Oleh Rian Hidayat El-Padary
''Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.'' (QS Azzumar [39]: 53).
Alam ini dinamis dan manusia hanya dapat hidup tenteram jika mengikuti kedinamisan alam. Alam ini terus berubah, maka hanya manusia yang ber-harakah, yang bisa bersinergi dengan alam.
Dalam menjalani kedinamisan alam, tentu kita harus memiliki motivasi yang tinggi agar tidak terempas dari peradaban. Jika hamba dikaruniai semangat yang besar, dia akan berjalan di atas jalan keutamaan dan akan menaiki tangga dalam derajat yang tinggi.
Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat rupa-rupa kalian, melainkan Dia hanya melihat amal dan hati kalian.'' (HR Abu Hurairah).
Semangat dan motivasi adalah pusat penggerak, yang membentuk kepribadian, dan yang mengawasi organ-organ tubuh. Semangat adalah bahan bakar jiwa dan kekuatan yang berkobar-kobar, yang akan menggerakkan pemiliknya untuk melompat tinggi dan memburu nilai-nilai kemuliaan.
Motivasi itu terbagi dua. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang lahir dari dalam (intrinsik) tentu jauh lebih besar pengaruhnya jika dibandingkan motivasi buatan yang dibuat-buat dari luar (ekstrinsik).
Setiap perbuatan pasti didasari oleh motivasi tertentu. Teori-teori dasar dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) semuanya mengenai motivasi, mulai dari teori Kebutuhan Maslow, teori Keadilan, teori Harapan, dan sebagainya. Benang merah dari semua itu adalah tak mungkin ada perbuatan yang terjadi tanpa dilandasi motivasi apa pun.
Dalam kaitan ini, karena hidup itu dinamis, tidak selamanya kita berada di puncak motivasi. Tapi bagi para pejuang, dalam letih pun mereka akan tetap tersenyum. Karena, apa yang ditunaikan menjadi jaminan bermaknanya usia dan bermanfaatnya kehidupan. Untuk itu, tiap jerih akan dibalas dengan surga-Nya.
Siapa yang tidak memiliki semangat surgawi, semangat untuk meraih ridha akan keesaan Allah SWT, maka setan akan menyibukkannya dengan aktivitas berpola negatif. Pribadi yang panjang angan serta mengisi usia dengan berfoya, akan menjadi budak hawa nafsu yang tak pernah terpuaskan.
Kalau kita tidak memiliki motivasi yang kuat untuk meraih ridha Allah SWT, maka karunia potensi fisik, akal, dan roh itu terlalu berharga untuk disia-siakan dalam kekufuran atas nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar