Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta
alam. Shalawat dansalam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-,
keluarga dan para sahabatnya.
Salah satu amal khusus pada hari Jum’at adalah membaca
surat Al-Kahfi, baik pada malam atau siang harinya. Kesempatan membacanya
dimulai sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis. Kesempatan ini berakhir
sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’atnya.
Dari Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu,
dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ
"Siapa membaca surat al-Kahfi pada malam
Jum’at, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dia dan Baitul
'Atiq." (HR. Al-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan al-Nasai dan
Al-Hakim serta dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib,
no. 736 dan Shahih al-Jami’, no. 6471)
Masih dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu
'Anhu,
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ أَضَآءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ
"Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi di hari
Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum'at."
(HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi: 3/249. Ibnul Hajar mengomentari hadits ini
dalam Takhrij al-Adzkar, “Hadits hasan.” Beliau menyatakan bahwa hadits ini
adalah hadits paling kuat tentang anjuran membaca surat Al-Kahfi. Syaikh
Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Jami’, no. 6470)
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma,
berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ
"Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari
Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan
meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua Jum'at.”
Al-Mundziri berkata: "Hadits ini diriwayatkan
oleh Abu Bakr bin Mardawaih dalam tafsirnya dengan isnad yang tidak apa-apa."
(Dari kitab at-Targhib wa al- Tarhib: 1/298)
. . . Kesempatan membacanya dimulai sejak terbenamnya matahari pada hari
Kamis. Kesempatan ini berakhir sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’atnya.
. .
Imam al-Munawi berkata: Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Amali-nya
berkata: Demikian riwayat-riwayat yang ada menggunakan kata “Yaum al-Jum'ah”
dan dalam beberapa riwayat lain “lailah al-Jum'ah”Jum’at. Lalu dikompromikan
bahwa maksud hari di sini adalah dengan malamnya dan Maksud malam di sini
adalah dengan siang harinya." (Faidhul Qadir: 6/199)
Al-Munawi berkata lagi, "Maka disunnahkan
membacanya (surat al-Kahfi) pada hari Jum'at dan begitu juga pada malamnya
sebagaimana yang dinashkan oleh al-Syafi'i Radhiyallahu 'Anhu."
(Faidhul Qadir: 6/198)
Imam Al-Syafi'i rahimahullah dalam
Al-Umm menyatakan bahwa membaca surat al-Kahfi bisa dilakukan pada malam Jum'at
dan siangnya berdasarkan riwayat tentangnya. (Al-Umm, Imam al-Syafi'i: 1/237).
DR Muhammad Bakar Isma’il dalam Al-Fiqh al Wadhih min
al Kitab wa al Sunnah menyebutkan bahwa di antara amalan yang dianjurkan untuk
dikerjakan pada malam dan hari Jum’at adalah membaca surat al-Kahfi berdasarkan
hadits di atas. (Al-Fiqhul Wadhih minal Kitab was Sunnah, hal 241).
Keutamaan Membaca Surat
Al-Kahfi di Hari Jum’at
Tentang keutamaanya, pembacanya akan diberikan cahaya
(disinari). Dan cahaya ini diberikan pada hari kiamat, yang memanjang dari
bawah kedua telapak kakinya sampai ke langit. Dan hal ini menunjukkan
panjangnya jarak cahaya yang diberikan kepadanya, sebagaimana firman Allah
Ta’ala:
يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ
"Pada hari ketika kamu melihat orang mukmin
laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di
sebelah kanan mereka.” (QS. Al-Hadid: 12)
Balasan kedua bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi
pada hari Jum’at berupa ampunan dosa antara dua Jum’at. Dan boleh jadi inilah
maksud dari disinari di antara dua Jum’at. Karena nurr (cahaya) ketaatan akan
menghapuskan kegelapan maksiat, seperti firman Allah Ta’ala:
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ
"Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik
itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Huud: 114)
4 Kisah di Dalam Surat
Al-Kahfi
Keutamaan surat Al-Kahfi tidak lepas dari isi yang
terkandung di dalamnya. Di antaranya kisah-kisah sarat hikmah yang dibicarakan
di dalamnya. Paling tidak ada empat kisah yang diterangkan sampai beberapa
ayat.
Pertama, Kisah Ashabul Kahfi. Kisah ini diawali dari ayat
ke-9 sampai ayat ke 26. Yaitu kisah sekumpulan pemuda muslim yang hidup di
negeri kafir. Mereka bertekad hijrah untuk mempertahankan agama. Ini dilakukan
setelah mereka mendakwahi kaumnya lalu mendapatkan penolakan, tekanan, dan
intimidasi.
Mereka menghadapi fitnah dien dalam dakwah dan
perjuangan dari kaumnya. Lalu Allah melindungi dan mejaga mereka melalui gua
dan sinar matahari. Maka saat mereka terbangun dari tidur panjangnya, mereka
mendapati kaumnya telah berubah. Negeri tempat tinggal mereka dahulu menjadi
negeri yang penduduknya beriman kepada Allah.
. . . Setelah iman, mereka memiliki sahabat atau teman seperjuangan yang
shalih. Allah berkahi dakwah mereka dengan keimanan generasi berikutnya. . .
Apa yang bisa membuat mereka teguh dan istiqomah
sehingga datang pertolongan Allah tanpa mereka duga-duga sebelumnya? Setelah
iman, mereka memiliki sahabat atau teman seperjuangan yang shalih. Allah
berkahi dakwah mereka dengan keimanan generasi berikutnya.
Kedua, Pemilik dua kebun. Tertera pada ayat 32 - 44. Ini
kisah tentang seseorang yang Allah karuniakan kebun. Ia lupa dengan pemberi
nikmat. Sehingga dirinya melampaui batas. Ia tanggalkan prinsip-rinsip keimanan
dengan celaan dan keraguan. Ia tidak pandai bersyukur kepada nikmat Allah. Ujung
dari kekufuran dan kesyirikannya tersebut, hancurlah tanaman dan buah-buahan di
kebunnya. Ia diliputi penyesalan mendalam saat tak berguna penyesalannya
tersebut.
Kisah ini menerangkan tentang bahaya fitnah dunia
berupa harta dan anak. Sehingga membuatnya berbangga diri dan terus mengejar
dunia untuk memperbanyak kekayaan dan keturunan.
Solusi dari fitnah ini adalah dengan memahami hakikat
dunia yang diterangkan diawal surat, “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa
yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah
di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (QS. Al-Kahfi: 7)
Ketiga, Kisah Nabi Musa dan Khidzir. Diawali dari ayat 60
sampai 82. Ini berbicara tentang fitnah ilmu. Yani saat Musa ditanya, “Siapa
penduduk bumi yang paling ‘alim (pandai)? Lalu ia wajab, “Saya”. Kemudian Allah
mengabarkan kepadanya, di sana ada manusia yang lebih ‘alim dari dirinya.
Kemudian Musa pergi untuk belajar kepadanya. Dan
ternyata Nabi Musa benar-benar paham ada hikmah Ilahiyah yang Allah berikan
kepada selainnya. Sehingga dirinya kemudian tersadar. Ini merupakan penyakit
orang yang berilmu, terlalu bangga dengan ilmunya dan merasa paling 'alim
sedunia. Solusinya, dengan menanamkan sikap tawadhu' dalam diri.
. . . penyakit orang yang berilmu, terlalu bangga dengan ilmunya dan
merasa paling 'alim sedunia. Solusinya, dengan menanamkan sikap tawadhu' dalam
diri. . .
Keempat, Kisah Dzulqornain. Kisah yang berbicara tentang raja
mulia yang menguasai ilmu dan kekuatan ini dimulai dari ayat ke 83 sampai 101.
Ia mengelilingi dunia ini dan menebarkan kebaikan di muka bumi. Ia menolong
manusia di atasnya. Ia mampu membendung kejahatan Ya'juj dan Ma'juj dengan
membangun tembok raksasa (benteng) yg mengurung makhluk perusak tersebut.
Kemampuan istimewanya yang lain, Dzulqornain verkomunikasi dan mengorganisi
kekuatan kaum yg hampir-hampir mereka tak kuasa memahami perkataan manusia lain
dan tak bisa memahamankan mereka dengan tutur katanya.
Kisah ini mengabarkan ujian kekuasaan. Sehingga tidak
sewenang-wenang, berbuat aniaya, dan membuat kerusakan di muka bumi.
Dzulqornain sosok penguasa yang tidak terfitnah dengan
kekuasaan dan kekuatannya. Ia gunaan karunia Allah tersebut dengan untuk
mencari akhirat dengan membuat perbaikan di muka bumi dan menolong manusia-manusia
lemah di atasnya.
Resep agar lurus saat menjadi penguasa adalah dengan
menanamkan sifat ikhlas dalam diri dan senantiasa mengingat negeri akhirat.
Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Oleh: Badrul Tamam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar