Senin, 07 Desember 2015

kasus Setya Novanto, Skenario Baru Pimpinan DPR, Fadli Zon, dan Fahri Hamzah Tersingkir

Kasus Setya Novanto, Skenario Baru Pimpinan DPR, Fadli Zon, dan Fahri Hamzah Tersingkir


Dapat dipastikan Setya Novanto akan tersingkir sebagai dari DPR; bukan hanya sebagai Ketua DPR tetapi sebagai anggota pun tidak. Perkembangan terakhir kasus Setya Novanto yang terkenal dengan Papa Minta Saham dan pencatutan nama Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla, membuat posisi Setya Novanto kritis. Penjalanan rancangan strategi alias Plan B dari the operators of silent operation benar-benar berjalan sesuai dengan rencana. Melihat perkembangan terakhir Fadli Zon pun angkat bicara – sebagaimana biasa membela Setya Novanto. Mari kita telaah sikap Fadli Zon terkait dengan kasus Setya Novanto yang membela mati-matian dengan hati gembira ria senang sentosa tertawa terbahak menertawai MKD (Mahkamah Kehormatan Dewan) dan Fadli Zon sepenuh suka-cita bahagia riang menari menyanyi berdansa pesta-pora senantiasa selamanya. 

Luar biasa Fadli Zon, siapapun yang berseberangan dengan kepentingan penyelamatan Setya Novanto dikritik tajam. Dulu, ketika masih kuat di koalisi Prabowo duo FF Fadli dan Fahri secara serampangan adalah pengritik kuat Presiden Jokowi. Seiring berjalannya waktu tampak adanya kompromi kekuasaan antara Istana dengan parlemen dengan kekuatan lobby Jenderal Luhut dan Pramono Anung serta Jusuf Kalla. 

Kepentingan ‘cari makan sebagaimana disebut oleh’ mafia Petral dan migas Riza Chalid - yang sudah disebut dalam audit Petral -  atau Reza Chalid atau Muhammad Riza atau Reza Chalid menjadi prioritas. Maka tak heran Fadli Zon dan Fahri Hamzah membela mati-matian dan melawan logika umum bergembar-gembor tak berguna: Setya Novanto tak bersalah di atas otak jutaan bahkan ratusan juta penonton televisi dan pembaca berita online dan off-line. 

MKD pun menjadi lembaga yang tidak bermakna lagi di depan publik. Hancur berkeping citranya. Ditambah dengan langkah untuk memidanakan pemufakatan jahat yang diselidiki oleh Kajaksaan Agung dan Polri, maka keputusan apapun yang akan diambil oleh MKD menjadi tak berguna. Maka kini MKD secara jelas menyebut Setya Novanto bersalah. Namun, tindakan MKD atau keputusan MKD sudah tidak berguna sama sekali untuk menyelamatkan Setya Novanto. Tamat. 

Yang paling dirugikan dengan hilangnya Setya Novanto, tidak hanya Golkar, namun juga Fadli Zon dan Fahri Hamzah. Pucuk trio-kwek-kwek akan lengser atau dilengserkan dan berisik Setya Novanto-Fadli-Fahri akan berakhir. Bagaimana kekuatan koalisi Prabowo? Tamat. Paling Demokrat akan bergabung menggantikan PAN. 

Di kalangan DPR sendiri tata-cara dan omongan serta cara berkomunikasi Fahri Hamzah dan Fadli Zon menjadi contoh sempurna kesopan-santunan anggota DPR. Tidak ada satu pun anggota DPR yang keberatan dan harus mencontoh cara Fahri dan Fadli sebagai pimpinan DPR berbicara, berkomunikasi yang menunjukkan bahwa DPR adalah penguasa langit dan Bumi yang mampu mengendalikan lembaga kepresidenan sekalipun. 

Karena kehebatan dan kesempurnaan Fahri-Fadli dan Setya Novanto yang pintar melobby layaknya Henry Kissinger – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat. Kehebatan lobby gaya calo Setya Novanto telah terbukti dan menjungkalkannya dari kursi Ketua DPR. Kini yang terbayang adalah pimpinan DPR baru. 

UU MD 3 menyaratkan sistem pimpinan DPR sistem paket. Nah, karena paketnya Setya Novanto, maka otomatis 3 pimpinan lain yakni Fahri Hamzah, Fadli Zon dan Taufik Kurniawan akan dikocok ulang. Sementara konstelasi dan kontestasi di DPR telah berubah. Dipastikan dalam sistem kocok ulang akan terjadi sistem paket yang akan menyingkirkan Fadli Zon dan Fahri Hamzah. Masukknya PAN, pecahnya Golkar dan PPP, memungkinkan voting akan dimenangi oleh paket Pimpinan DPR versi koalisi Jokowi. 

Oleh karena itu, menjadi beralasan bahwa Fadli Zon berjuang sampai titik darah penghabisan untuk menyelamatkan Setya Novanto, demi posisi dirinya, bukan demi Setya Novanto. Luhut Sitompoel pun mengisaratkan untuk agar Setya Novanto mundur atau dimundurkan. Artinya Demokrat pun menginginkan politik yang sejuk. Prabowo pun bersetuju untuk mendukung pemerintahan yang membela rakyat. Gerindra atau Prabowo mengambil jarak dari kasus Setya Novanto dan Prabowo tidak pasang badan demi Setya Novanto. Bagaimana pun Gerindra dan Prabowo tak hendak mengorbankan partai demi partai Golkar yang jelas pesaing di 2019. 

Jadi, posisi Ketua DPR dan pimpinan DPR akan lenyap digantikan dengan kekuatan baru. Itu hal yang ditakutkan oleh Fadli Zon dan Fahri Hamzah tetap membela Setya Novanto yang sudah 100% akan hengkang dari DPR. Bahkan jika terbukti melakukan pemufakatan jahat, dipastikan Setya Novanto akan masuk kurungan sesuai dengan teori dan strategi membiarkan burung bertarung, lemah dan dikurung di kandangin. 

Pun jika Ketua DPR baru dan posisi Fadli dan Fahri Hamzah masih di wakil ketua, Ketua DPR yang baru tak akan mengkuti gaya dan strategi demokrasi ugal-ugalan yang diparktikkan oleh Fahri Hamzah dan Fadli Zon yang sedikit-sedikit mengancam interpelasi sampai pemakzulan terhadap Presiden Jokowi. Bahkan kunjungan ke kabut asap oleh Presiden Jokowi pun disebut sebagai wisata atau pelesiran asap. Wah. Inilah yang menjatuhkan mereka: kejumawaan. 

Karenanya, pasca Setya Novanto, Fadli dan Fahri akan kehilangan taji dan kekuasaan dan pengaruh yang menjadi sebab sekarang berjuang mati-matian melawan arus nalar jutaan manusia Indonesia. Dan, apapun keputusan MKD tak memiliki makna apapun saat ini untuk menyelamatkan Setya Novanto. Dan jelas itu akan membawa dampak Fadli dan Fahri kehilangan posisi sebagai pimpinan DPR. 

Salam bahagia ala saya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ninoy/kasus-setya-novanto-skenario-baru-pimpinan-dpr-fadli-zon-dan-fahri-hamzah-tersingkir_566259c3f37e617d0501dabc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar