“Orang yang cerdas adalah mereka yang
mampu mengendalikan nafsunya dan beramal (berbuat) untuk masa sesudah mati, Sedang orang yang lemah ialah mereka yang mengikuti nafsunya dan berangan-angan
kepada Allah”. (Riwayat Ahmad)
Menurut Hadist ini, kecerdasan sesorang dapat diukur dari kemampuannya dalam mengendalikan hawa nafsunya (cerdas emosi) dan mengorientasikan semua amalnya pada kehidupan sesudah mati (cerdas spiritual). Mereka yakin bahwa ada kehidupan setelah kematian, mereka juga percaya bahwa setiap amalan di dunia sekecil apapun akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah swt.
Menurut Hadist ini, kecerdasan sesorang dapat diukur dari kemampuannya dalam mengendalikan hawa nafsunya (cerdas emosi) dan mengorientasikan semua amalnya pada kehidupan sesudah mati (cerdas spiritual). Mereka yakin bahwa ada kehidupan setelah kematian, mereka juga percaya bahwa setiap amalan di dunia sekecil apapun akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah swt.
Keyakinan tentang keabadian,
menjadikannya lebih berhati-hati dalam menapaki kehidupan di dunia ini, sebab
mereka percaya bahwa kehidupan ini tidak sekali di dunia ini saja, tapi ada
kehidupan yang lebih hakiki. Dunia adalah tempat menanam, sedangkan akhirat
adalah tempat memanen. Siapa yang menanam padi akan menuai padi. Siapa yang
menanam angin akan menuai badai.
Tidak hanya bersikap hati-hati, orang
yang cerdas spiritual nya lebih bersemangat, lebih percaya diri dan lebih
optimis. Mereka tidak pernah ragu-ragu berbuat baik, sebab jika kebaikannya
tidak bisa dinikmati saat di dunia mereka masih bisa berharap mendapatkan
balasannya di akhirat nanti. Jika tidak bisa dinikmati sekarang, amal kebaikan
itu akan berubah menjadi tabungan atau deposito secara otomatis yang kelak akan
dicairkan justru pada saat mereka sangat membutuhkan di alam kehidupan sesudah
mati.
Saat menanam pohon, misalnya mereka
sangat antusias. Mereka yakin jika pohon tersebut nantinya berbuah tidak ada
yang sia-sia sekalipun buahnya dimakan burung atau dimakan orang lain.
Sekalipun ia tidak menikmati buah itu di dunia ini, ganjaran nya akan dipetik
di akhirat nanti.
Orang-orang ini, ketika melihat
ketidakadilan di dunia tidak segera putus asa. Sekalipun para koruptor bebas
berkeliaran, sedang orang-orang sholeh justru dipenjarakan, mereka tetap
memandang dunia dengan pandangan yang positif. Mereka tetap berjuang menegakan
keadilan, sekalipun keadilan yang hakiki baru dirasakan kelak di akhirat. Di
depan mahkamah Illahi tidak ada barang bukti yang hilang atau sengaja
dihilangkan. Mulut dikunci dan semua anggota tubuh bersaksi.
Ciri orang yang cerdas sebenarnya
telah tampak jelas dalam derap langkahnya, ketika mereka membuat rencana, saat
mengeksekusi rencananya dan pada saat melakukan evaluasi. Bahkan dalam
kehidupan sehari-hari saat sendirian atau dalam interaksi sosialnya nampak
wajah nya yang senantiasa bercahaya , memancarkan energi positif, menjadi
magnet power, penuh motivasi, menjadi sumber inspirasi, dan berfikir serta
bertindak positif. Mereka akan bersikap baik dan benar baik ketika ditengah
keramaian maupun disaat sendirian karena dimanapun dia berada merasa dilihat
oleh Allah.
Orang seperti ini mempunyai
integritas (totalitas pada nilai-nilai kebenaran) , sesuai antara hati, kata
dan perbuatannya. Selaras antara apa yang ada dalam hatinya, ucapan dan
perbuatannya yang bertumpu pada nilai-nilai kebenaran.
Orang yang cerdas emosi dan spiritual
enak diajak bergaul, karena mereka telah terbebas dari su’udzon (buruk sangka,
hasad (iri atau dengki) dan takabur (menyombongkan diri). Orang-orang inilah
yang memiliki potensi untuk meraih sukses di dunia sekaligus sukses menikmati
kehidupan surgawi di akhirat nanti.
Semoga Allah SWT menganugrahi kepada
kita gabungan tiga kecerdasan sekaligus, yaitu kecerdasan intelektual,
kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional. Aamiin
Sumber :
http://hanifa93.wordpress.com/2009/01/04/cerdas-spiritual-menurut-islam/
http://saco-indonesia.com/?backlink=222&idd=3156
Tidak ada komentar:
Posting Komentar