Dikisahkan dalam sebuah riwayat yang masyhur, ketika
Umar bin Khattab sedang menjabat sebagai khalifah, saat itu Gubernur Mesir, Amr
bin Ash, mengadu tentang musim paceklik hebat dan berkepanjangan yang menimpa
kaum Muslimin di negeri itu. Sungai Nil yang menjadi sumber penghidupan rakyat
banyak tak lagi mengalirkan air.
Dalam surat itu, Umar yang dikenal sebagai pemimpin yang adil memanjatkan doa, "Wahai sungai, engkau adalah makhluk Allah yang diciptakan oleh-Nya untuk menolong hamba-Nya yang lain, jika engkau adalah makhluk ciptaan Allah bantulah hamba-hamba Allah dan mengalirlah engkau!" Sejak saat itu Sungai Nil tidak pernah lagi mengalami kekeringan.
Rasulullah SAW bersabda,
"Ada
tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan perlindungan Allah, pada saat itu
(hari Kiamat) tidak ada perlindungan siapa pun kecuali perlindungan-Nya."
Di
antara tujuh golongan yang kelak akan mendapatkan jaminan perlindungan-Nya
adalah "pemimpin yang adil".
Kriteria Pemimpin Menurut Ajaran Islam
Setiap manusia yang terlahir dibumi dari
yang pertama hingga yang terakhir adalah seorang pemimpin, setidaknya ia adalah
seorang pemimpin bagi dirinya sendiri. Bagus tidaknya seorang pemimpin pasti
berimbas kepada apa yang dipimpin olehnya. Karena itu menjadi pemimpin adalah
amanah yang harus dilaksanakan dan dijalankan dengan baik oleh pemimpin
tersebut,karena kelak Allah akan meminta pertanggung jawaban atas
kepemimpinannya itu.
Dalam Islam sudah ada aturan-aturan yang
berkaitan tentang pemimpin yang baik diantaranya :
1. Beriman dan Beramal Shaleh
Ini sudah pasti tentunya. Kita harus
memilih pemimpin orang yang beriman, bertaqwa, selalu menjalankan perintah
Allah dan rasulnya. Karena ini merupakan jalan kebenaran yang membawa kepada
kehidupan yang damai, tentram, dan bahagia dunia maupun akherat. Disamping itu
juga harus yang mengamalkan keimanannya itu yaitu dalam bentuk amal soleh.
2. Niat yang Lurus
Hendaklah saat menerima suatu tanggung
jawab, dilandasi dengan niat sesuai dengan apa yang telah Allah
perintahkan.Karena suatu amalan itu bergantung pada niatnya, itu semua telah
ditulis dalam H.R bukhari-muslim. Dari Amīr al-Mu’minīn, Abū Hafsh ‘Umar bin
al-Khaththāb r.a, dia menjelaskan bahwa dia mendengar Rasulullah s.a.w
bersabda: “Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan
sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa
yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan
Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin
digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya
sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut” Karena itu hendaklah menjadi
seorang pemimpin hanya karena mencari keridhoan ALLAH saja dan sesungguhnya
kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung jawab dan beban, bukan kesempatan dan
kemuliaan.
3. Laki-Laki
Dalam Al-qur’an surat An nisaa’ (4) :34
telah diterangkan bahwa laki laki adalah pemimpin dari kaum wanita.
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi
kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki)
atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh ialah
yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri (maksudnya tidak berlaku serong
ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya) ketika suaminya
tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara “(mereka; maksudnya, Allah telah
mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik).
Ayat ini menegaskan tentang kaum lelaki
adalah pemimpin atas kaum wanita. Menurut Imam Ibnu Katsir, lelaki itu adalah
pemimpin wanita, hakim atasnya, dan pendidiknya. Karena lelaki itu lebih utama
dan lebih baik, sehingga kenabian dikhususkan pada kaum lelaki, dan demikian
pula kepemimpinan tertinggi. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang
menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.”(Hadits Riwayat
Al-Bukhari dari Hadits Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari ayahnya).
4. Tidak Meminta Jabatan
Rasulullah bersabda kepada Abdurrahman bin
Samurah Radhiyallahu’anhu,”Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu
meminta untuk menjadi pemimpin.Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada
kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan
jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu
akan dibantu untuk menanggungnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
5. Berpegang pada Hukum Allah.
Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin.Allahberfirman,”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara
diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka.” (al-Maaidah:49).
6. Memutuskan Perkara Dengan Adil
Rasulullah bersabda,”Tidaklah seorang
pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat
dengan kondisi terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan
dijerusmuskan oleh kezhalimannya.” (Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah dalam
kitab Al-Kabir).
7. Menasehati rakyat
Rasulullah bersabda,”Tidaklah seorang
pemimpin yang memegang urusan kaum Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh
dan tidak menasehati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan masuk surga
bersama mereka (rakyatnya).”
8. Tidak Menerima Hadiah
Seorang rakyat yang memberikan hadiah
kepada seorang pemimpin pasti mempunyai maksud tersembunyi, entah ingin
mendekati atau mengambil hati.Oleh karena itu, hendaklah seorang
pemimpin menolak pemberian hadiah dari rakyatnya.Rasulullah bersabda,”
Pemberian hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan.” (Riwayat Thabrani).
9. Tegas
ini merupakan sikap seorang pemimpin yang
selalu di idam-idamkan oleh rakyatnya. Tegas bukan berarti otoriter, tapi tegas
maksudnya adalah yang benar katakan benar dan yang salah katakan salah serta
melaksanakan aturan hukum yang sesuai dengan Allah, SWT dan rasulnya.
10. Lemah Lembut
Doa Rasullullah,’ Ya Allah, barangsiapa
mengurus satu perkara umatku lalu ia mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan
barang siapa yang mengurus satu perkara umatku lalu ia berlemah lembut kepada
mereka, maka berlemah lembutlah kepadanya
Kepada Allah lah kami berwakal, Ya Tuhan
kami, janganlah engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim dan
selamatkanlah kami dengan rahmat engkau dari (tipu daya) orang-orang kafir. (QS.
Yunus ; 85-86)
Ya Tuhan kami, hanya kepada engkaulah kami
bertawakkal dan hanya kepada engkaulah kami bertaubat dan hanya engkaulah kami
kembali. Ya Tuhan kami, janganlah engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi
orang-orang kafir dan ampunilah kami ya Tuhan kami, sesungguhnya engkaulah yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Muntahanah; 4-5.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar