1
Syawal 1435 sebentar lagi akan tiba.
Umat
Islam dari segala arah dan penjuru dunia dari sabang sampai merauke tak
henti-hentinya mengumandangkan alunan suara takbir, tasbih, tahmid dan tahlil.
Firman
Allah SWT : “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan
Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. ”
Rasulullah
SAW bersabda yang artinya “Hiasilah hari rayamu dengan takbir.”
Takbir
kita tanamkan ke dalam lubuk hati sebagai pengakuan atas kebesaran dan
keagungan Allah SWT.
Kalimat
tasbih kita tujukan untuk mensucikan Allah dan segenap yang berhubungan dengan-Nya.
Kalimat
tahmid sebagai puji syukur juga kita tujukan untuk rahman dan rahim-Nya yang
tidak pernah pilih kasih kepada seluruh hamba-Nya.
Kalimat
tahlil kita lantunkan untuk memperkokoh keimanan kita bahwa Dialah Dzat yang
Maha Esa dan Maha Kuasa.
Hari
raya Idul Fitri adalah merupakan puncak dari pelaksanaan ibadah puasa. Idul
Fitri memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari
kewajiban berpuasa itu sendiri yaitu manusia yang bertaqwa.
Makna
Idul Fitri adalah hari raya dimana umat Islam untuk kembali berbuka atau makan.
Oleh karena itulah salah satu sunah sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri
adalah makan atau minum walaupun sedikit. Hal ini untuk menunjukkan bahwa hari
raya Idul Fitri 1 syawal itu waktunya berbuka dan haram untuk berpuasa.
Hadis
Rasulullah SAW yang artinya “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan
dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq ‘alayh).
Barangsiapa
yang shalat malam di bulan Ramadhan dengan didasari iman dan semata-mata karena
mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq ‘alaih) .
Idul
Fitri berarti kembalinya kita kepada keadaan suci, atau keterbebasan dari
segala dosa dan noda sehingga berada dalam kesucian (fitrah).
Jadi
yang dimaksud dengan Idul Fitri berarti kembali kepada asal kejadiannya yang
suci dan mengikuti petunjuk Islam yang benar. Bagi ummat Islam yang telah lulus
melaksanakan Ibadah puasa di Bulan Ramadhan akan diampuni dosanya sehingga
menjadi suci kembali seperti bayi yang baru dilahirkan dari kandungan Ibunya.
Sebagaimana
Sabda Nabi SAW yang Artinya “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci.”
Dalam
bahasa Jawa, hari raya Idul Fitri disebut juga dengan istilah lebaran. Lebaran
mengandung maksud lebar-lebur-luber-labur.
Lebar artinya kita akan bisa lebaran dari
kemaksiatan.
Lebur
artinya lebur dari dosa.
Luber
artinya luber dari pahala, luber dari keberkahan, luber dari rahmat Allah SWT.
Labur
artinya bersih sebab bagi orang yang benar-benar melaksanakan ibadah puasa,
maka hati kita akan dilabur menjadi putih bersih tanpa dosa,makanya wajar kalau
mau lebaran rumah-rumah banyak yang di labur hal ini mengandung arti
pembersihan zhahir disamping pembersihan batin yang telah dilakukan.
Adapun
terkait hidangan khas waktu lebaran yaitu ketupat,
dalam bahasa Jawa ketupat diartikan dengan ngaku lepat alias mengaku kesalahan,
bentuk segi empat dari ketupat mempunyai makna kiblat papat lima pancer yang
berarti empat arah mata angin dan satu pusat yaitu arah jalan hidup manusia. Ke
mana pun arah yang ingin ditempuh manusia hendaknya tidak akan lepas dari
pusatnya yaitu Allah SWT.
Oleh
sebab itu ke mana pun manusia menuju, pasti akan kembali kepada Allah. Rumitnya
membuat anyaman ketupat dari janur mencerminkan kesalahan manusia. Warna putih
ketupat ketika dibelah melambangkan kebersihan setelah bermaaf-maafan. Butiran
beras yang dibungkus dalam janur merupakan simbol kebersamaan dan kemakmuran.
Janur yang ada di ketupat berasal dari kata jaa-a al-nur bermakna
telah datang cahaya atau janur adalah sejatine nur atau cahaya. Dalam arti
lebih luas berarti keadaan suci manusia setelah mendapatkan pencerahan cahaya
selama bulan Ramadan.
Adapun
makna filosofis santen yang ada di masakan ketupat adalah suwun pangapunten
atau memohon maaf. Dengan demikian ketupat ini hanyalah simbolisasi yang
mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah mohon ampun dari segala
kesalahan hal ini merupakan makna filosofis dari warna putih ketupat jika
dibelah menjadi dua. Sedangkan, janur melambangkan manusia yang telah
mendapatkan sinar ilahiah atau cahaya spiritual/cahaya jiwa. Anyaman-anyaman
diharapkan memberikan penguatan satu sama lain antara jasmani dan rohani.
Pemaknaan
hari raya Idul Fitri hendaknya bersifat positif seperti menjalin silaturrahmi
sebagai sarana membebaskan diri dari dosa yang bertautan antar sesama makhluk.
Silaturahim tidak hanya berbentuk pertemuan formal seperti Halal bi Halal,
namun juga bisa dengan cara menyambangi dari rumah ke rumah, saling duduk
bercengkerama, saling mengenalkan dan mengikat kerabat. Apalagi sekarang
permohonan maaf dan silaturahim sudah tidak mengenal batas dan waktu sebab bisa
menggunakan jejaring media sosial seperti contoh lewat sms, update status,
inbox di facebook, twiter, yahoo messenger, skype dan email.
Begitulah
pentingnya silaturahim sebagaimana Sabda Rasulullah SAW yang artinya “Tidaklah
dua orang muslim bertemu lalu berjabat tangan melainkan keduanya akan diampuni
(dosanya) sebelum mereka berpisah. (HR.Daud,Tirmidzi&Ibnu Majah)
Kini
kita dengan rasa suka cita dan senang karena kita menyambut hari kemenagan di
samping itu kita juga bercampur sedih, dan dengan linangan air mata bahagia
kita di tinggalkan bulan Ramadhan yang penuh berkah, maghfirah dan rahmat Allah
SWT. Banyak pelajaran dan hikmah, faidah dan fadhilah yang kita dapatkan. Kini
bulan Ramadhan telah berlalu, tapi satu hal yang tidak boleh meninggalkan kita
dan harus tetap bersama kita yaitu spirit dan akhlak Ramadhan, sehingga 1
Syawal harus menjadi imtidad, lanjutan Ramadhan dengan ibadah serta
kesalehan sosial. Sebab kata syawal itu sendiri artinya peningkatan. Inilah
yang harus mengisi sebelas bulan ke depan dalam perjalanan hidup kita.
Hikmah
Idul Fitri
Seorang
muslim yang kembali kepada fitrahnya ia akan memiliki sikap yaitu Pertama, ia
tetap istiqomah memegang agama tauhid yaitu islam, ia tetap akan berkeyakinan
bahwa Allah itu maha Esa dan hanya kepadanya kita memohon. Kedua, dalam
kehidupan sehari-hari ia akan selalu berbuat dan berkata yang benar,walau kaana
murron meskipun perkataan itu pahit. Ketiga, ia tetap berlaku sebagai abid,
yaitu hamba Allah yang selalu taat dan patuh kepada perintah-Nya sebagai contoh
kita harus menghormati kedua orang tua kita baik orang tua kandung maupun
mertua, jikalau sudah meninggal berziarahlah ke tempat makam mereka untuk
mendoaakan agar dilapangkan kuburannya dan diampuni dosanya.
Mudah-mudahan
berkat ibadah selama bulan Ramadhan yang dilengkapi dengan menunaikan zakat
fitrah, Insya Allah kita termasuk orang-orang yang kembali kepada fitrahnya,
karena ibadah puasa Ramadhan berfungsi sebagai tazkiyatun nafsi yaitu
mensucikan jiwa dan zakat fitrah berfungsi sebagai tazkiyatul badan, yaitu
mensucikan badan, maka setelah selesai ibadah puasa dan menunaikan
zakat,seorang muslim akan kembali kepada fitrahnya yaitu suci jiwanya dan suci
badanya.
Seorang
muslim yang kembali kepada fitrahnya selain sebagai abid ( hamba Allah ) yang
bertakwa, ia juga akan memiliki kepekaan sosial yang tinggi peduli kepada
lingkungannya. Itulah beberapa indikator dari gambaran seorang yang kembali
kepada fitrahnya setelah selesai menunaikan ibadah shaum Ramadhan sebulan
lamanya, dan itu akan tampak pada dirinya setelah selesai puasa ramadhan,mulai
hari ini dan seterusnya.
Namun
bila ketiga ciri fitrah tersebut tidak tampak pada diri seorang muslim mulai
hari ini dan hari-hari berikutnya, maka berarti latihan dan pendidikan puasa
Ramadhan yang telah dilakukannya selama sebulan tidak berhasil, karena ia tidak
mampu kembali kepada fitrahnya. Semoga dengan kembalinya semua warga masyarakat
muslim di negeri ini kepada Fitrahnya, cita-cita negara kita menjadi Negara
yang Adil dan Makmur, Gemah Ripah Loh Jinawi, Gemah merenah tur tuma’ninah
dibawah ridha Allah SWT atau dengan istilah agama baldatun thayyibatun wa
Rabbun Ghafur.
Dalam
kesempatan berlebaran di hari raya yang suci ini, mari kita satukan niat tulus
ikhlas dalam sanubari kita, kita hilangkan rasa benci, rasa dengki, rasa iri
hati, rasa dendam, rasa sombong dan rasa bangga dengan apa yang kita miliki
hari ini. Mari kita ganti semua itu dengan rasa kasih sayang&rasa
persaudaraan. Dengan hati terbuka, wajah yang berseri-seri serta senyum yang
manis kita ulurkan tangan kita untuk saling bermaaf-maafan. Kita buka lembaran
baru yang masih putih, dan kita tutup halaman yang lama yang mungkin banyak
terdapat kotoran dan noda seraya mengucapkan Minalaidinal faizin. Semoga
Allah SWT, selalu memberikan pertolongan kepada kita.
Oleh karena itu marilah
kita jadikan Idul Fitri 1435 ini berbeda dengan Idul Fitri di tahun-tahun
sebelumnya karena kita baru saja telah melaksanakan pesta demokrasi pemilihan
presiden. Walaupun kemarin beda pilihan itulah seninya berdemokrasi, mari
merajut kembali dan maksimalkan bersilaturahim untuk meminta maaf, memberi maaf
dan menjadi seorang pemaaf. Jangan biarkan kedengkian dan kebencian merasuk
kembali ke jiwa kita yang telah suci.
Oleh:
Hadi
Mulyanto, S.Pd.I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar