by
Herawati Suryanegara
Kehidupan
yang kita lalui tak selalu menyenangkan, sering kita merasa berputus asa dalam
menyikapi ujian hidup yang datang bertubi – tubi. Manusia sering
menganggap bentuk ujian hidup hanyalah berupa penderita dan kesedihan belaka.
Padahal kecukupan dan kebahagiaanpun adalah wujud dari sebuah ujian . namun
kita sering lupa menganggap semua kesenangan itu sebagai ujian.
Ujian
yang berupa kebahagiaan sering membuat kita lupa untuk bersyukur kepada Sang
Maha Pemberi Nikmat yaitu Allah SWT dan kita sering sekali tidak menginginkan
ujian yang berupa kesenangan dan kebahagiaan itu cepat berlalu.
Sangat
berbeda dengan saat dimana kita menghadapi ujian yang berupa
kesedihan ,kekecewaan, sakit, merasa serba kekurangan atau tertimpa suatu
bencana , kita menginginkan semuanya cepat berlalu. Disaat – saat tersebutlah
baru kita teringat kepada Allah SWT. Kita mengetuk pintuNya sdi malam
buta, menangis dan mengadukan nasib yang menimpa.
Salahkah….?
Tentu
tidak!
Allah
SWT senang dengan hamba yang kembali padaNya. Allah SWT senang melihat hambaNya
yang mengetuk pintuNya ditengah malam buta, Allah SWT senang melihat hambaNya
berdoa dan menangis mengharap pertolonganNya. Allah SWT senang dengan
hambaNya yang mendekat dan mengingatNya. Allah SWT senang dengan hamba yang
tidak menggantungkan hidupnya kepada sesama makhluk. Allah SWT senang dengan
prasangka baik dari hambaNya.
Dalam
sebua hadist Qudsi Allah SWT berfirman :
“
Aku akan berada disamping persangkaan hamba Ku kepada Ku. Jika dia ingat kepada
Ku dalam dirinya, maka Aku ingat kepadanya dalam diri Ku. Jika dia ingat kepada
Ku dalam kerumunan yang ramai, maka Aku ingat kepadanya dalam kerumunan yang
lebih baik daripada kerumunan mereka. Jika dia mendekat kepada Ku satu jengkal,
maka Aku mendekat kepadanya satu lengan. Jika dia mendekat kepada Ku satu
lengan , maka Aku mendekat kepadanya satu depa. Jika dia mendekat Ku dengan
berjalan, maka Aku mendekat kepadanya dengan berlari “ (HR. Abu
Hurairah)
Dengan
demikian , hamba yang tengah galau dilanda duka cita janganlah berputus
asa lalu bunuh diri atau mencari – cari kesalahan orang lain dan
melampiaskannya dalam kemarahan yang luar biasa atau mencari penolong kepada
selain Allah SWT mis. melalui perdukunan . Sama sekali tidak menyelesaikan
masalah bahkan menambah panjang permasalahan .
Tidak
mudah memang untuk mampu bersikap sabar dan ikhlas, Penulispun demikian.
Namun kita harus belajar dan terus belajar. Kita harus melatih diri kita untuk
siap sedia menerima apapun cobaan yang diberikan Allah, baik berupa duka cita
maupun senang dan bahagia. Bagaimana seseorang dapat dikatakan sabar bila tidak
diuji terlebih dahulu .
Allah
SWT telah berfirman :
Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah
beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (QS. Al ‘Ankabuut [29] : 2)
Dan
satu hal penting yang harus selalu kita ingat, disaat mendapat ujian seberat
apapun kita harus percaya diri bahwa kita akan mampu menyelesaikan persoalan –
persoalan tersebut dengan baik karena Allah SWT berfirman :
“Allah
SWT tidak akan memberikan beban kepada seseorang di luar batas kemampuannya”
(Qs Al Baqarah :286)
Maka
yakinlah, bahwa semua cobaan pahit dalam kehidupan tidak mungkin Allah SWT ujikan
bila kita dianggapNya tidak mampu untuk melaluinya. Allah SWT tidak bermain –
main dalam hal penciptaan apapun. Allah SWT sangat memahami dan tahu akan
kekuatan dan kemampuan hambaNya. Allah SWT tidak asal memilih seorang hambanya
untuk diuji. Berat ringannya suatu ujian yang diujikan Allah
SWT kepada hambaNya telah Allah SWT tetapkan dengan pengetahuanNya.
Hikmah
dibalik sikap sabar kita dalam menghadapi ujian diantaranya adalah
seperti apa yang disabdakan Rasullah saw :
Dari
Abu Said dan Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda,
“Tiadalah
seorang Muslim itu menderita kelelahan atau penyakit atau kesusahan (kerisauan hati)
hingga tertusuk duri melainkan semua itu akan menjadi penebus
kesalahan-kesalahannya.” ( HR Bukhari - Muslim)
Akhir
kata, penulis memaparkan ini sekedar untuk sharing dan berdasarkan pengalaman
hidup yang pernah penulis lalui sendiri. Disaat keputus asaan mendera dan
persoalan hidup datang bertubi – tubuh, penulis dapat bangkit dengan
mengkaji dan mencoba memperbaiki diri serta memandang persoalan –
persoalan bukan dengan kesempitan fikir dan keterbatasan akal serta
usaha saja . Melainkan adanya keyakinan diri bahwa Allah SWT tidak akan pernah
membiarkan umatnya tenggelam dalam duka selamanya . karena dibalik
kesulitan pasti ada kemudahan dan Allah SWT menjanjikan pahala yang besar bagi
kita untuk kehidupan kita nanti.
“
Hai hamba – hambaKu yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu.” Orang – orang
yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah SWT itu
adalah luas. Sesungguhnya hanya orang – orang yang bersabarlah yang dicukupkan
pahala mereka tanpa batas (QS Az Zummzr 10 )
Semoga
kita semua menjadi hamba yang dicintaiNya… amin..
http://edukasi.kompasiana.com/2012/06/20/sabar-belajar-menerima-dan-memahami-makna-sebuah-ujian-471188.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar