Islam memerintahkan seorang muslim untuk bersabar agar mencapai
keberuntungan (QS Ali Imran 3:200). Seorang muslim dilarang marah karena
masalah personal. Dalam sebuah hadits sahih riwayat Bukhari seorang lelaki
meminta nasihat kepada Nabi. Nabi menjawab berulang-ulang sebanyak pertanyaan
pria tersebut: “Jangan marah!” Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya
sikap sabar dalam kehidupan sosial. Semua orang memahami bahwa marah adalah
perilaku yang tidak baik. Namun, demikian tidak semua orang dapat mengontrol
dirinya untuk tidak marah terutama ketika menghadapi suatu situasi emosional
tertentu. Termasuk di antaranya adalah bagaimana mengontrol diri saat
menghadapi pasangan rumah tangga suami atau istri yang sedang marah.
Sebuah konflik dalam rumah tangga berawal dari rasa marah. Dari rasa marah itulah kemudian timbul pertengkaran. Rasa marah itu sendiri disebabkan oleh banyak faktor. Dari persoalan yang ringan sampai yang berat. Dari rasa depresi dan stress atau karena perilaku pasangan yang salah. Satu hal yang pasti, kemarahan yang berujung pertengkaran akan menyebabkan hubungan suami-istri menjadi renggang. Dan kerenggangan itu dapat semakin memburuk dan berakhir perceraian apabila tidak segera diatasi. Mengatasi kemarahan pasangan secara tepat dan benar itu sangat penting karena penanganan yang salah akan membuat masalah semakin kacau dan runyam.
Beberapa poin berikut penting untuk diperhatikan saat melihat
pasangan kita marah.
Pertama, apabila pasangan Anda sedang
marah, maka hal pertama yang harus dilihat adalah apakah kekesalannya itu
disebabkan oleh Anda. Introspeksi dan jujurlah pada diri sendiri. Kalau
iya, maka Anda perlu legowo untuk meminta maaf. Satu kata maaf
akan menghapus kekesalan pasangan.
Apabila marahnya pasangan pada Anda bukan karena kesalahan Anda,
tapi karena kesalahpahaman semata, maka jangan ladeni kemarahannya. Diam adalah
emas pada situasi semacam ini seperti sabda Rasulullah, “Katakan yang baik atau
diam!”. Saat kekesalannya reda dan waktunya dianggap tepat untuk berbicara dari
hati ke hati, tibalah saatnya bagi Anda untuk menjelaskan masalah yang
sebanarnya. Begitu juga, apabila kemarahannya disebabkan oleh faktor
eksternal seperti masalah kantor dan semacamnya di mana Anda hanya menjadi
pelampiasan, maka kalau Anda kuat, dengarkan dan biarkan dia bicara dan jangan
menyela omongannya. Tapi kalau Anda tidak kuat, menjauhlah darinya dengan
cara-cara yang sekiranya tidak menyinggung perasaannya.
Kedua, beri batasan yang jelas terhadap ekspresi kemarahan
yang bisa Anda tolerir. Saat situasi sudah tenang dan nyaman kembali beberapa
hari kemudian, Anda perlu mengingatkan pasangan Anda apabila ada kata-kata
pasangan Anda pada saat marah yang tidak bisa ditolerir dan jangan sampai
terucap lagi di kemudian hari. Pembatasan seperti ini penting agar
pasangan tahu batas dan tidak ngelunjak saat mengumbar
kemarahan. Inilah salah satu cara Anda melakukan bargaining (tawar-menawar)
dengan pasangan. Sabar secara total atas segala sikap pasangan yang
sebenarnya tidak mengenakkan hati itu akan membuat Anda semakin tertekan di
satu sisi dan akan membuat pasangan semakin tidak terkontrol di sisi yang lain.
Dua-duanya merupakan sikap yang berbahaya bagi kesehatan hubungan yang harmonis.
Ketiga, pastikan pasangan Anda tahu apa
perilakunya yang menyenangkan dan apa yang tidak. Tunjukkan apresiasi Anda
dalam bentuk ucapan atau sikap apresiatif saat Anda senang agar dia merasa
dihargai. Sebaliknya pilihlah waktu yang tepat untuk mengungkapkan
ketidaksukaan Anda pada sikap pasangan Anda atau untuk memberi masukan, saran
dan nasihat.
Oleh A. Fatih Syuhud
Ditulis untuk Buletin Santri
Ponpes Al-Khoirot Malang
Ditulis untuk Buletin Santri
Ponpes Al-Khoirot Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar