografi Abu Nawas mengatakan, mungkin juga faktor cintanya yang mendalam pada seorang wanita Bagdad, Jinan, mendorongnya segera bertaubat.
Abu Nawas mencintainya sepenuh hati dan sering dinyatakan dalam sajak-sajaknya. Dengan segala cara penyair itu ingin mendekati Jinan, dan wanita itu pun tampaknya membalas cintanya dengan sembunyi-sembunyi.
Sajak-sajaknya yang ditulis setelah ia bertaubat memang sangat mengharukan. Ia menyesal sekali atas perbutannya yang sia-sia. Shalat lima waktu tak pernah dihiraukan.
Seorang pengarang produktif tentang kebudayaan Islam Dr. Omar Farrukh yang juga menulis biografi Abu Nawas mengatakan, mungkin juga faktor cintanya yang mendalam pada seorang wanita Bagdad, Jinan, mendorongnya segera bertaubat.
Abu Nawas mencintainya sepenuh hati dan sering dinyatakan dalam sajak-sajaknya. Dengan segala cara penyair itu ingin mendekati Jinan, dan wanita itu pun tampaknya membalas cintanya dengan sembunyi-sembunyi.
Sajak-sajaknya yang ditulis setelah ia bertaubat memang sangat mengharukan. Ia menyesal sekali atas perbutannya yang sia-sia. Shalat lima waktu tak pernah dihiraukan.
Dan hanya kepada Allah, Yang Maha
Tinggi ia berdoa memohon pengampunan, seperti yang telah diberikan kepada Nabi
Yunus (al-Qalam [68]: 48; as-Saffat [37]: 142).
sumber http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/03/14/nl6j4r-sajaksajak-pertaubatan-abu-nawas
Catatan :
Abu Nawas dikenal sebagai penyair
populer pada masa dinasti Abbasiyah saat pemerintahan Harun Ar-Rasyid (sekitar
806). Ayahnya hanya tentara di pemerintahan Marwan bin Muhammad dan ibunya
hanya seorang pencuci kain wol. Kisahnya yang lucu dan humoris banyak digambarkan
dalam kisah teladan Seribu Satu Malam. Oleh Philip F Kennedy diulas dalam Wine Song in Classical Arabic Poetry pada tahun 1997.
Makamnya hingga
kini banyak diziarahi kaum muslimin di kota Baghdad dan irak. Abu Nawas yang
nama lengkapnya Abu Nawas al-Hasan bin Hani al-Hakami ini, pernah belajar
bahasa dan sastra Arab, hadits dan Quran di Basra melalui ulama-ulama kondang
seperti Abu Zaid, Ashar bin Sa`ad as-Samman. Kemudian di Kuffah belajar pada
penyair Arab, Khalaf al-Ahmar. Salah satu karyanya yang masih banyak dipakai
oleh kaum muslimin sebagai renungan sekaligus iktibar liriknya sebagai berkut
Sajak Pertobatan
Tuhan,
walau dosaku besar sekali
Aku
tahu Kau Maha Pengampun
Kalau
yang berharap padaMU
Hanya
orang-orang saleh
Kepada
siapakah pendosa ini berlindung…
Kalau
tanganku Kau tolak
Siapa
lagi yang akan mengampuni dosaku
Hanya
padaMu aku berharap dan memohon
Sebab
Kau maha Indah dan Maha Pengampun
Selain
itu aku ini seorang muslim
Abu Nawas juga dikenal dengan julukan
Penyair khamar karena puisinya yang mendeskripsikan lezatnya dan kebusukan
minuman khamar dalam puisi Khumrayat. Meski
sempat menjadi penyair istana, pada suatu ketika ia melantunkan puisi yang
membuat murka khalifah Harun al-Rasyid karena menghina kabilah Arab Mudar yang
mengakibatkannya dipenjara. Syair-syair lain yang terkenal dihimpun dalama
Dewan Abu Nawas diterbitkan di Wina (1855) dan Bombay (1894). Puisi itu
dihimpun dalam manuskrip yang tersimpan di perpustakaan Berlin, Wina, Leiden,
Bodiana dan Mosul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar