Galau adalah kata yang sangat popular akhir-akhir ini, di
mana kata-kata itu menandakan seseorang tengah dilanda rasa kegelisahan,
kecemasan, serta kesedihan pada jiwanya. Tak hanya laku di facebook
atau twitter saja, bahkan di media televisi pun orang-orang
seakan-akan dicekoki dengan kata-kata “galau” tersebut. kata galau ini
nampaknya telah meraja-lela entah berkat apa. Mari kita kupas galau itu apa
sih? menurut kamus besar Bahasa Indonesia galau dalam konteks ini artinya kacau
tidak karuan. Jadi saya mengartikan bahwa kebanyakan orang Indonesia saat
mengatakan galau itu mengacu pada perasaan galau. Dimana artinya perasaan
mereka sedang tidak karuan yang akhirnya menuju pada penderitaan batin.
Manusia dalam
hidupnya sering mengalami penderitaan, namun jarang yang bertanya-tanya apa sih
penderitaan itu? kebanyakan dari kita hidup yah jalani saja. Kita sering tidak
peduli dengan apa asal dari perasaan tidak enak yang saya hadapi ini.
Penderitaan nampaknya merupakan sesuatu yang sudah ter-install dalam diri kita
dan tidak dapat dihilangkan. Bahkan Eric Cassell seorang ahli medis mengatakan
bahwa walaupun tugas seorang ahli kesehatan adalah mengurangi/menangani
penderitaan pasiennya, sangat jarang sekali penelitian yang berkenaan dengan
topik ini.
U Kyaw Min seorang
ahli Abhidhamma (ilmu yang mempelajari tentang pikiran manusia) membuat
formulasi matematika yang dapat mengukur tingkat penderitaan.
Bila hasilnya lebih
dari satu maka anda mengalami kepuasaan, bila hasilnya dibawah satu maka kita
mengalami penderitaan.
Misalnya
.......
jumlah keinginan
adalah 70 dan jumlah keinginan yang terpenuhi adalah 50. Maka 50/70= 0.71 maka
artinya kita menjadi menderita. Untuk mendapatkan kepuasaan maka kita bisa
meningkatkan jumlah keinginan yang terpenuhi menjadi 70 atau kita bisa
mengurangi total dari seluruh keinginan menjadi 50. Saat itu salah satu dari
dua hal tersebut terjadi anda akan mengalami kebahagiaan setidaknya sampai anda
memiliki keinginan baru yang ingin dipenuhi.
Anda mungkin sudah
menyadarinya bahwa apa yang saya maksud dengan penderitaan diatas adalah
penderitaan batin. V. E. Frankl seorang ahli psikologi membagi penderitaan
menjadi beberapa kategori yaitu
1. Penderitaan fisik
2. Penderitaan batin
3. Penderitaan
spiritual
Penderitaan fisik
dikatakan adalah penderitaan yang tidak dapat dihindari. Saya juga menyarankan
untuk tidak menghindari sakit fisik. Alasan saya menggunakan kata sakit disini
adalah karena sakit belum tentu menderita. Saat kita mengalami sakit kita bisa
saja hanya merasakan sakit tersebut dan tidak menderita karena sakit tersebut.
Tentunya sebagai
hypnotherapist saya tahu bahwa perasaan sakit dapat dihilangkan dengan cara
tertentu. Hypnotherapy memiliki banyak teknik yang dapat meredakan rasa sakit
fisik ini. Lalu mengapa tidak dihilangkan?
Pasalnya karena rasa
sakit merupakan sinyal adanya sesuatu yang tidak beres. Rasa sakit memberikan
sinyal pada diri untuk memperbaiki sesuatu. Untuk itulah rasa sakit menjadi
penting. Bagi hypnotherapist yang aktif menerapi orang saat anda melakukan
terapi anestesia sebaiknya selalu didampingi seorang ahli medis kecuali bila
anda sendiri terlisensi untuk melakukan kegiatan medis.
Penderitaan lainnya
adalah penderitaan batin dan spiritual. Ketiga penderitaan ini dapat dibantu
dengan mengetahui apa hal yang menyebabkan orang yang menderita semakin
menderita. Shizen Young seorang pengajar Buddhist membuat sebuah formula
matematika untuk menjelaskan hal ini:
Penderitaan = Sakit X Perlawanan
(Suffering = Pain X Resistance)
Aplikasinya.....
Mari kita masukkan
angka untuk menjelaskan rumus diatas. Anggaplah anda sedang merasakan sakit,
dari skala 1 sampai 100 berapakah rasa sakit anda? anggaplah 70. Lalu sekarang
kita ukur seberapa anda menahan rasa sakit tersebut, anggaplah anda menahannya
dengan level sekitar 50. Maka penderitaan yang anda alami adalah 70 dikali 50
yaitu 3500. Sekarang anggap anda mengalami sakit sebesar 70 dan anda tidak
menahan atau melawan rasa sakit tersebut. Alhail 70 dikalikan 0 adalah 0. Tidak
ada penderitaan.
Konklusinya adalah
rasa sakit adalah sesuatu yang pasti, tidak ada orang yang hidup tidak
merasakan rasa sakit. Namun kita bisa memilih untuk menderita atau tidak. Dan
cara untuk menjadi bahagia adalah bukan dengan melawan rasa sakit tersebut.
Tetapi dengan menerima rasa sakit itu, mendengar rasa sakit itu, menyadari rasa
sakit itu dan membiarkan rasa sakit itu pergi. Alhasil anda tidak akan pernah
menderita lagi.
Dengan mengetahui apa
itu penderitaan kita, maka seharusnya kita menjadi sadar atas apapun
penderitaan yang kita rasakan. Dan dari situ kita mulai berfokus dimasa kini
dan menikmati hidup yang ada sambil menuju pada impian/keinginan yang
membangun.
Galau
Dilihat dari pandangan Islam dan Al-Quran
Jangan
Galau, Innallaha Ma’ana!
Allah Ta’ala
berfirman, “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kami” (QS. At
Taubah: 40)
Ayat di atas mungkin dapat menjadikan kita agar lebih merenungi lagi terhadap setiap masalah apapun yang kita hadapi. Dalam setiap persoalan yang tak kunjung terselesaikan, maka hadapkanlah semua itu kepada Allah Ta’ala. Tak ada satupun manusia yang tak luput dari rasa sedih, tinggal bagaimana kita menghadapi kesedihan dan kegalauan tersebut.
...Allah telah memberikan solusi kepada manusia untuk mengatasi rasa galau yang sedang menghampiri jiwa...
Adakalanya, seseorang berada pada saat-saat yang menyenangkan, tetapi, ada pula kita akan berada pada posisi yang tidak kita harapkan. Semua itu sudah menjdai takdir yang telah Allah Ta’ala tetapkan untuk makhluk-makhluk Nya.
Tetapi, Allah Ta’ala juga telah memberikan solusi-solusi kepada manusia tentang bagaimana cara mengatasi rasa galau atau rasa sedih yang sedang menghampiri jiwa. Karena dengan stabilnya jiwa, tentu setiap orang akan mampu bergerak dalam perkara-perkara positif, sehingga dapat membuat langkah-langkahnya menjadi lebih bermanfaat, terutama bagi dirinya lalu untuk orang lain.
Berikut ini adalah kunci dalam mengatasi rasa galau;
1. Sabar
Hal pertama yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika menghadapi cobaan yang tiada henti adalah dengan meneguhkan jiwa dalam bingkai kesabaran. Karena dengan kesabaran itulah seseorang akan lebih bisa menghadapi setiap masalah berat yang mendatanginya.
Allah Ta’ala
berfirman, “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (Qs. Al-Baqarah
153).
Selain menenangkan jiwa, sabar juga dapat menstabilkan kacaunya akal pikiran akibat beratnya beban yang dihadapi.
2. Adukanlah semua itu kepada Allah
Ketika seseorang menghadapi persoalan yang sangat berat, maka sudah pasti akan mencari sesuatu yang dapat dijadikan tempat mengadu dan mencurahkan isi hati yang telah menjadi beban baginya selama ini. Allah sudah mengingatkan hamba-Nya di dalam ayat yang dibaca setiap muslim minimal 17 kali dalam sehari:
“Hanya kepada-Mulah
kami menyembah, dan hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan” (QS. Al
Fatihah 5).
...ketika keluhan itu diadukan kepada Sang Maha Pencipta, maka akan meringankan beban berat yang kita derita...
Mengingat bahwa manusia adalah makhluk yang banyak sekali dalam mengeluh, tentu ketika keluhan itu diadukan kepada Sang Maha Pencipta, maka semua itu akan meringankan beban berat yang selama ini kita derita.
Rasulullah shalallahi alaihi wasallam ketika menghadapi berbagai persoalan pun, maka hal yang akan beliau lakukan adalah mengadu ujian tersebut kepada Allah Ta’ala. Karena hanya Allah lah tempat bergantung bagi setiap makhluk.
3. Positive thinking
Positive thinking atau berpikir positif, perkara tersebut sangatlah membantu manusia dalam mengatasi rasa galau yang sedang menghinggapinya. Karena dengan berpikir positif, maka segala bentuk-bentuk kesukaran dan beban yang ada pada dalam diri menjadi terobati karena adanya sikap bahwa segala yang kesusahan-kesusahan yang dihadapi, pastilah mempunyai jalan yang lebih baik yang sudah ditetapkan oleh Allah Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya;
“Karena Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan” (Qs Al-Insyirah 5-6).
4. Dzikrullah (Mengingat Allah)
Orang yang senantiasa mengingat Allah Ta’ala dalam segala hal yang dikerjakan. Tentunya akan menjadikan nilai positif bagi dirinya, terutama dalam jiwanya. Karena dengan mengingat Allah segala persoalan yang dihadapi, maka jiwa akan menghadapinya lebih tenang. Sehingga rasa galau yang ada dalam diri bisa perlahan-perlahan dihilangkan. Dan sudah merupakan janji Allah Ta’ala, bagi siapa saja yang mengingatnya, maka didalam hatinya pastilah terisi dengan ketenteraman-ketenteraman yang tidak bisa didapatkan melainkan hanya dengan mengingat-Nya.
...Bersabar, berpikir positif, ingat Allah dan mengadukan semua persoalan kepada-Nya adalah solusi segala persoalan...
Sebagaimana
firman-Nya:
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram” (Qs Ar-Ra’du 28).
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram” (Qs Ar-Ra’du 28).
Berbeda dengan orang-orang yang lalai kepada Allah, yang di mana jiwa-jiwa mereka hanya terisi dengan rasa kegelisahan, galau, serta kecemasan semata. Tanpa ada sama sekali yang bisa menenangkan jiwa-Nya.
Tentunya, sesudah mengetahui tentang faktor-faktor yang dapat mengatasi persoalan galau, maka jadilah orang yang selalu dekat kepada Allah Ta’ala. Bersabar, berpikir positif, mengingat Allah, serta mengadukan semua persoalan kepada-Nya merupakan kunci dari segala persoalan yang sedang dihadapi. Maka dari itu, Janganlah galau, karena sesungguhnya Allah bersama kita. [voa-islam.com ]
http://suryaafrilian.blogspot.com/2012/08/galau-menurut-pandangan-ilmiah-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar