Jumat, 30 April 2010

Kebahagiaan Itu Mudah Di Raih.

Di antara nikmat terbesar adalah kegembiraan, ketenteraman dan ketenangan hati. Ini adalah karena, di dalam kegembiraan hati itu terdapat keteguhan pikir, produktiviti yang bagus, dan keriangan jiwa.

Banyak orang mengatakan: “Kegembiraan merupakan seni yang dapat dipelajari.”

Barangsiapa yang mengetahui cara menghasilkannya, tentu akan merasa mudah meraihnya dan dapat memanfaatkan pelbagai kenikmatan dan kemudahan hidup, serta mampu menjadikan apa yang berada disekitarnya sebagai sarana dalam mencapai kebahagiaan hidup. Adapun perkara utama untuk meraih kebahagiaan adalah dengan meningkatkan daya ketahanan jiwa raga, tidak mudah goyah oleh goncangan-goncangan, tidak gentar dengan berbagai peristiwa yang menerpa, dan tidak sibuk memikirkan perkara-perkara yang kecil dan remeh. Begitulah, semakin kuat dan jernih hati seseorang, maka akan semakin bersinar pula jiwanya.

Hati yang sentiasa diliputi kekuatiran, lemah tekadnya, rendah semangat, dan sering berada di dalam kegelisahan, akan selalu diliputi dengan kecemasan kedukaan dan kesedihan. Oleh sebab itu, barangsiapa membiasakan jiwanya bersikap dengan kesabaran dan tahan terhadap segala perkara yang mencemaskan, nescaya setiap goncangan dan tekanan akan terasa ringan.

Jika seorang pemuda meningkatkan ketahanan diri
Maka segala sesuatu akan berlalu
Dan yang tersisa hanya kebahagiaan…

Di antara musuh utama kegembiraan adalah wawasan yang sempit, pandangan yang cetek, dan egoisme dan sikap melupakan keadaan alam seisinya tanpa mengambil pelajaran daripadanya. Dan Allah menyifatkan musuh-musuhNya sebagaimana berikut:
“… mereka dicemaskan oleh diri mereka sendiri…” (Ali-Imran: 154)

Orang-orang yang berpikiran sempit, sentiasa melihat dunia ini menurut perspektif mereka sendiri. Mereka tidak pernah memikirkan pandangan orang lain, mereka merasakan hidup hanya untuk kepentingan diri sendiri, dan sama sekali tidak memperhatikan kepentingan orang lain. Sesungguhnya di antara saya dan anda terkadang harus memperhatikan, tetapi suatu saat kita perlu menyisihkan waktu untuk menyibukkan diri dengan sesuatu kepentingan yang harus kita lakukan secara peribadi dan menjauhkan diri dari orang lain untuk menyembuhkan luka, dukacita, dan kesedihan kita. Maka dengan demikian, kita akan memperolehi dua perkara sekaligus iaitu kebahagiaan diri dan kebahagiaan orang lain.

Suatu perkara utama yang perlu anda lakukan dalam meraih seni kebahagiaan ialah bagaimana mengendalikan diri dan menjaga pikiran anda. Sekiranya pikiran anda tidak dikendalikan, tentu pikiran anda akan terbawa ke mana-mana, begitu juga fail kesedihan yang tersimpan di dalam pikiran anda terbuka kembali dan buku kesedihan yang telah tertulis sejak anda dilahirkan dari perut ibu akan terbaca kembali. Sesungguhnya pikiran liar yang tidak terkendali itu hanya akan menghidupkan kembali luka lama, bahkan juga mencemaskan masa hadapan. Ia juga dapat membuatkan tubuh gementar, melenyapkan jati diri, dan perasaan terbakar. Oleh karena itu, kendalikan pikiran anda ke arah yang baik dan mengarah pada perbuatan bermanfaat.
“Dan, bertawakkallah kepada Dzat Yang Maha Hidup dan tidak pernah mati…” (Al-Furqan: 58)

Perkara utama yang juga penting dalam mempelajari seni kegembiraan adalah bahwa anda harus menempatkan kehidupan ini sesuai dengan keadaannya yang sebenar. Bagaimanapun, kehidupan ini laksana permainan yang harus diwaspadai karena dunia ini adalah pusat terjadinya segala kekejian, kepedihan dan bencana. Jika demikianlah sifat-sifat dunia, maka mengapa ia harus diberikan perhatian dan bersedih di atas kehilangannya? Keindahan hidup di dunia ini seringkali palsu, janji-janjinya hanya fatamorgana belaka, apa yang terlahir pasti akan lenyap, orang yang menjadi tuan di dunia akan didengki, dan orang yang mendapat nikmat akan dibenci, dan kekasih tercinta suatu ketika akan membunuh dengan kepergiannya.

Bapa kami membangun ummah
sedang kami adalah penghuninya
Setiap saat terdengar burung gagak.
Kami menangis di dunia ini
dan tidak terikat dengannya
sedangkan bagi mereka
dunia telah mengumpulkan mereka
dan tidak terpisahkan.
Lantas di manakah
para penguasa yang sombong itu.
Mereka mengumpulkan harta
seolah akan dibawa mati.
Mereka tidak menyisakan buat orang lain
yang hidup dalam kesempitan.
Begitu terus sehingga tubuh dihimpit tanah
dalam liang lahad.
Mereka membisu dalam kesombongan
seolah tidak tahu sama sekali.
Sesungguhnya setiap kalimah mereka
adalah kemutlakan yang harus dituruti.

Dalam sebuah hadits disebutkan:

“Sesungguhnya ilmu itu didapati hanya dengan cara mempelajari; dan keramahan itu diperolehi dengan cara membiasakan bersikap sopan.”

Dalam ilmu peradaban disebutkan bahwa kegembiraan itu tidak datang begitu saja; harus diusahakan dan dipenuhi segala sesuatu yang menjadi prasyaratnya. Lebih dari itu, untuk mencapai kebahagiaan anda harus menahan diri dari sesuatu yang tidak bermanfaat. Begitulah cara membina jiwa agar sentiasa bersedia di ajak mencari kebahagiaan.

Kehidupan dunia ini sebenarnya tidak berhak membuat kita bermuram durja, mengeluh dan lemah semangat. Sebuah syair mengatakan:

Hukum kematian telah berlangsung di muka bumi
Apalah dunia ini dibanding dengan rumah nanti
Saat kau melihat manusia di dalamnya bercerita
Kau kumpulkan cerita dari berbagai sumber cerita
Cerita itu kau cetak di atas kotoran
Sedang kau menginginkannya suci dari segala debu dan kotoran
Mengumpulkan hari-hari
adalah berlawanan dengan sifat alaminya
sama dengan meminta bara api di genangan air
Bila kau mengharapkan kemustahilan
kau telah membangunkan harapan
di tepi jurang yang runtuh
Usirlah keraguan yang ada di dirimu secepatnya
Kehidupan yang kau miliki
adalah selembut dari berberapa lembaran
Mereka berpacu mengejar kuda perkasa
bergegas agar dapat kembali
sampai mereka cacat
Tidak mungkin kau meraih kejayaan
dalam suatu zaman
jika kau menyerah
sebab watak zaman adalah melawan kebebasan

Dan pada hakikatnya, anda tidak mampu melepaskan diri dari pengaruh kesedihan, karena kehidupan dunia ini memang diciptakan penuh dengan kesedihan.
“Kami telah menciptakan manusia dalam susah payah.” (Al-Balad: 4)

“Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dari setitis mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya…” (Al-Insaan: 2)
“…supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang paling baik amalnya…” (Al-Mulk: 2)
Namun demikian, hal ini tidaklah beerti anda harus tenggelam dalam kesedihan. Usahakanlah agar kesedihan, kecemasan dan kedukaan anda itu dapat dikurangkan dan lebih ringan dirasakan. Adapun tempat yang tiada kesedihan sama sekali hanyalah disyurga yang penuh dengan kenikmatan. Oleh karena itu, orang-orang yang memperolehi nikmat di dalam syurga berkata:
“…segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan dukacita dari kami…” (Fathir: 34)
Ini merupakan dalil bahawa kesedihan tidak akan lenyap dari seseorang kecuali apabila kita sudah berada disyurga kelak (Amin). Demikian juga kebencian tidak akan lenyap kecuali setelah manusia masuk syurga.
“Dan, Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada di dalam hati mereka…” (Al-Hijr: 47)
Maka barangsiapa mengetahui keadaan kehidupan dunia dan sifatnya, nescaya ia akan dapat menghadapi setiap rintangan dan menyikapi tabiatnya yang kasar dan pengecut itu. Dan kemudian, ia akan menyedari bahawa memang demikianlah sifat dan tabiat dunia itu.

Kenikmatan dunia seperti bersumpah
bahwa dia tidak akan berkhianat
Seolah-olah dunia mengatakan
bahwa dia tidak mungkin akan binasa.

Jika benar dunia seperti yang kita gambarkan di atas, segala urusan seperti yang telah kami sebutkan, sebaiknya kita menyaring segala sesuatu yang ada di dunia ini agar kita tidak terpengaruh olehnya. Dengan demikian, kita tidak menyerah terhadap dunia yang penuh dengan kekotoran, kecemasan, kedukaan dan kesedihan. Bahkan sebaliknya, mereka harus melawan semuanya itu dengan seluruh kekuatan yang telah Allah kurniakan kepadanya.

“Dan, siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu…” (Al-Anfal: 60)

“…mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh).” (Ali-Imran: 146)

RENUNGAN

Jangan bersedih, sekiranya anda hidup miskin, betapapun masih terdapat orang di sekeliling anda yang hidup dililit hutang!

Jangan bersedih karena tidak mempunyai kenderaan, sebab masih banyak orang di sekeliling anda yang kakinya kudung. Jangan bersedih karena suatu penyakit, betapapun masih banyak orang selain anda yang mungkin telah bertahun-tahun terbaring di atas katil.

Jangan bersedih karena anda kehilangan seorang anak, sebab masih ada orang lain yang telah kehilangan beberapa anaknya dalam suatu kecelakaan sekaligus.

Jangan bersedih, karena anda seorang muslim yang beriman kepada Allah, para rasulNya, malaikatNya, kitab-kitabNya, hari qiamat dan qadha’ serta qadar yang baik dan yang buruk! Karena, masih banyak orang kafir yang mengingkari Allah, mendustakan rasul-rasulNya, menyimpang dari ajaran kitab suci, dan mengingkari hari qiamat, serta tidak mempercayai qadha’ dan qadar.

Jangan bersedih! Sekiranya anda telah berbuat dosa, segeralah bertaubat; sekiranya anda telah melakukan kejahatan, mintalah keampunanNya; dan sekiranya anda telah melakukan kesalahan, perbaikilah kesalahan itu. Bagaimanapun, rahmat dan kasih sayang Allah itu teramat luasnya, pintu rahmatNya terbuka luas dan keampunanNya sentiasa melimpah-ruah dan taubat yang anda lakukan pasti diterima.

Jangan bersedih, karena (dengan izin Allah) anda sendirilah yang menggerakkan saraf anda, mengubah keadaan anda, meletihkan hati anda mengganggu tidur anda dan membangunkan malam-malam anda (qiyamullail).

Seoang penyair berkata:

Terkadang bencana
membuat sesak dada seorang pemuda
sedang hanya Allah yang Memiliki jalan keluar
Setiap peristiwa terasa berperanan dalam menyesakkan dadanya
Sehingga ia mengira tidak ada jalan keluar dari bencana itu…


Oleh Dr ‘Aidh bin Abdullah Al-Qarni

Mutiara Hati*
29 Mei 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar