Kamis, 07 Mei 2009
Para Rasis Bersatu
Negara Barat, nyatanya menolak anti rasisme.
Takut disudutkan dalam KTT Anti Rasialis, Israel merayu negara-negara Barat lakukan boikot.
Oleh Adhes Satria
Usaha lobi Israel untuk menggagalkan Konferensi Anti Rasialisme tersebut nampak jelas. Hasilnya, Amerika menyatakan tidak akan menghadiri konferensi tingkat tinggi di Jenewa itu. Sebab, Washington keberatan dengan draf deklarasi yang telah disiapkan. Kanada, Australia, Swedia, Jerman dan Belanda telah mengumumkan sikap mereka untuk memboikot forum KTT tersebut.
Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia PBB mengatakan, pemboikotan Australia terhadap konperensi besar anti-rasisme yang dimulai 20 April 2009 di Swiss merupakan preseden buruk bagi dunia internasional.
Australia dan beberapa negara Eropa menyertai Amerika Serikat, Israel dan Kanada memboikot konferensi itu. Mereka khawatir, konferensi berubah menjadi ajang menentang Israel.
Lobi Israel tidak ingin AS menentang praktik rasisme yang pasti akan mengorbankan kepentingan Israel di Palestina dan Timur Tengah. Jurubicara kementerian luar negeri Israel, Yossi Levy menyebutkan pertemuan PBB itu sebagai satu pertunjukan yang tragis.
"Secara resmi pertemuan itu bertujuan untuk melarang rasisme, tapi hal itu menyerukan untuk menghancurkan Israel," katanya.
Ketidakinginan AS berpartisipasi dalam konferensi itu, karena khawatir forum menjadi ajang anti Semit. Israel membujuk AS dan Uni Eropa agar resolusi konferensi di Durban dan Jenewa, tidak mencapai hasil yang maksimal.
Konferensi Dunia Menentang Rasisme itu, menjadi ramai, dan penuh dengan perdebatan, karena semakin menggejala praktik-praktik rasisme, terutama yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina.
Dalam acara tersebut juga direncanakan pertemuan antara Ahmadinejad dengan Presiden Swiss. Namun seperti biasa, Israel sangat kesal dan ketakutan.
“Kami sedang berusaha untuk membujuk presiden Swiss agar tidak bertemu dengan Ahmadinejad,” kata Aharon Lechnoyaar, wakil Israel di PBB di Jenewa.
Kehadiran Ahmadinejad dalam acara itu memicu ketakutan-ketakutan bahwa pertemuan lima hari tersebut akan berakhir dengan tidak menyenangkan, seperti pada pertemuan sebelumnya yang diadakan delapan tahun silam di Durban, Afrika Selatan.
Presiden Iran, satu-satunya kepala negara hadir dianggap akan mendorong opini yang meyakini bahwa holocaust hanya sebuah mitos.
Kecam Zionis Israel
Konferensi Internasional Anti Rasialisme PBB yang lebih dikenal dengan "Durban II" dimulai Senin (20/4) tanpa kehadiran AS, Israel dan sejumlah negara lain. Mereka khawatir konferensi akan menjadi ajang pesta orang-orang Arab menyerang Israel.
Apalagi konferensi tersebut dibuka dengan pidato Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad. Kehadiran Ahmadinejad telah menebarkan ketakutan bahwa konferensi lima hari itu akan berakhir pada penyudutan Israel.
Seperti diberitakan sebelumnya, gelombang pengunjuk rasa (19/4) turun ke jalan-jalan di Genewa, Swiss untuk mengutuk kebijakan rasisme Zionis Israel.
Demo berlangsung menjelang pelaksanaan Konferensi Internasional Anti Rasialisme yang disponsori oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Aksi itu diikuti oleh sejumlah Organisasi Non-pemerintah (NGO) dari Swiss, negara-negara Arab, Afrika, dan negara-negara lain.
Forum Jenewa itu bertujuan untuk mendamaikan perselisihan yang terjadi dalam konferensi serupa di Durban, Afrika Selatan, pada 2001. Komisi Tinggi untuk Hak Asasi Manusia PBB Navi Pillay menyatakan “terkejut dan sangat tidak sependapat” dengan aksi boikot itu.
AS menganggap draf deklarasi akhir Durban Review Conference (DRC ) sebagaio deklarasi yang tidak dapat didukung. Sikap pemerintah AS, jelas tak dapat bersikap objektif, terutama dalam mensikapi kasus Israel, yang sudah benar melaksanakan politik rasisme, dan apartheid.
Dalam konferensi tahun 2001 di Durban, Afrika Selatan, AS dan Israel keluar dari forum karena sebuah poin draft resolusi pada konferensi itu mengecam Israel dan menyamakan Zionisme dengan Rasisme.
Konferensi ini bertujuan membahas kemajuan yang dicapai dalam bidang memerangi rasisme dari tahun 2001 hingga sekarang.
Sikap Amerika, Israel dan sekutunya kian memperjelas siapa sesungguhnya orang, negara dan kelompok yang tidak menjungjung tinggi hak asasi manusia. Kini, jika mereka berkoar-koar tentang rasisme, apakah kita masih mau mendengar?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar